Debat Cawapres, Cak Imin Janji Cegah Kerusakan Hutan dengan Pembangunan Berkelanjutan

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa diperlukan keseriusan dan kesungguhan dalam upaya menurunkan deforestasi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Jan 2024, 21:35 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2024, 21:35 WIB
Momen Ketiga Cawapres pada Pemilu 2024 Saling Beradu Argumen
Calon Wakil Presiden nomor urut 3 Mahfud Md dan Calon Wakil Presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (kiri ke kanan) saat debat keempat Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Wakil Presiden Nomor Urut 1, Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa diperlukan keseriusan dan kesungguhan dalam upaya menurunkan deforestasi. Hal itu disampaikan Muhaimin Iskandar dalam jawabannya terhadap pertanyaan Cawapres Nomor Urut 3 Mahfud MD, terkait pencegahan kerusakan hutan.

“Yang patut menjadi alat ukur bahwa pertama, dari seluruh rencana mengurangi deforestasi adalah berapa prestasi untuk melakukan penghijauan atau reforestasi. Sampai saat ini saya setuju, bahwa saat ini tidak ada keseriusan dan kesungguhan untuk itu,” ujar Muhaimin dalam Debat Cawapres ke-4, dikutip Minggu (21/1/2024).

“Bahkan menyediakan pangan nasional saja, kenapa tidak melibatkan petani? Malah juga melakukan penggundulan hutan dan gagal lagi,” katanya.

Sehingga, menurut Muhaimin, pencegahan kerusakan hutan berfokus pada masalah keberpihakan kepada pembangunan yang berbasis keberlanjutan.

“Prinsipnya keadilan ekologi harus nomor 1. Jangan membiarkan keadilan ekologi ini tidak terlaksanakan dengan baik. Kedua keadilan iklim dan ketiga adalah keadilan antar generasi,” ucapnya.

Maka nanti kalau AMIN (Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar) dipercaya (menang Pemilu) ainsyaallah yang paling pokok adalah kesungguhan dan komitmen untuk melaksanakan konstitusi dengan sungguh-sungguh berpihak kepada rakyat dan lingkungan, bukan kepada investor,” ungkap Muhaimin, yang juga kerap disapa Cak Imin.

Indonesia Cetak Sejarah Angka Deforestasi Terendah

Indonesia telah berhasil menurunkan angka deforestasi sampai titik terendah pada tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu ha. Sementara, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113,5 ribu ha.
Indonesia telah berhasil menurunkan angka deforestasi sampai titik terendah pada tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu ha. Sementara, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113,5 ribu ha. (Istimewa)

Indonesia telah berhasil menurunkan angka deforestasi sampai titik terendah pada tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu ha. Sementara, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113,5 ribu ha.

 Indonesia mulai menghitung tingkat deforestasi sejak tahun 1990. Faktanya, deforestasi tertinggi terjadi pada periode tahun 1996 sampai 2000, sebesar 3,5 juta ha per tahun, periode 2002 sampai 2014 sebesar 0,75 juta ha per tahun, dan mencapai titik terendah laju deforestasi pada tahun 2022 sebesar 104 ribu ha.

Menurut data World Resources Institute Global, deforestasi terendah dicapai di era Jokowi. Juga menurut data World Resources Institute Global, RI sebagai negara nomor satu tingkat penurunan deforestasinya di dunia sebesar 65%, yang dicapai di era pemerintahan Jokowi.

"Jika dilihat tren deforestasi berdasarkan data sebelumnya maka penurunan hutan Indonesia relatif rendah dan cenderung stabil," dikutip dari laporan KLHK, Kamis (18/1/2024).

 Hal ini menunjukan bahwa berbagai upaya yang dilakukan Kementerian LHK akhir-akhir ini menunjukkan hasil yang signifikan antara lain: penerapan Inpres Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Pengendalian Kerusakan Gambut, Pengendalian Perubahan Iklim, Pembatasan perubahan Alokasi Kawasan Hutan untuk sektor non kehutanan (HPK), Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH/TORA), Pengelolaan Hutan lestari, Perhutanan Sosial, serta Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Hal ini seiring dengan program Indonesia FOLU netsink 2030.

Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

Indonesia telah berhasil menurunkan angka deforestasi sampai titik terendah pada tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu ha. Sementara, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113,5 ribu ha.
Indonesia telah berhasil menurunkan angka deforestasi sampai titik terendah pada tahun 2021-2022 sebesar 104 ribu ha. Sementara, deforestasi Indonesia tahun 2020-2021 adalah sebesar 113,5 ribu ha. (Istimewa)

Data hotspot dan luas karhutla menjadi indikasi keberhasilan upaya pengendalian karhutla di Indonesia. Pada tahun 2015, data hotspot dari satelit Terra/Aqua (MODIS NASA) 70.971 titik, 2016: 3.844 titik, 2017: 2.440 titik, 2018: 9.245 titik, 2019: 29.341 titik, 2020: 2.568 titik, 2021: 1.451 titik, 2022: 1.297 titik, dan 2023: 10.673 titik.

Tren penurunan titik panas ini, juga ekuivalen dengan luas area yang terbakar. Luas Kebakaran Hutan dan Lahan tahun 2015 s/d 2023 berdasarkan citra satelite landsat 8 OLI/TIRS yang di overlay dengan data sebaran hotspot, serta laporan hasil groundchek hotspot dan laporan pemadaman yang dilaksanakan Manggala Agni sebagai berikut: 2015: 2.611.411 ha, 2016: 438.368 ha, 2017: 165.484 ha, 2018: 529.267 ha, 2019: 1.649.258 ha, 2020: 296.942 ha, 2021: 358.864 ha,2022: 204.896 ha, 2023: 994.313 ha.

Kebakaran hutan dan lahan tahun tahun 2023 berhasil ditekan lebih kecil sebesar 30,80% dibandingkan tahun 2019 dengan pengaruh El-Nino yang hampir sama, bahkan kondisi 2023 lebih kering. Kondisi ini telah diantisipasi melalui berbagai upaya pencegahan karhutla sejak awal tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya