Liputan6.com, Jakarta - Kemenangan spektakuler Arsenal atas juara bertahan Real Madrid pada leg pertama perempat final Liga Champions 2024/2025 di Emirates Stadium bukan sekadar kesuksesa biasa. Hasil ini turut berdampak positif bagi Inggris secara keseluruhan dengan Liga Premier dipastikan mendapat lima tiket untuk fase liga kompetisi musim depan.
Penegasan ini menjadi bukti konkret dominasi klub-klub Inggris di kompetisi Eropa sepanjang musim ini. Ketujuh klub Inggris sukses melaju ke babak sistem gugur berbagai kompetisi UEFA, menciptakan pondasi kokoh bagi keunggulan koefisien negara tersebut.
Baca Juga
Meski Manchester City dan Liverpool gagal menembus babak perempat final, performa brilian tim-tim lain seperti Arsenal, Manchester United (Liga Europa), dan Chelsea (Liga Konferensi) memastikan Inggris mengumpulkan poin koefisien yang signifikan.
Advertisement
Sistem penilaian UEFA tidak membedakan dari kompetisi mana poin tersebut diperoleh, menjadikan setiap kemenangan sama berharganya dalam perhitungan koefisien. Ini memberikan keuntungan strategis bagi Inggris yang memiliki wakil di semua lini kompetisi.
Di sisi lain, kemenangan Inter Milan di kandang Bayern Munchen malam ini membuka peluang Italia untuk mengejar Spanyol dalam perebutan tempat tambahan kedua. Namun, kemenangan besar Arsenal praktis menempatkan Inggris tak tergoyahkan di puncak tabel koefisien UEFA.
Supremasi Inggris Pecahkan Rekor Koefisien UEFA
Lanskap sepak bola Eropa berubah dramatis dalam setahun. Inggris yang tahun lalu tertinggal dari Jerman dan Italia dalam peringkat koefisien, kini tampil memukau dengan potensi menyapu bersih tiga kompetisi UEFA.
Kemenangan mengesankan Arsenal atas Real Madrid membawa Inggris ke angka koefisien 24,536, membuka jarak signifikan dengan Italia yang mengumpulkan 20,187. Setiap kemenangan, hasil imbang, dan kemajuan di kompetisi Eropa menambah poin berharga ke total koefisien negara tersebut.
Berita menggembirakan ini menjadi angin segar bagi Manchester City, Newcastle United, Chelsea, Aston Villa, dan terutama Nottingham Forest. Tim asuhan Steve Cooper yang kini berada di posisi ketiga klasemen bisa bernafas lebih lega dalam usaha kembali ke pentas Eropa setelah empat dekade absen.
Dengan asumsi Forest mampu mempertahankan posisi ketiga, persaingan sengit akan terjadi di antara empat tim untuk dua tempat terakhir. Hanya dua poin memisahkan klub antara posisi keempat hingga ketujuh, sementara Fulham dan Brighton & Hove Albion juga masih punya peluang matematis.
Penurunan performa Manchester City asuhan Pep Guardiola menciptakan skenario mengejutkan di mana juara bertahan bisa gagal finis di lima besar. Situasi semakin menarik dengan Newcastle yang berada satu peringkat di atas mereka sedang dalam kondisi prima dengan satu laga tersisa.
Liverpool dan Arsenal sudah memastikan tiket Liga Champions musim depan. Menurut data Opta yang mengkalkulasikan jadwal sisa kompetisi, Man City, Forest, dan Newcastle memiliki peluang di atas 70 persen masuk lima besar Liga Premier.
Chelsea hanya 40 persen, dengan Aston Villa di bawah 20 persen. Di sisi lain, kemenangan Fulham atas Liverpool akhir pekan lalu mempertahankan peluang tipis mereka di angka 2 persen.
Advertisement
Peluang Langka Inggris Kirim 7 Tim ke Liga Champions
Persaingan Liga Premier semakin dramatis dengan kemungkinan langka dengan Inggris bisa mengirim tujuh wakil ke Liga Champions musim depan melalui rangkaian skenario.
Jika Aston Villa mencatatkan prestasi fenomenal dengan menjuarai Liga Champions musim ini namun gagal finis di lima besar liga domestik, mereka tetap akan mendapatkan tiket otomatis sebagai juara bertahan. Situasi ini tidak akan mengganggu jatah lima besar Liga Premier.
Skenario serupa juga berlaku jika Manchester United atau Tottenham Hotspur dengan menjuarai Liga Europa. Mengingat kedua tim tersebut memiliki peluang tipis finis di lima besar Liga Premier, namun status juara kompetisi Liga Europa akan memberikan mereka akses langsung ke Liga Champions tanpa mengurangi jatah reguler.
Meski tidak secara langsung membantu klub-klub yang sedang berjuang meraih posisi kualifikasi Liga Champions melalui liga domestik, situasi ini berpotensi menciptakan dinamika belum pernah terjadi sebelumnya dalam sepak bola Eropa musim depan.
