Jadi Pengganti Batu Bara, Pengembangan Biomassa Buka Lapangan Kerja Baru

Pengembangan biomassa sebagai energi pengganti batu bara membuka lapangan pekerjaan dan ceruk ekonomi baru bagi masyarakat.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Sep 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2023, 20:30 WIB
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menyatakan, pengembangan biomassa sebagai energi pengganti batu bara membuka lapangan pekerjaan dan ceruk ekonomi baru bagi masyarakat. Selain mendatangkan penghematan bagi perusahaan.

Direktur Biomassa PLN Energi Primer Indonesia Antonius Aris Sudjatmiko sejak tahun lalu, PLN EPI fokus melakukan pengembangan biomassa lewat tiga sektor utama. Pertama, pengembangan hutan energi.

Kedua, pengelolaan sampah kota jadi bahan baku energi. Ketiga, pengolahan sampah pertanian atau agriwaste. Ketiga aspek ini justru melibatkan masyarakat sebagai motor penggerak utama.

"Dalam pengembangan rantai pasok biomassa, justru keterlibatan masyarakat menjadi peran penting. Sekarang kita menjadikan masyarakat sebagai objek, sebagai pengguna energi tapi sekarang mereka menjadi produsen energi, mereka sebagai pengelola energi. itulah yang menjadi mitra utama kami untuk biomassa," ujar Aris dalam keterangan tertulis, Jumat (29/9/2023).

Aris merinci, PLN EPI mengajak kelompok perempuan eks-GAM di Aceh untuk mengelola lahan kritis menjadi lahan produktif. Sedangkan petani karet di Lampung mampu memasok bonggol jagung dan sisa pertanian karet untuk jadi bahan baku biomassa.

Sedangkan di Jawa Barat, PLN EPI mengembangkan sodas dari sisa pengolahan hutan energi. Sedangkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), ada pasokan biomassa sebesar 100 ton per tahun yang melibatkan 530 warga mengelola sampah dan sisa pertanian menjadi energi alternatif.

"Lewat upaya upaya ini, pemanfaatan 1 ton biomassa mampu menyerap lapangan pekerjaan sampai 10 orang," tambah Aris.

 

Potensi Energi Baru Terbarukan

PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menilai, pengembangan biomassa atau bio energy tidak hanya berfokus untuk energi semata tetapi juga menyasar kepentingan lebih luas.

Karena itu, pengembangan biomassa sebagai salah satu upaya mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan harus dirasakan seluruh pihak.

"Jangan kita bicara bio energy atau biomassa hanya untuk kepentingan energi, tetapi kita harus liatnya kepentingan yang lebih luas, kepentingan pembangunan yang artinya kita harus melihat ada nggak dampaknya buat masyarakat, baik masyarakat sekitar maupun masyarakat dalam arti luas," ujar Bambang dalam kesempatan yang sama.

Kembangkan Biomassa, PLN Ikut Andil Gerakkan Ekonomi

Economic Scale Biomassa dapat Tercipta dengan Pengimplementasian Cofiring PLTU
(Foto:Dok.Kementerian ESDM)

Pengembangan biomassa sebagai bahan baku alternatif pengganti batu bara bahan bakar PLTU tidak hanya menurunkan emisi, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN berkomitmen untuk memimpin program-program inisiatif transisi energi demi mendukung pemerintah mencapai Net Zero Emission 2060. Salah satu upayanya, PLN memulai implementasi program pemanfaatan biomassa sebagai pengganti batu bara atau co-firing di puluhan pembangkit PLN sejak 2021.

Dalam proses co-firing tersebut, PLN melalui subholding PLN Energi Primer Indonesia (EPI) memenuhi kebutuhan biomassa melalui keterlibatan masyarakat.

"Komitmen PLN dalam transisi energi melalui program co-firing ini, tidak hanya untuk menekan emisi tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai upaya membangun ekosistem energi berbasis ekonomi kerakyatan,” kata Darmawan, di Jakarta, Minggu (24/9/2023).

 

Rantai Pasok Biomassa

Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.
Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.

Direktur Biomassa PLN Energi Primer Indonesia (EPI) Antonius Aris Sudjatmiko mengungkapkan, strategi pemenuhan volume rantai pasokan biomassa saat ini mengoptimalkan sumber daya setempat dan keterlibatan masyarakat.

Hal ini untuk menggali besarnya potensi biomassa Indonesia mencapai 500 juta ton per tahun yang tersebar di berbagai wilayah. Sedangkan, pemenuhan target pasokan biomassa PLN EPI sekitar 10,2 juta ton per tahun pada 2025.

"Jadi pemberdayaan masyarakat itu suatu keharusan. Bahkan kita tidak menyebutnya pemberdayaan masyarakat tapi memang keterlibatan masyarakat. Sekarang kita menjadikan masyarakat sebagai objek, sebagai pengguna energi tapi sekarang mereka menjadi produsen energi, mereka sebagai pengelola energi. Itulah yang menjadi mitra utama kami untuk biomassa," ujar Aris.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya