Kemenpora dan NPC Bedah Kegagalan Indonesia di APG 2015

Target kontingen Indonesia di ASEAN Para Games tidak tercapai.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 21 Des 2015, 04:07 WIB
Diterbitkan 21 Des 2015, 04:07 WIB
ASEAN Para Games 2015
Logo ASEAN Para Games 2015. (sportsingapore.gov.sg)

Liputan6.com, Solo - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan National Paralympic Committee (NPC) membedah kegagalan Kontingen Indonesia di ajang ASEAN Para Games 2015 Singapura, beberapa waktu lalu.

Di ajang ini, Indonesia meraih 81 medali emas, 74 perak, dan 63 perunggu. Meski menjadi runner up, target kontingen Indonesia di ASEAN Para Games tidak tercapai. Sebenarnya di ajang ini, Indonesia diwajibkan menjadi juara umum dengan mengoleksi 103 emas, 62 perak, dan 73 perunggu.

Kegagalan itu membuat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi menginstruksikan pihak Menpora dan NPC mengevaluasi kegagalan di Singapura. Evaluasi ini berlangsung di Hotel Lor-Inn Solo, Jawa Tengah 20-22 Desember 2015 itu, salah satu yang dibahas yakni soal peraturan yang menjadi pakem dalam gelaran olahraga atlet difabel itu.

Baca Juga

  • 6 Pemain yang Berpeluang Gabung MU
  • Mourinho Tolak Pinangan Klub Italia Agar Bisa Tangani MU?
  • Bukan di Muenchen, Guardiola Bermimpi Boyong Suarez

“Di Myanmar hal teknis seperti itu tidak masalah, tapi di Singapura tidak boleh. Kami sudah lakukan protes saat itu, baik melalui manajer, CdM (Chief de Mission), tapi tetap tidak bisa. Itu karena adanya perubahan peraturan yang dipakai,” kata Deputi IV Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga Kemenpora, Djoko Pekik, Minggu (20/12/2015).

Selain masalah tersebut, jumlah Kontingen Indonesia kalah telak dari Thailand yang menjadi juara grup. Indonesia mengirimkan 190 atlet, sedangkan Thailand diperkuat 263 atlet. Tidak hanya itu saja, suporter bayaran Thailand juga menjadi salah satu penyebab gagalnya Indonesia jadi juara umum.

"Mereka bilang jumlah atlet Indonesia sangat sedikit dibandingkan Thailand. Tapi bagi saya, lebih baik mengirim atlet berkualitas ketimbang cara yang dipilih Thailand," jelas Djoko.

"Dan masalah suporter bagi saya itu bukan sebuah persoalan. Bila saja seorang atlet punya mental bagus, maka dia tidak akan tertekan dengan sorakan suporter lawan. Tapi kita lihat hasil evaluasi dari tim ini," dia menutup.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya