Liputan6.com, Zurich: Konfederasi sepakbola Eropa (UEFA) mengambil tindakan tegas terhadap Serbia dan Albania dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Eropa 2014, pertengahan bulan lalu. Pertandingan tersebut terpaksa dihentikan karena kericuhan yang terjadi di stadion Beogard.
Kerusuhan bermula ketika sebuah drone (pesawat tanpa awak) terbang melintasi lapangan dengan membawa bendera Albania. Spontan, pemain Serbia menarik bendera tersebut. Tidak terima, pemain Albania mengejar pemain Serbia untuk merebut bendera tersebut. Bentrokan antarpemain dan offisial kedua tim tidak terhindarkan. Wasit Martin Atkinson kemudian membubarkan pertandingan.
Baca Juga
Atas kejadian tersebut, Komisi Disiplin UEFA menjatuhkan denda pada masing-masing tim sebesar US$105 ribu (Rp 1,8 miliar). Serbia juga disanksi menggelar dua pertandingan tanpa penonton selama perhelatan Kualifikasi Piala Eropa 2016. Komdis UEFA memberlakukan hukuman berlapis untuk Serbia karena suporter menyalakan flare di laga kontra Albania.
Advertisement
Namun sial buat Albania, mereka dinyatakan kalah 0-3 dari Serbia buntut dari kericuhan tersebut. Dilansir dari USA Today, UEFA tidak menggelar laga ulangan.
Menanggapi sanksi ini, Albania berencana mengajukan banding. Federasi Albania menilai, hukuman untuk Albania dirasa tidak adil meski poin Serbia juga dikurangi tiga karena dianggap sebagai pihak yang menimbulkan kericuhan.
Perdana Mentri Albania, Edi Rama akan berjuang hingga 'titik darah penghabisan' agar Albania terbebas dari sanksi dan UEFA menggelar pertandingan ulang. Presiden federasi Albania, Armand Duka tidak dapat menggambarkan kekecewaan atas vonis itu.
"Saya tidak mengerti maksud dari preseden ini, bentrokan fisik mampu mengalahkan pemain di lapangan," kata Duka sebagaimana dilansir dari stasiun televisi swasta, Ora News. Duka menilai, sanksi UEFA bermuatan politis. "Saya tidak tahu ada skandal lebih besar dari hal ini," sambung dia. (Selanjutnya halaman 2: UEFA Disalahkan)
UEFA Disalahkan
Merespon insiden yang terjadi, sejumlah pengamat politik justru mengkritik UEFAÂ yang tidak menyadari potensi kericuhan di pertandingan Serbia vs Albania. Seharusnya, UEFA tidak menyatukan dua negara berseteru itu dalam satu grup.
Tensi selalu memanas sejak 1967. Lagu kebangsaan Albania selalu dicemooh fans Serbia ketika dikumandangkan.
UEFA seharusnya memisahkan Serbia dan Albania di babak penyisihan grup sama seperti mereka tidak menyatukan Armenia dan Azerbaijan yang memiliki sengketa wilayah dan Gibraltar dan Spanyol yang berebut wilayah kedaulatan Kerajaan Inggris.
Menilik sanksi tersebut, Federasi sepakbola Denmark, DBU berharap fans Denmark bisa menonton pertandingan di Serbia. Denmark akan bertandang ke Serbia 14 November mendatang.
"Kami akan berusaha agar pendukung Denmark tetap bisa menyaksikan langsung pertandingan karena telah berlaku sebelum UEFA menjatuhkan sanksi. Seharusnya, hukuman Serbia menggelar pertandingan tanpa penonton tidak berlaku bagi kami," kata Presiden Federasi DBU, Claus Bretton-Meyer.
Advertisement