Menjelang akhir tahun, PT Pertamina (Persero) semakin agresif mengakuisisi lapangan minyak dan gas (migas) baik di dalam maupun luar negeri.
Berdasarkan data yang dirangkum Liputan6.com, Senin (2/12/2013), dalam sepekan Pertamina tercatat menguasai lima blok migas secara berturut-turut.
Dimulai pada 28 November 2013, perusahaan minyak pelat merah itu mengumumkan telah menuntaskan proses akuisisi ConocoPhilips Algeria Ltd, anak perusahaan ConocoPhilips (NYSE:COP) yang menguasai Blok 405a di Aljazair. Dalam aksi korporasi itu, perusahaan minyak pelat merah tersebut merogoh kocek hingga US$ 1,75 miliar.
Blok 405a terdiri dari tiga lapangan minyak utama, yaitu Menzel Lejmat North, Ourhoud dan EMK. Di lapangan Menzel Lejmat North ConocoPhilips Algeria Ltd. menguasai 65% hak partisipasi dan sekaligus bertindak selaku operator, sementara itu hak partisipasi di lapangan Ourhoud 3,7% dan 16,9 % di lapangan EMK.
"Sejak penandatanganan kesepakatan, lapangan EMK telah sukses memulai produksinya," kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.
Menurut dia, akuisisi skala besar ini memberikan Pertamina minyak mentah kualitas tinggi dalam jumlah yang signifikan dan merepresentasikan milestone kunci pada upaya ekspansi bisnis upstream internasional Pertamina.
"Pertamina siap bekerjasama erat dengan Sonatrach, ALNAFT, otoritas Aljaziar, dan para mitra untuk secara penuh mengembangan potensi produksi minyak dari blok tersebut," ungkap Karen.
Kemudian pada 29 November, Pertamina mendapatkan kabar gembira. Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik dalam surat keputusannya telah memutuskan tidak memperpanjang kontrak PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Siak, Riau, yang telah habis pada 27 November lalu. Kini kontrak pengelolaan Blok Siak diteruskan oleh Pertamina.
Keputusan ini tentu saja membuat Chevron kecewa. Pasalnya sejak 2010, Perusahaan minyak asal Amerika Serikat (AS) itu telah menyatakan ketertarikannya untuk memperpanjang kontrak di Blok Siak.
"Meski kecewa tapi kami tetap menghormati keputusan Pemerintah Indonesia tersebut," kataJuru Bicara Chevron, Donny Indrawan
Pertamina tidak mau tinggal diam dan langsung membentuk tim satuan tugas (satgas). Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, tim satgas tersebut bertugas untuk menyelesaikan kontrak Chevron dalam masa transisi enam bulan.
"Membentuk task force supaya bisa segera menyelesaikan kontraknya, dikasih waktu enam bulan, mempersiapkan transisi dengan Chevron," kata Ali.
Kemudian pada 30 November 2013, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Irak Eksplorasi Produksi mengumumkan telah membeli 10% hak partisipasi di ExxonMobil Iraq Limited, anak usaha perusahaan migas asal AS Exxon Mobil, yang menguasai Blok West Qurna I di Irak.
“Aksi korporasi ini merupakan tonggak strategis bagi Pertamina dalam memperluas keberadaan bisnisnya di mancanegara, khususnya di negara dengan sumber daya minyak dan gas yang melimpah seperti Irak," ungkap Karen.
ExxonMobil tetap sebagai kontraktor utama dengan menguasai 25% hak partisipasi di West Qurna I. Pemindahan hak partisipasi tersebut telah disetujui South Oil Company, Oil Exploration Company Iraq dan Shell West Qurna B.V, sebagai anggota konsorsium kontraktor West Qurna I.
Terakhir pada Senin, 2 Desember 2013, Pertamina mengaku telah menggandeng perusahaan minyak asal Thailand, PTT Exploration and Production Pcl (PTTEP), untuk membeli saham anak usaha Hess di Indonesia.
Aksi korporasi tersebut ditandai dengan penandatanganan kesepakatan pembelian saham (share purchase agreement/SPA) antara PT Pertamina Hulu Energy, anak usaha Pertamina dengan PTTEP Netherlands Holding Cooperatie U.A, anak perusahaan PTTEP untuk mengakuisisi anak usaha Hess di Indonesia yang masing-masing menguasai 75% hak partisipasi di Blok Pangkah dan 23% hak partisipasi di Blok Natuna Sea A.
Akuisisi ini dilakukan secara bersama-sama antara Pertamina dan PTTEP dengan basis prosentase 50:50 untuk total nilai transaksi sekitar US$ 1,3 miliar atau setara Rp 15,5 triliun (kurs: Rp 11.948 per dolar AS). Waktu penyelesaian untuk transaksi ini akan dilaksanakan sesuai dengan beberapa syarat yang ditetapkan dalam SPA. Sebelumnya, Hess telah menyatakan rencananya untuk hengkang dari Indonesia.
Blok Pangkah merupakan wilayah kerja yang terletak di bagian Timur Laut Jawa. Produksi saat ini sekitar 7.000 barel per hari minyak/kondensat dan 33 juta kaki kubik per hari gas. Sementara itu total cadangan terbukti dan potensi cadangan (2P) diperkirakan sekitar 110 juta barel setara minyak. Dengan akuisisi ini maka Blok Pangkah secara otomatis akan dioperatori bersama oleh Pertamina dan PTTEP.
Adapun, Blok Natuna Sea A merupakan wilayah kerja gas yang terletak di Laut Natuna Barat, berdekatan dengan perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Produksi saat ini sekitar 145 juta kaki kubik per hari (MMscfd)dari Lapangan Anoa, 75 MMscfd dari Gajah Baru dan 2.350 barel per hari minyak.
Total cadangan terbukti dan potensi cadangan (2P) diperkirakan sebesar 209 juta barel setara minyak. Adapun partner lain di Blok Natuna Sea A terdiri dari Premier Oil (operator), KUFPEC dan Petronas yang masing-masing menguasai hak partisipasi 28,67%, 33,33% dan 15%.
Akuisisi Blok Pangkah dan Natuna Sea A sejalan dengan strategi pertumbuhan Pertamina untuk mengakuisisi lebih banyak asset berproduksi yang dapat memberikan tambahan produksi dan cadangan. "Lebih dari itu, akuisisi ini juga akan terus memperkuat posisi Pertamina sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional Indonesia," terang Ali. (Ndw)
Berdasarkan data yang dirangkum Liputan6.com, Senin (2/12/2013), dalam sepekan Pertamina tercatat menguasai lima blok migas secara berturut-turut.
Dimulai pada 28 November 2013, perusahaan minyak pelat merah itu mengumumkan telah menuntaskan proses akuisisi ConocoPhilips Algeria Ltd, anak perusahaan ConocoPhilips (NYSE:COP) yang menguasai Blok 405a di Aljazair. Dalam aksi korporasi itu, perusahaan minyak pelat merah tersebut merogoh kocek hingga US$ 1,75 miliar.
Blok 405a terdiri dari tiga lapangan minyak utama, yaitu Menzel Lejmat North, Ourhoud dan EMK. Di lapangan Menzel Lejmat North ConocoPhilips Algeria Ltd. menguasai 65% hak partisipasi dan sekaligus bertindak selaku operator, sementara itu hak partisipasi di lapangan Ourhoud 3,7% dan 16,9 % di lapangan EMK.
"Sejak penandatanganan kesepakatan, lapangan EMK telah sukses memulai produksinya," kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.
Menurut dia, akuisisi skala besar ini memberikan Pertamina minyak mentah kualitas tinggi dalam jumlah yang signifikan dan merepresentasikan milestone kunci pada upaya ekspansi bisnis upstream internasional Pertamina.
"Pertamina siap bekerjasama erat dengan Sonatrach, ALNAFT, otoritas Aljaziar, dan para mitra untuk secara penuh mengembangan potensi produksi minyak dari blok tersebut," ungkap Karen.
Kemudian pada 29 November, Pertamina mendapatkan kabar gembira. Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik dalam surat keputusannya telah memutuskan tidak memperpanjang kontrak PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Siak, Riau, yang telah habis pada 27 November lalu. Kini kontrak pengelolaan Blok Siak diteruskan oleh Pertamina.
Keputusan ini tentu saja membuat Chevron kecewa. Pasalnya sejak 2010, Perusahaan minyak asal Amerika Serikat (AS) itu telah menyatakan ketertarikannya untuk memperpanjang kontrak di Blok Siak.
