Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi pada saat ini relatif lebih ringan dibanding mata uang negara lain.
Hal ini disampaikan Presiden SBY dalam penyampaian Nota Keuangan 2014 dan RAPBN 2014 di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2013).
"Sebenarnya pelemahan terhadap mata uang rupiah relatif lebih ringan, dibanding pelemahan mata uang negara-negara seperti India, Australia, Malaysia, Filipina, Korea dan Jepang dalam periode Januari sampai akhir Juli 2013," papar dia.
SBY menjelaskan, kondisi ekonomi global diperkirakan akan sedikit lebih baik pada tahun depan. Namun demikian, di tengah nuansa positif ini, sejumlah ketidakpastian muncul.
Misalnya, lanjut dia, rencana Bank Sentral Amerika Serikat untuk mengurangi ekspansi moneternya, atau tappering off quantitative easing policy. Akibatnya, terjadi gejolak nilai tukar dan pasar keuangan di emerging markets, termasuk Indonesia.
"Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang mengalami gejolak ini," terang Presiden SBY.
Â
Sementara itu pada tahun depan, melalui kebijakan moneter yang berhati-hati, pemerintah akan menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas tingkat nilai tukar rupiah yang realistis.
"Untuk 2014, kita menggunakan asumsi rata-rata nilai tukar adalah Rp 9.750 per dolar AS," ungkap dia.
Hal ini disampaikan Presiden SBY dalam penyampaian Nota Keuangan 2014 dan RAPBN 2014 di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2013).
"Sebenarnya pelemahan terhadap mata uang rupiah relatif lebih ringan, dibanding pelemahan mata uang negara-negara seperti India, Australia, Malaysia, Filipina, Korea dan Jepang dalam periode Januari sampai akhir Juli 2013," papar dia.
SBY menjelaskan, kondisi ekonomi global diperkirakan akan sedikit lebih baik pada tahun depan. Namun demikian, di tengah nuansa positif ini, sejumlah ketidakpastian muncul.
Misalnya, lanjut dia, rencana Bank Sentral Amerika Serikat untuk mengurangi ekspansi moneternya, atau tappering off quantitative easing policy. Akibatnya, terjadi gejolak nilai tukar dan pasar keuangan di emerging markets, termasuk Indonesia.
"Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang mengalami gejolak ini," terang Presiden SBY.
Â
Sementara itu pada tahun depan, melalui kebijakan moneter yang berhati-hati, pemerintah akan menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas tingkat nilai tukar rupiah yang realistis.
"Untuk 2014, kita menggunakan asumsi rata-rata nilai tukar adalah Rp 9.750 per dolar AS," ungkap dia.