Liputan6.com, Jakarta - Direktur Teknik PSSI Pieter Huistra baru bekerja di Indonesia selama satu tahun. Namun, pria asal Belanda tersebut terpaksa pulang ke negaranya karena tak mungkin melanjutkan program pengembangan sepak bola tanah air di tengah sanksi FIFA.
Baca Juga
- Mengharukan, Bocah Korban Perang Ini Dipeluk Ronaldo
- Dua Bintang PBFC Punya Pandangan Berbeda Soal Semen Padang
- Arema Tertekan Disebut Favorit Juara Piala Jenderal Sudirman
Dalam situs pribadinya, pieterhuistra.nl, dikutip pada Rabu (23/12/2015) malam, Huistra curhat soal tugas pertamanya bersama Poravankara Narayanan Nair Sivaji, instruktur berlisensi AFC dan anggota Komite Teknik AFC di Indonesia.
Sebelumnya dia juga berkisah mengenai pengalaman yang didapat selama di Indonesia.
Advertisement
"Secara serentak kami mulai untuk menilai situasi perkembangan sepak bola di negeri ini. Saya melakukan banyak perjalanan ke berbagai provinsi untuk mempelajari kondisi sepak bola usia dini setempat," tulis Huistra.
Seharusnya, kontrak Huistra berakhir 2 Desember 2016 mendatang. Dia datang atas rekomendasi FIFA demi memperbaiki dua sektor penting yang belum tersentuh: pendidikan pelatih dan pembinaan usia dini.
Mantan asisten pelatih tim nasional Belanda itu terbang ke tempat-tempat terbaik pencetak bibit pesepakbola, seperti Jayapura, Manokwari, Ternate, Amboon, hingga Palembang. Huistra mengakui mendapatkan antusiasme dan merasakan kecintaan pada sepak bola di tiap tempat yang dikunjunginya.
"Senang melihat di kelompok umur yang lebih muda (di atas 10 tahun) banyak pemain-pemain berbakat. Tapi pada saat yang sama, jelas sekali kalau yang lebih tua (16-19 tahun) tidak berada di level yang sama seperti di negara-negara Eropa," tulis pria 47 tahun itu lagi.