Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan bank sentral akan tetap mempertahankan suku bunga acuan. Dia menilai, untuk saat ini tingkat suku bunga atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (B7DRR) sebesar 5,75 persen telah memadai.
"5,75 persen itu tetap memadai sejak Januari terakhir. Sehingga memang belum pada waktunya, belum ada rencana naikkan kembali," kata Perry dalam konferensi pers KSSK di Kantor LPS, Pasific Central Palace, Kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Senin (8/5/2023).
Perry menuturkan kenaikan suku bunga acuan terakhir dilakukan pada Januari 2023 lalu. Kemudian di bulan Februari Maret hingga April suku bunga acuan tetap dipertahankan di level 5,75 persen.
Advertisement
"Cerminan memadai di Februari Maret dan April dan ini cukuplah," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan Perry kenaikan suku bunga The Fed pada Mei sebesar 0,25 basis poin (bps) sudah sesuai dengan perkiraan BI sebelumnya. Untuk itu bank sentral makin percaya diri rupiah akan terus menguat karena tidak lagi diambang ketidakpastian.
"Kenaikan The Fed itu yang terakhir, Bank Indonesia confidence percaya rupiah akan menguat. Kemarin nggak ada kepastian, dan sekarang ada kepastian dan rupiah membuat mengarah ke nilai fundamentalnya," katanya.
Laju Inflasi
Sebagai informasi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan sebesar 0,18 persen (mtm) atau lebih rendah. Sehingga dengan itu, inflasi tahunan turun sebesar 4,97 persen dari sebelumnya sebesar 5,47 persen.
"Inflasi akan tetap terkendali, core inflasi akan sesuai. Inflasi IHK akan turun dibawah 4 persen lebih cepat, inflasi di Agustus sudah turun di bawah 4 persen," imbuhnya.
Sebagai informasi data perekonomian Indonesia menunjukkan hal positif. Pada kuartal I-2023 ekonomi RI tumbuh 5,03 persen dan inflasi April 2023 turun 4,33 persen.
Advertisement
Inflasi Indonesia Ditarget 3,6 Persen hingga Akhir 2023
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu optimis persentase inflasi Indonesia hingga akhir tahun berada di 3,6 persen. Faktor optimis ini didasari dari tren penurunan inflasi yang terus terjadi.
"Sekarang sudah turun cukup tajam, berada di 4,3 persen per bulan lalu, dan ini kita melihat tren semakin kuat dengan kerja sama yang semakin solid untuk arah dari inflasi ini terus akan menurun ke arah 3,6 persen di akhir tahun 2023," ujar Febrio saat menyampaikan pemaparan Indonesia Macroeconomic Update Mei 2023, Senin (8/5/2023).
Febrio menuturkan, kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi, umumnya menaikan tingkat suku bunga acuan, seperti yang dilakukan sejumlah negara maju seperti Amerika Uni Eropa dan Jepang.
Dalam materi yang disampaikan Febrio, tingkat inflasi Amerika Serikat 5,25 persen dengan suku bunga acuan 5,0 persen. Tingkat inflasi Eropa 7,0 persen dengan suku bunga acuan 3,75 persen, dan tingkat inflasi Jepang 3,2 persen dengan suku bunga acuan 0,10 persen.
Untuk negara berkembang seperti Brazil, tingkat inflasinya mencapai inflasi 4,7 persen dengan suku bunga acuan 13,75 persen. Tingkat inflasi Meksiko 6,9 persen dengan suku bunga acuan 11, 25 persen. Tingkat inflasi Afrika Selatan 7,1 persen dengan suku bunga acuan 7,75 persen. Tingkat inflasi India 5,7 persen dengan suku bunga acuan 6,5 persen.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com