Sektor asuransi mikro sangatlah penting dimiliki suatu negara. Pasalnya, bisa membantu masyarakat yang memiliki penghasilan rendah dan membangun pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Oleh karena itu, Chairman Micorinsurance Network, Craig Churchill mendorong, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengembangkan asuransi mikro di Indonesia.
"Asuransi mikro bisa membantu masyarakat kecil yang punya penghasilan di bawah rata-rata dan bisa memberikan perkembangan ekonomi di suatu negara," ujar Craig ketika ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Menurut Craig, masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran tinggi untuk memerlukan asuransi. Terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Ia mencontohkan, perbankan saat ini jarang memberikan bantuan ke petani. Hal itu karena penyaluran kredit kepada petani memiliki resiko yang sangat tinggi.
"Produk asuransi juga bisa memberikan akses yang baik bagi petani sehingga bisa memperoleh kredit, dan yang terpenting bisa membangun ekonomi," tutur David.
Craig juga menilai, perusahaan asuransi dapat menopang perekonomian suatu negara. Apalagi asuransi memiliki aset besar dan mengelola dana untuk perlindungan masyarakat.
"Asuransi punya uang dan aset banyak bisa 30 tahun lamanya mereka mampu. Untuk itu negara harus memiliki industri asuransi, khususnya asuransi mikro yang bisa membantu masyarakat banyak. Jangan sampai suatu negara tidak punya asuransi," ungkap Craig.
Seperti diketahui, menurut data penelitian Munich Re Foundation dan Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, sektor asuransi mikro di Asia dan Oseania telah mencapai 172 juta jiwa yang mencakup properti juga.
Dari informasi itu menggambarkan pertumbuhan industri asuransi telah mencapai sebesar 40% dari kurun waktu 2010-2012.
Sampai saat ini India masih memimpin pangsa pasar yang teratas, sebesar 100 juta pemegang polis. Sedangkan Malaysia dan Indonesia memiliki pasar asuransi mikro dengan prospek paling cerah dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 185% dan di atas 100%. (Dis/Ahm)
Oleh karena itu, Chairman Micorinsurance Network, Craig Churchill mendorong, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengembangkan asuransi mikro di Indonesia.
"Asuransi mikro bisa membantu masyarakat kecil yang punya penghasilan di bawah rata-rata dan bisa memberikan perkembangan ekonomi di suatu negara," ujar Craig ketika ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Menurut Craig, masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran tinggi untuk memerlukan asuransi. Terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Ia mencontohkan, perbankan saat ini jarang memberikan bantuan ke petani. Hal itu karena penyaluran kredit kepada petani memiliki resiko yang sangat tinggi.
"Produk asuransi juga bisa memberikan akses yang baik bagi petani sehingga bisa memperoleh kredit, dan yang terpenting bisa membangun ekonomi," tutur David.
Craig juga menilai, perusahaan asuransi dapat menopang perekonomian suatu negara. Apalagi asuransi memiliki aset besar dan mengelola dana untuk perlindungan masyarakat.
"Asuransi punya uang dan aset banyak bisa 30 tahun lamanya mereka mampu. Untuk itu negara harus memiliki industri asuransi, khususnya asuransi mikro yang bisa membantu masyarakat banyak. Jangan sampai suatu negara tidak punya asuransi," ungkap Craig.
Seperti diketahui, menurut data penelitian Munich Re Foundation dan Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, sektor asuransi mikro di Asia dan Oseania telah mencapai 172 juta jiwa yang mencakup properti juga.
Dari informasi itu menggambarkan pertumbuhan industri asuransi telah mencapai sebesar 40% dari kurun waktu 2010-2012.
Sampai saat ini India masih memimpin pangsa pasar yang teratas, sebesar 100 juta pemegang polis. Sedangkan Malaysia dan Indonesia memiliki pasar asuransi mikro dengan prospek paling cerah dengan laju pertumbuhan masing-masing sebesar 185% dan di atas 100%. (Dis/Ahm)