Liputan6.com, Jakarta - Menyambut Tahun Baru 2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa APBN mencatat perjalanan yang baik sepanjang tahun 2023.
Dalam sebuah postingan di akun Instagram pribadinya @smindrawati, Menkeu mengatakan bahwa 2023 menghadirkan banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang dapatkan.
Baca Juga
"Apa pengalaman paling berkesanmu di tahun 2023..? Apapun itu, saya yakin tahun in banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang kita dapatkan," tulis Sri Mulyani di Instagram, dikutip Senin (1/1/2024).
Advertisement
Sri Mulyani lebih lanjut menyoroti kinerja APBN yang berjalan baik di sepanjang tahun 2023, meski dibayangi tantangan ketidakpastian ekonomi global.
"APBN #UangKita sendiri sepanjang tahun 2023 mencatatkan cerita perjalanan yang cukup baik, meski penuh tantangan. Di tengah situasi global yang berguncang, APBN terus menjaga perekonomian dan melindungi masyarakat Indonesia dari berbagai tekanan," ucapnya..
Berkat kerja keras APBN selama ini, Indonesia bisa tetap melanjutkan cita-citanya untuk terus maju, kata Sri Mulyani.
"Namun tentu, semua ini juga tidak mungkin bisa tercapai tapa dukungan dari seluruh komponen masyarakat Indonesia," ujarnya.
Sri Mulyani pun menyampaikan terima kasih kepada masyarakat di seluruh negeri yang terus memberikan dukungan dan masukan sehingga APBN dapat bekerja dan dikelola secara baik.
"Tahun berganti, tantangan juga terus mengiringi, tapi api semangat dalam diri kita tidak boleh mati," pungkasnya.
"Selamat tahun baru 2024. Kita mulai tahun ini dengan lebih semangat..!," tutup Sri Mulyani.
Sri Mulyani Pede Ekonomi Indonesia Lanjut Tumbuh 5% hingga 2024
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bertahan di kisaran 5% sampai 2024.
"Insyaallah bisa (ekonomi Indonesia berlanjut tumbuh 5% di 2024)," ujar Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia di St. Regis Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Menkeu menjelaskan, ada sejumlah faktor yang mendukung ekonomi Indonesia untuk tetap di kisaran 5%.
Pertama, adalah situasi geopolitik global. Pertama, adalah pelemahan ekonomi global yang diprediksi sejumlah lembaga internasional tidak sepenuhnya terjadi.
“Di Amerika nampaknya muncul suatu harapan karena resiliensi perekonomiannya hingga akhir tahun ini terlihat. Paling tidak ekonomi dunia terbesar bisa bertahan dengan kenaikan suku bunga luar biasa," bebernya.
Sri Mulyani lebih lanjut mengatakan, hal ini mendukung optimisme, karena guncangan dari kenaikan suku bunga sudah terlewati.
Faktor kedua adalah upaya pemerintah dalam menjaga permintaan domestik.
Seperti diketahui, konsumsi kelas menengah merupakan salah satu penopang produk domestik bruto (PDB).
Maka dari itu, pemerintah berupaya menjaga angka inflasi yang salah satunya didorong oleh kenaikan harga pangan.
"Dari sisi kelompok menengah yang kita liat masih punya daya beli, mereka mulai dipacu untuk bisa," imbuh Sri Mulyani.
Kemudian faktor ketiga yaitu upaya menjaga pertumbuhan pajak yany saat ini penerimaan baselinenya cukup tinggi, meski sempat terkontraksi 18% saat Pandemi Covid-19.
"Penerimaan pajak kita tahun ini masih tumbuh 7%, so its quite remarkable despite baseline-nya sudah naik sangat tinggi (35% - 45%),” terang Sri Mulyani.
Advertisement
Waspada, Begini Gambaran Kondisi Ekonomi Global di 2024
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut di tahun 2024 ekonomi global tidak akan semakin mudah.
Hal itu ditandai dengan sejumlah risiko dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi tahun depan. Menurutnya, risiko-risiko tersebut merupakan efek lanjutan dari risiko yang telah terjadi di tahun 2023.
"Kami menyadari bersama bahwa sepanjang tahun 2023 dinamika global menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi domestik. Ke depan, tantangan tidak bertambah mudah. Sejumlah risiko masih kita hadapi," kata Airlangga dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia "Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional Di Tengah Dinamika Global" di Hotel St. Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Adapun risikonya diantaranya volatilitas harga komoditas yang masih tinggi yang dipengaruhi oleh tensi geopolitik yang hingga kini belum mereda, bahkan volatilitas harga komoditas tersebut diprediksi bisa terus meningkat.
Resiko selanjutnya, yakni tingkat pengetatan kebijakan moneter di negara maju yang berdampak terhadap aliran modal asing di negara-negara berkembang (emerging country).
Ekonomi China
Tak kalah pentingnya, yakni pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang dibawah perkiraan dinilai dapat mengganggu rantai pasok global. Selain itu, risiko terganggunya ketahanan pangan dan energi akibat perubahan iklim dapat memperngaruhi pertumbuhan ekonomi di dunia, sehingga semakin tak mudah.
Alhasil, dengan berbagai tantangan tersebut, kata Airlangga prospek ekonomi global akan lebih menantang.
Dalam jangka pendek Airlangga optimis, tahun 2023 ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen dan tahun 2024 tumbuh 5,2 persen di tengah berbagai downside risks yang dihadapi.
Advertisement