Asuransi Satelit Jadi Kunci Kemajuan Telekomunikasi Indonesia

Satelit memainkan peran yang krusial dalam menyediakan konektivitas yang andal sehingga mampu menghubungkan seluruh negeri.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Feb 2024, 16:15 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2024, 16:15 WIB
Ilustrasi satelit
Satelit memainkan peran yang krusial dalam menyediakan konektivitas yang andal sehingga mampu menghubungkan seluruh negeri. (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Telekomunikasi selama ini telah menjadi tulang punggung bagi kemajuan ekonomi dan sosial di Indonesia. Namun, di balik jaringan dan kecepatan komunikasi yang saat ini dirasakan, terdapat teknologi pendukung yang penting, yaitu teknologi satelit.

Satelit memainkan peran yang krusial dalam menyediakan konektivitas yang andal sehingga mampu menghubungkan seluruh negeri.

Dalam perjalanan untuk memajukan telekomunikasi, hadirnya satelit membuka peluang baru namun juga menimbulkan tantangan.

Risiko-risiko seperti kegagalan peluncuran, kerusakan selama operasi, atau bahkan risiko tanggung gugat yang dapat menghambat kelancaran misi satelit. Untuk mengantisipasi hal ini, diperlukan solusi yang tangguh yaitu Asuransi Satelit.

“Kehadiran asuransi satelit menjadi sangat penting, karena tidak hanya memberikan perlindungan finansial terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi, tetapi juga memberikan kedamaian pikiran kepada pemangku kepentingan bahwa project yang dijalankan telahterjamin,” kata Brellian Gema, Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (16/2/2024).

Asuransi satelit mampu memberikan stabilitas dan keberlanjutan bagi kemajuan industri telekomunikasi di Indonesia. Hal ini yang membuat Asuransi Jasindo menyediakan produk Asuransi Satelit komprehensif yang dapat memberikan perlindungan:

1. Asuransi Sebelum Peluncuran

Menjamin kerugian atau kerusakan satelit atau komponennya mulai dari pabrik sampai ke lokasi peluncuran, melalui proses uji coba, pengisian bahan bakar, dan integrasi dengan roket peluncur hingga mesin roket menyala untuk meluncurkan satelit.

2. Asuransi Peluncuran

Menjamin kerugian selama proses peluncuran, mulai dari saat mesin roket menyala hingga satelit terpisah dari tahap akhir kendaraan peluncur. Perlindungan juga bisa diperpanjang hingga selesai proses uji coba di orbit.

3. Asuransi dalam Orbit

Menjamin kerugian atau kerusakan fisik yang mungkin terjadi pada satelit selama berada di orbit, seperti akibat tabrakan dengan obyek di sekitarnya, temperatur ekstrim, dan radiasi.

4. Asuransi Tanggung Jawab Hukum

Merupakan persyaratan wajib dari pemerintah di mana peluncuran satelit dilakukan, tanpa memandang kewarganegaraan satelit tersebut.

“Melalui asuransi satelit sebagai salah satu produk unggulan kami, Asuransi Jasindo berkomitmen untuk terus memberikan perlindungan terbaik bagi satelit-satelit Indonesia agar dapat beroperasi dengan lancar di orbit,” tutupnya.

Denmark Mau Ikut Bangun Satelit Nano di Indonesia, Telan Investasi Rp 2,2 Triliun

Satelit nano Fleet Space Technologies (supplied, Fleet Space Technologies)
Satelit nano Fleet Space Technologies (supplied, Fleet Space Technologies)

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkap kabar terbaru pembangunan satelit nano untuk memantau perairan di Indonesia. Menurutnya, Denmark sudah siap menjalin kerja sama dengan nilai investasi USD 145 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun.

Trenggono mengatakan, kerja sama itu akan melingkupi penyediaan 20 unit satelit nano di Indonesia. Ini dinilai jadi upaya untuk meningkatkan pengawasan dan pemantauan secara menyeluruh di laut.

"Ya itu salah satu tools untuk melengkapi program pembangunan mesin pencarian, jumlahnya sekitar 20 satelit yang mulai akan diluncurkan di tahun ini nilainya kurang lebih sekitar USD 145 juta," ungkap Trenggono di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (5/2/2024).

Dia bilang, nantinya satelit nano itu akan beroperasi selama 24 jam penuh di wilayah Indonesia. Tujuannya meningkatkan cakupan pemantauan di perairan Indonesia.

Diketahui, ini juga seiring dengan penguatan infrastruktur guna mendukung penerapan kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota. Kebijakan itu ditarget bisa dimulai pada 2025, tahun depan.

"Itu akan terus beroperasi 24 jam sesuai wilayah Indonesia untuk bisa memonitor, akan meningkat capture gitu ya yang terjadi di laut dan ini yang sangat kita gunakan untuk memberikan kesempatan untuk masuk ke dalam media untuk mengetahui situasi apa yang terjadi," jelasnya.

Menteri Trenggono membidik, kerja sama antara Indonesia dan Denmark bisa terealisasi tahun ini. Dia menyasar sudah ada langkah konkret di Juni 2024 mendatang.

"Insyaallah kalau tidak ada alasan Juni sudah selesai," ucapnya.

 

Rencana 20 Satelit Nano

Melihat Satelit Nano Buatan Ilmuwan Muda Indonesia
Ilmuwan muda Tim Surya Satellite-1 Muhammad Zulfa Dhiyaulhaq, Setra Yoman Prahyang, dan Suhandinata menjelaskan prinsip kerja satelit nano di Jakarta, Selasa (21/6/12022). Satelit kecil ini merupakan hasil kolaborasi dari PSN, Kementerian Komunikasi dan Informatika, ORARI, Pudak Scientific, Pusteksat LAPAN dan BRIN. (Liputan6.com/Angga yuniar)

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, 20 satelit nano akan diluncurkan dan beroperasi pada 2024 guna memetakan kondisi dan aktivitas di laut.

"Kita akan meluncurkan satelit nano yang bisa terkoneksi dengan seluruh kapal-kapal pengusaha atau penangkap," kata Sakti Wahyu Trenggono saat ditemui usai hadiri Pertemuan Nasional Pembangunan Perikanan Budidaya Berbasis Ekonomi Biru, di Jakarta, Senin (18/12/2023).

Trenggono menyebut, anggaran yang digunakan dalam peluncuran 20 nano satelit tersebut sebanyak USD 150 juta atau setara Rp 2,3 triliun (1 USD = Rp 15,489).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya