Praveen / Debby Ujung Tombak Baru Ganda Campuran

Sukses Praveen Jordan/Debby Susanto juara All England membuat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tak lagi berjuang sendirian di ganda campuran.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 15 Mar 2016, 07:10 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2016, 07:10 WIB
Praveen Jordan/Debby Susanto
Praveen Jordan/Debby Susanto. (Humas PP PBSI)

Liputan6.com, Jakarta - Para pendukung Indonesia yang datang dari London, Manchester, Bristol, Liverpool, Nottingham, dan kota-kota lainnya dibuat deg-degan oleh para pebulu tangkis Indonesia yang tampil di ajang All England 2016, pekan kemarin. Bagaimana tidak, mereka sudah beli tiket pertandingan dua bulan sebelum turnamen bulu tangkis tertua itu digelar pada 8-13 Maret 2016 lalu.

Baca Juga

  • Cuci Gudang, Chelsea Lego 10 Pemain
  • Putusan MA Jadi Landasan PSSI Gelar ISL
  • Madrid Kepincut Gelandang Pengangkut Air Leicester

Yang membuat mereka cemas adalah para pebulu tangkis Indonesia sudah banyak berguguran di babak awal. Pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, misalnya. Ganda putra terbaik Indonesia tersingkir di babak kedua setelah takluk dari pasangan Malaysia Kien Keat Koo/Boon Heong Tan. Padahal, Hendra/Ahsan ditargetkan menjadi juara.

Hanya dua wakil Indonesia yang lolos ke perempat final, yaitu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto. Keduanya dari nomor ganda campuran. Namun, langkah Tontowi/Liliyana juga terhenti setelah kalah pasangan tuan rumah Chris Adcock/Gabrielle.

Sementara Praveen/Debby melangkah ke semifinal. Akan tetapi, Praveen/Debby menghadapi lawan berat, yakni unggulan pertama asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Dari tujuh pertemuan sebelumnya, Praveen/Debby selalu menyerah dari ganda campuran nomor satu dunia itu. Hal inilah yang membuat suporter Indonesia yang datang langsung ke Barclaycard Arena, Birmingham, Inggris, kian deg-degan.

"Kita sudah beli tiket dari dua bulan yang lalu, sudah rencanain buat nonton. Awalnya deg-degan juga sih pas beberapa wakil Indonesia pada kalah. Takut nggak ada pas di final," kata Hana Hanifah, mahasiswa London School of Economics and Political Science.

Kekhawatiran Hana dan suporter Indonesia lainnya mulai reda setelah Praveen/Debby mampu mengalahkan Zhang/Zhao dua game langsung 21-19 dan 21-16. Peringkat delapan dunia ganda campuran itu melaju ke final dan menantang Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Tanpa kesulitan, Praveen/Debby mengalahkan unggulan lima asal Denmark itu dengan skor 21-11 dan 21-17. Ini merupakan gelar super series pertama yang dimenangkan Praveen/Debby.

Sukses Praveen/Debby sekaligus menghapus kekhawatiran Indonesia kembali tanpa gelar All England seperti 2015 lalu. Praveen dan Debby memang tidak ditargetkan menjadi juara. Justru Tontowi/Liliyana yang mengemban target tersebut. Meski demikian, Praveen/Debby telah membuktikan bahwa mereka kini sudah siap mengemban target tersebut.

Pelatih kepala ganda campuran PP PBSI Richard Mainaky pada akhir tahun lalu menegaskan bahwa Praveen/Debby kini bukan lagi sekedar pelapis Tontowi/Liliyana. Pasangan yang sudah berduet dua tahun tiga bulan itu kini bisa disejajarkan dengan ganda campuran elit dunia.

"Kualitas Praveen/Debby kini jauh lebih baik, mereka bisa mengalahkan pasangan-pasangan unggulan. Walau Tontowi/Liliyana sudah kalah, Praveen/Debby tetap percaya diri melaju sendiri," tutur Richard tentang anak asuhnya.

Apa yang dikatakan Richard memang benar. Mulai dari babak pertama hingga final All England, permainan Praveen/Debby sangat meyakinkan. Debby yang bermain di depan begitu cerdik menempatkan bola sehingga membuat musuh kerap mengangkat bola dan kemudian menjadi makanan empuk Praveen untuk melancarkan smes.

Sementara Praveen sudah bisa mengatasi musuh terberatnya, yakni dirinya sendiri. Praveen tidak terlalu bernafsu untuk selalu melancarkan smes kerasnya. Pemain yang akrab disapa Ucok itu kerap melepaskan pukulan dropshot silang dan tipuan yang membuat lawan sering mati langkah.

Satu yang paling penting dilakukan Praveen dan Debby di lapangan adalah pasangan ini selalu berkomuniasi. Selain itu, mereka juga terlihat bermain enjoy sehingga permainannya sangat lepas. "Dari awal kami bilang ke diri kami, pokoknya kami harus main enjoy saja. Jangan anggap main di final. Main seperti babak-babak kemarin, enjoy, dan keluarkan semua kemampuan," ucap Praveen.

Sukses Praveen Jordan/Debby Susanto menjadi juara All England 2016 membuat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir kini tidak lagi berjuang sendirian. Tak hanya itu, Richard pun kian percaya diri menatap Olimpiade 2016 Rio de Janeior, Brasil. Kini, dia mempunyai dua ujung tombak untuk meraih medali emas Olimpiade.

"Tiba-tiba ada juara baru, ini sungguh menjadi satu angin segar buat saya. Buat ke Olimpiade bakal ada dua ujung tombak, bukan satu. Yang satu kaya pengalaman, satu lagi muda dan sedang menanjak. Udara segar sekali," ucapnya.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya