Nelson Manedela yang meninggal di usia 95 merupakan sosok pemimpin yang paling berpengaruh dalam sejarah pemerintahan Afrika Selatan. Dia terkenal karena kemampuannya mengelola transisi perbedaan ras tanpa kekerasan atau kebangkrutan ekonomi. Sebaliknya, di tangan Mandela, ekonomi Afrika Selatan semakin perkasa.
Seperti dikutip dari Bloomberg Businessweek, Jumat (6/12/2013), semasa hidupnya, Mandela yakin akan adanya hubungan yang kuat antara ekonomi dan kemajuan poilik. Tak lama setelah dia dibebaskan dari penjara, Mandela menegaskan keharusan adanya landasan restrukturisasi sistem ekonomi politik unuk memastikan adanya kesetaraan antar masyarakat.
Terbukti, di bawah kekuasaannya, tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Afrika Selatan meningkat pesat di bawah pemerintahan Mandela. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari angka di bawah 1,5% (1980-1994) menjadi nyaris 3% (1995-2003).
Menurut data dari University of Cape Town economist Murray Leibbrandt, meskipun masuknya migran internal secara hukum telah meningkatkan persaingan untuk memperoleh pekerjaan, tapi pendapatan pribadi rata-rata penduduk Afrika Selatan berkulit putih meningkat sebesar 62% selama periode 1993-2008. Sementara rata-rata pendapatan penduduk Afrika secara keseluruhan meningkat jauh lebih cepat sebesar 93% dalam periode yang sama.
Afrika Selatan juga telah menjadi salah satu sumber peluang ekonomi bagi negara-negara tetangganya. Investasi Afrika Selatan berjumlah sekitar 70% dari aliran investasi intra-regional. Tak hanya itu, volume impor dari dari blok perdagangan regional Southern Africa Development Community meningkat dari US$ 16,3 miliar pada 1993 menjadi US$ 68,7 miliar pada 2006.
Jumlah migran di Afrika Selatan meningkat dari 3,3% menjadi 3,7% antara 1990-2010. Saat ini terdapat sekitar 3,3 juta warga yang tinggal di Afrika Selatan dan menyumbang remitansi meningkat sebesar US$ 1 miliar per tahun. Angka tersebut sangat berpengaruh mengingat berdasarkan survei penerima remitansi Zimbabwe di mana lebih dari separuh responden setuju bahwa dirinya akan sakit dan kelaparan tanpa pembayaran tersebut.
Lebih dari itu, di bawah pemerintahan Mandela, peluang memperoleh pendidikan juga semakin luas. Terbukti, tingkat pendaftaran sekolah menengah pertama meningkat menjadi 70% pada 2005. Pemerintahnya juga aktif meningkatkan infrastruktur. (Sis/Ndw)
Seperti dikutip dari Bloomberg Businessweek, Jumat (6/12/2013), semasa hidupnya, Mandela yakin akan adanya hubungan yang kuat antara ekonomi dan kemajuan poilik. Tak lama setelah dia dibebaskan dari penjara, Mandela menegaskan keharusan adanya landasan restrukturisasi sistem ekonomi politik unuk memastikan adanya kesetaraan antar masyarakat.
Terbukti, di bawah kekuasaannya, tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Afrika Selatan meningkat pesat di bawah pemerintahan Mandela. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari angka di bawah 1,5% (1980-1994) menjadi nyaris 3% (1995-2003).
Menurut data dari University of Cape Town economist Murray Leibbrandt, meskipun masuknya migran internal secara hukum telah meningkatkan persaingan untuk memperoleh pekerjaan, tapi pendapatan pribadi rata-rata penduduk Afrika Selatan berkulit putih meningkat sebesar 62% selama periode 1993-2008. Sementara rata-rata pendapatan penduduk Afrika secara keseluruhan meningkat jauh lebih cepat sebesar 93% dalam periode yang sama.
Afrika Selatan juga telah menjadi salah satu sumber peluang ekonomi bagi negara-negara tetangganya. Investasi Afrika Selatan berjumlah sekitar 70% dari aliran investasi intra-regional. Tak hanya itu, volume impor dari dari blok perdagangan regional Southern Africa Development Community meningkat dari US$ 16,3 miliar pada 1993 menjadi US$ 68,7 miliar pada 2006.
Jumlah migran di Afrika Selatan meningkat dari 3,3% menjadi 3,7% antara 1990-2010. Saat ini terdapat sekitar 3,3 juta warga yang tinggal di Afrika Selatan dan menyumbang remitansi meningkat sebesar US$ 1 miliar per tahun. Angka tersebut sangat berpengaruh mengingat berdasarkan survei penerima remitansi Zimbabwe di mana lebih dari separuh responden setuju bahwa dirinya akan sakit dan kelaparan tanpa pembayaran tersebut.
Lebih dari itu, di bawah pemerintahan Mandela, peluang memperoleh pendidikan juga semakin luas. Terbukti, tingkat pendaftaran sekolah menengah pertama meningkat menjadi 70% pada 2005. Pemerintahnya juga aktif meningkatkan infrastruktur. (Sis/Ndw)