Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, mendorong sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) dalam mendukung pencapaian target investasi pemerintah yang ditargetkan mencapai Rp1.900 triliun hingga Rp2.200 triliun pada tahun 2025.
Menurut Yuliot, pada tahun 2024 ini, target investasi secara keseluruhan adalah Rp1.650 triliun, di mana kontribusi dari EBTKE lebih dari Rp1,3 miliar. Hal itu memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia, baik dari sisi nilai tambah, produktivitas, lapangan pekerjaan, maupun penerimaan negara.
Dari jumlah tersebut, sektor EBTKE diharapkan memberikan kontribusi yang besar, tidak hanya dalam peningkatan ekonomi tetapi juga dalam memperluas ruang fiskal pemerintah. Sektor ini, menurut Yuliot, sangat strategis dalam meningkatkan ketahanan energi dan memberikan peluang bagi pelaku usaha, baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, maupun koperasi.
Advertisement
Target Investasi
Kemudian, Pemerintah menargetkan pada 2025, investasi total dapat mencapai Rp1.900 triliun hingga Rp2.200 triliun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekitar 8%. Untuk mencapai target ini, sektor EBTKE menjadi salah satu kunci utama.
"Tentu kita harus mendorong lebih banyak lagi investasi di sektor EBTKE. Karena kalau kita kaitkan dengan ketahanan energi yang menjadi prioritas pemerintah itu adalah bagaimana kita memberikan peluang sebanyak-banyaknya kepada pelaku usaha, baik BUMN maupun badan usaha swasta termasuk koperasi," kata Yuliot di Jakarta, Kamis (19/12/2024).
Lebih lanjut, Yuliot menyebut Indonesia memiliki potensi besar dalam sumber daya energi terbarukan seperti surya, hidro, angin, panas bumi, dan bioenergi, dengan total kapasitas lebih dari 3.600 gigawatt. Namun, baru sekitar 1,4 gigawatt yang dimanfaatkan, atau sekitar 0,38 persen dari potensi tersebut.
Tantangan Investasi
Untuk memaksimalkan potensi ini, diperlukan dorongan investasi yang lebih besar. Yuliot menyampaikan bahwa biasanya investor lebih tertarik untuk berinvestasi di lokasi yang dekat dengan sumber daya alam yang tersedia, sehingga pemanfaatan potensi energi terbarukan akan semakin intensif seiring dengan semakin banyaknya investasi di sektor ini.
"Kita mengharapkan ini dari potensi ini kita bisa memanfaatkan secara maksimal karena kalau kita lihat dari sisi pelaksanaan kegiatan investasi, biasanya investor akan melakukan kegiatan investasi, akan mendekatkan dengan sumber daya alam yang tersedia," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga fokus pada hilirisasi sektor minerba (mineral dan batubara), terutama untuk produk nikel.
Dengan mengubah teknologi dari RKEF menjadi EXPAL, Indonesia dapat memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi, seperti kobalt dan logam tanah jarang, yang berpotensi memperkuat hilirisasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Maka dengan upaya yang lebih terkoordinasi dan memaksimalkan potensi yang ada, Yuliot berharap sektor EBTKE dapat menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.
Advertisement
Indonesia Butuh Investasi Rp 47.587 Triliun hingga 2029
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat bahwa Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp 47.587,3 triliun dalam periode 2025-2029. Sebagian besar investasi ini diprediksi berasal dari dana swasta atau masyarakat.
Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Bappenas, Rd Siliwanti, menjelaskan bahwa target tersebut dapat tercapai jika setiap tahunnya Indonesia mampu mendatangkan investasi rata-rata Rp 9.517 triliun.
"Total kebutuhan investasi selama lima tahun ke depan, 2025 sampai dengan 2029, adalah sekitar Rp 47.587,3 triliun, atau rata-rata Rp 9.517 triliun per tahun," kata Siliwanti dalam acara Economic and Finance Report 2024 di Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Sumber Investasi
Menurut Siliwanti, investasi ini akan bersumber dari tiga kelompok utama:
- Investasi pemerintah.
- Investasi BUMN.
- Investasi swasta atau masyarakat.
Investasi tersebut sangat penting untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam rinciannya, kebutuhan investasi meningkat setiap tahun selama periode 2025-2029:
- 2025: Rp 7.593,4 triliun.
- 2026: Rp 8.365,4 triliun.
- 2027: Rp 9.332,5 triliun.
- 2028: Rp 10.447,6 triliun.
- 2029: Rp 11.818,4 triliun.
Siliwanti juga menegaskan bahwa 86,7 persen dari kebutuhan investasi, atau sekitar Rp 41.227 triliun, diharapkan berasal dari sektor swasta dan masyarakat.
"Komposisi pembiayaan menunjukkan bahwa investasi swasta dan masyarakat menjadi kontributor terbesar, mencapai 86,7 persen atau Rp 41.227 triliun," ungkapnya.