Tiket Kereta Naik, Pemudik China Pilih Motor untuk Rayakan Imlek

Arus mudik penyelenggaraan tahun baru China (Imlek) tak ubahnya apa yang terjadi di Indonesia saat lebaran.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 31 Jan 2014, 13:22 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2014, 13:22 WIB
china-mudik-140131b.jpg
Arus mudik penyelenggaraan tahun baru China (Imlek) tak ubahnya apa yang terjadi di Indonesia saat lebaran. Bedanya, harga tiket dan bus yang super mahal membuat para pemudik memilih naik motor untuk menjangkau kampung halamannya.

"Penghasilan saya hanya sekitar 3.000 yuan atau Rp 6,05 juta per bulan. Sementara biaya bensin untuk pulang kampung naik motor 10 kali lipat lebih murah dibandingkan harga tiket bus atau kereta," ujar salah seorang pemudik, Qin Zhiguang yang bekerja sebagai buruh pabrik.

Seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Jumat (31/1/2014), pria yang bekerja sebagai buruh pabrik ini mengaku lebih memilih naik motor meskipun badannya sangat lelah.

Perhatian khusus memang tengah diberikan pemerintah pada sistem kereta api. Saat ini, penggunaan kereta api tengah berada di bawah pengawasan ketat pemerintah sejak Menteri Transportasi China  Liu Zhijun  dipecat karena tuduhan korupsi, penyuapan dan penyalahgunaan  kekuasaan.

Meski demikian, pada 2015, China akan memiliki jalur rel kereta api sepanjang 120 ribu kilometer yang berkecepatan tinggi.  Untuk pertama kalinya, pemerintah China juga meluncurkan kereta malam berkecepatan tinggi untuk memenuhi permintaan masyarakat.

Hal itu lantaran para pekerja yang ingin mudik ke kampung halaman terpaksa harus menginap selama enam hari di stasiun menunggu kereta yang jumlahnya terbatas. Panjangnya antrian di stasiun kereta itu juga menunjukkan betapa senjangnya tingkat kekayaan antara penduduk kaya dan miskin di China.

Sementara itu, pemudik lain, Yao Jingquan juga mengaku lebih senang menggunakan motor untuk pulang ke rumahnya.

"Tentu saja, kami senang pulang ke rumah. Setelah bekerja susah payah kami senang bisa membawa uang saat pulang ke rumah," jelas Jingquan.

Meski mahal, tercatat sebanyak 250 juta pekerja yang berpenghasilan tinggi memilih untuk naik kereta, bus atau pesawat terbang. Tentu saja, dengan begitu dirinya dapat terhindar dari kemacetan panjang. (Sis/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya