Liputan6.com, Jakarta - Sektor perbankan di Amerika Serikat (AS) kembali tuai perhatian. Kali ini First Republic Bank menjadi bank terbesar kedua yang gagal dalam sejarah Amerika Serikat (AS) pada Senin, 1 Mei 2023. Hal ini setelah pemerintah federal mengawasi pelepasan asetnya kepada JPMorgan Chase.
Dikutip dari Forbes, Rabu (3/5/2023), hal tersebut yang menyebabkan disintegrasi yang menakjubkan dari bank yang berkantor pusat di San Francisco yang menargetkan klien kaya.
Bangkrutnya bank yang fokus ke nasabah kaya ini karena suku bunga bank sentral Amerika Serikat yang makin tinggi. Seiring kenaikan suku bunga oleh the Federal Reserve (the Fed) hingga menjadi 4,75-5 persen. Suku bunga ini tertinggi hampir 20 tahun dan naik dari posisi mendekati 0 persen pada Maret 2022.
Advertisement
Suku bunga lebih tinggi membuat biaya bank naik dan kegagalan First Republic Bank, Silicon Valley Bank, dan Signature Bank menjadi tanda ketidaksiapan untuk perubahan suku bunga.
"Neraca dari tiga bank gagal berbagi kerentanan terhadap kenaikan suku bunga yang melebihi sebagian besar bank regional lainnya,” ujar Strategist Wells Fargo, Paul Christopher.
LPL Financial menyebutkan, 2023 merupakan tahun paling mahal sejauh ini untuk kegagalan bank yang diukur dengan aset lembaga yang ditutup.Hal ini mengingat meski tiga bank gagal pada 2023 dari lusinan kegagalan setiap tahun antara 2008-2013.
Kronologi Bangkrutnya First Republic Bank
Berikut perjalanan First Republic Bank hingga akhirnya dijual ke JPMorgan Chase:
13 Januari 2023:
First Republic Bank memberikan kinerja keuangan yang kuat dari kuartal terakhir 2022, melampaui perkiraan laba analis, tetapi perusahaan mengungkapkan biaya bunga melonjak sekitar 2.040 persen year-over-year (YoY) dan 153 persen dari kuartal sebelumnya. Sebagian besar menjadi tanda bagi bank karena gagal menavigasi kebijakan pengetatan moneter bank sentral Amerika Serikat pada 2022-2023.
8 Maret 2023:
Silvergate Capital mengumumkan akan menghentikan operasionya karena gagal pulih dari tantangan solvabilitas yang dipicu oleh kesepakatannya dengan pemadaman pertukaran kripto seperti FTX. Sementara Silicon Valley Bank memicu kepanikan di antara pelanggan setelah mengungkapkan penjualan USD 2 miliar yang merugikan untuk menopang likuiditas.
10 Maret 2023:
Regulator keuangan menutup Silicon Valley Bank pada tengah hari karena bank tersebut terbukti tidak mampu memenuhi permintaan penarikan. Saham First Republic susut 29 persen pada 8 dan 10 Maret karena investor berupaya meminimalkan paparan terhadap “rekan terdekat” Silicon Valley Bank.
12 Maret 2023:
Signature Bank yang ramah kripto juga gagal bayar. Sementara itu, regulator mengumumkan akan menjamin deposan di atas batas USD 250.000 di Signature Bank dan Silicon Valley Bank, bank terbesar kedua dan ketiga yang pernah gagal di Amerika Serikat pada saat itu.
16 Maret 2023:
Setelah saham First Republic turun 62 persen lebih lanjut dari 10 Maret 2023 karena kepemimpinan bank gagal menenangkan investor tentang prospeknya. Konsorsium dari 11 bank terbesar di Amerika Serikat suntikkan First Republic dengan total USD 30 miliar dalam bentuk simpanan yang tidak diasuransikan dalam bentuk yang didukung pemerintah.
Advertisement
JPMorgan Ambil Alih First Republic Bank
19-20 Maret 2023:
Kegagalan bank menyebar ke luar negeri saat pemerintah Swiss mengatur pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS pada 19 Maret 2023, sementara upaya penyelamatan First Republic mendapatkan sedikit daya tarik karena saham merosotnya hampir 50 persen ke level terendah sepanjang masa pada 20 Maret 2023.
24 April 2023:
Setelah bulan yang cukup sepi untuk First Republic (harga sahamnya naik hampir 25 persen), bank tersebut menyampaikan laporan laba yang benar-benar mengejutkan. First Republic mencatat deposan menarik dana hingga 41 persen pada kuartal I 2023. Sentimen itu membuat saham First Republic anjlok.
1 Mei 2023:
Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengumumkan penutupan bank. Sebagian besar deposito dan aset dijual kepada JPMorgan Chase. CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon menegaskan, kalau pihaknya tidak akan mempertahankan nama dan merek First Republic. Hal tersebut menutup sejarah bank yang sudah berdiri selama 38 tahun.
Dikutip dari CNN, berdasarkan ketentuan yang diungkapkan oleh JPMorgan Chase, raksasa bank AS itu membayar USD 10,6 miliar atau sekitar Rp 155,67 triliun (asumsi kurs Rp 14.686 per dolar AS) kepada FDIC, mengembalikan USD 25 miliar dana yang disimpan bank lain dengan First Republic pada Maret 2023 dan hapus deposit USD 5 miliar yang telah dibuat dengan First Republic. JPMorgan akan mencatat keuntungan satu kali USD 2,6 miliar dari pembukuannya dari kesepakatan itu, meski diperkirakan habiskan USD 2 miliar untuk restrukturisasi.