"Meski kecewa tapi kami tetap menghormati keputusan Pemerintah Indonesia tersebut," kataJuru Bicara Chevron, Donny Indrawan
Pertamina tidak mau tinggal diam dan langsung membentuk tim satuan tugas (satgas). Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan, tim satgas tersebut bertugas untuk menyelesaikan kontrak Chevron dalam masa transisi enam bulan.
"Membentuk task force supaya bisa segera menyelesaikan kontraknya, dikasih waktu enam bulan, mempersiapkan transisi dengan Chevron," kata Ali.
Kemudian pada 30 November 2013, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Irak Eksplorasi Produksi mengumumkan telah membeli 10% hak partisipasi di ExxonMobil Iraq Limited, anak usaha perusahaan migas asal AS Exxon Mobil, yang menguasai Blok West Qurna I di Irak.
“Aksi korporasi ini merupakan tonggak strategis bagi Pertamina dalam memperluas keberadaan bisnisnya di mancanegara, khususnya di negara dengan sumber daya minyak dan gas yang melimpah seperti Irak," ungkap Karen.
ExxonMobil tetap sebagai kontraktor utama dengan menguasai 25% hak partisipasi di West Qurna I. Pemindahan hak partisipasi tersebut telah disetujui South Oil Company, Oil Exploration Company Iraq dan Shell West Qurna B.V, sebagai anggota konsorsium kontraktor West Qurna I.
Terakhir pada Senin, 2 Desember 2013, Pertamina mengaku telah menggandeng perusahaan minyak asal Thailand, PTT Exploration and Production Pcl (PTTEP), untuk membeli saham anak usaha Hess di Indonesia.
Aksi korporasi tersebut ditandai dengan penandatanganan kesepakatan pembelian saham (share purchase agreement/SPA) antara PT Pertamina Hulu Energy, anak usaha Pertamina dengan PTTEP Netherlands Holding Cooperatie U.A, anak perusahaan PTTEP untuk mengakuisisi anak usaha Hess di Indonesia yang masing-masing menguasai 75% hak partisipasi di Blok Pangkah dan 23% hak partisipasi di Blok Natuna Sea A.
Akuisisi ini dilakukan secara bersama-sama antara Pertamina dan PTTEP dengan basis prosentase 50:50 untuk total nilai transaksi sekitar US$ 1,3 miliar atau setara Rp 15,5 triliun (kurs: Rp 11.948 per dolar AS). Waktu penyelesaian untuk transaksi ini akan dilaksanakan sesuai dengan beberapa syarat yang ditetapkan dalam SPA. Sebelumnya, Hess telah menyatakan rencananya untuk hengkang dari Indonesia.
Blok Pangkah merupakan wilayah kerja yang terletak di bagian Timur Laut Jawa. Produksi saat ini sekitar 7.000 barel per hari minyak/kondensat dan 33 juta kaki kubik per hari gas. Sementara itu total cadangan terbukti dan potensi cadangan (2P) diperkirakan sekitar 110 juta barel setara minyak. Dengan akuisisi ini maka Blok Pangkah secara otomatis akan dioperatori bersama oleh Pertamina dan PTTEP.
Adapun, Blok Natuna Sea A merupakan wilayah kerja gas yang terletak di Laut Natuna Barat, berdekatan dengan perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Produksi saat ini sekitar 145 juta kaki kubik per hari (MMscfd)dari Lapangan Anoa, 75 MMscfd dari Gajah Baru dan 2.350 barel per hari minyak.
Total cadangan terbukti dan potensi cadangan (2P) diperkirakan sebesar 209 juta barel setara minyak. Adapun partner lain di Blok Natuna Sea A terdiri dari Premier Oil (operator), KUFPEC dan Petronas yang masing-masing menguasai hak partisipasi 28,67%, 33,33% dan 15%.
Akuisisi Blok Pangkah dan Natuna Sea A sejalan dengan strategi pertumbuhan Pertamina untuk mengakuisisi lebih banyak asset berproduksi yang dapat memberikan tambahan produksi dan cadangan. "Lebih dari itu, akuisisi ini juga akan terus memperkuat posisi Pertamina sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional Indonesia," terang Ali. (Ndw)