Liputan6.com, Jakarta - Julukan klub musafir kepada Persija Jakarta tampaknya tidak pernah hilang. Macan Kemayoran selalu tak bisa bermain dengan tenang di Jakarta karena terbentur berbagai permasalahan yang membuat mereka terusir dari kandang. Hal tersebut kini terjadi lagi pada gelaran Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo.
Memasuki pekan ke-12 dan seterusnya, Persija dipastikan tidak akan bisa menggelar laga kandang di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Alasannya, SUGBK akan direnovasi untuk persiapan ASIAN Games 2017.
Baca Juga
- Laga Kedua Mourinho, MU Dibungkam Dortmund
- Sumbang Poin untuk Manor, Pascal Remehkan Rio Haryanto
- Jatuh di Sirkuit Red Bull Ring, Stoner Malah Tertawa
Nasib Persija tak bisa bermain di SUGBK secara penuh memang sudah santer terdengar sebelum kompetisi bergulir. Persija bahkan hanya diberikan jatah bermain di SUGBK pada dua laga awal TSC 2016. Namun, entah dengan alasan apa, Macan Kemayoran akhirnya berhasil menggelar empat laga kandang di Jakarta sejauh ini.
Menggelar laga kandang di luar Jakarta memang memiliki kerugian. Dari segi mentalitas, para pemain Persija dipastikan tidak akan mendapatkan dukungan penuh dari Jakmania seperti saat bermain di SUGBK.
Lalu dari segi komersial, pendapatan Persija dari penjualan tiket juga akan berkurang drastis. Hal ini tentu tak terlepas dari jarak yang cukup jauh bagi Jakmania di Jakarta untuk pergi ke Solo atau Madura. Alhasil, Jakmania yang biasanya berjumlah puluhan ribu saat mendukung di SUGBK akan menurun tajam jumlahnya yang juga berimbas pada penjualan tiket.
Cerita berulang
Keputusan Persija meminjam Manahan Solo sebagai kandang bukanlah hal baru bagi klub Ibukota tersebut. Sebab, Bambang Pamungkas dan kawan-kawan memang langganan menjadi klub musafir dalam beberapa tahun belakangan.
Pada ISL 2013, beberapa kali Persija memainkan pertandingan di Stadion yang juga menjadi kadang Persis Solo. Itu terjadi ketika Persija melawan Gresik United (2-2), Persela Lamongan (1-2) dan Persepam Madura United (0-3).
Alasan Persija menggelar laga di Manahan kala itu karena Stadion Utama Gelora Bung Karno sedang mengalami perawatan rumput dan tidak boleh ada kegiatan apa saja.
Tak hanya Stadion Manahan, Macan Kemayoran juga tercatat tiga kali memakai Stadion Mandala Krida, Yogyakarta untuk menggelar pertandingan. Ini terjadi pada gelaran ISL 2012-2013 dimana saat itu Persija harus mengakui keunggulan Persiwa Wamena dengan skor akhir 1-2 di Stadion Mandala Krida.
Jika ditotal, menurut Soccerway, Persija telah memainkan total 48 pertandingan dimana 13 kali harus dimainkan di luar Jakarta. Rinciannya delapan kali di Manahan (Solo), dua kali di Maguwoharjo (Sleman), dua kali di Mandala Krida (Yogyakarta), dan sekali di Segiri (Samarinda).
Berlanjut pada gelaran Indonesia Super League 2015, Persija juga harus menerima kenyataan terusir dari SUGBK dalam sembilan pertandingan. Alasannya, SUGBK saat itu telah disewa oleh pihak ketiga untuk menggelar suatu acara.
Masalah pertama bagi persija dimulai pada 12-15 Maret 2015. Saat itu, SUGBK telah disewa untuk konser musik. Padahal di tanggal yang sama, Persija harus menjamu Mitra Kukar dan Pusamania Borneo FC.
Lalu pada bulan Mei kejadian serupa kembali dialami Persija. Tepatnya pada tanggal 3-9 Mei 2015, Persija terusir karena SUGBK lagi-lagi telah disewa oleh pihak ketiga. Padahal saat itu dijadwalkan menggelar laga Barito Putera dan juga Arema Cronus.
Akan tetapi, bak gayung bersambut, Persija yang belum sempat merasakan menggelar laga kandang usiran, ISL 2015 terpaksa berhenti karena sanksi FIFA yang membekukan PSSI.
Advertisement
Bukan pemilik SUGBK
Lantas bagaimana ceritanya Persija bisa tidak mendapatkan hak menggelar pertandingan di SUGBK padahal status mereka adalah klub Ibukota? Jika dilihat secara geografis, Persija memang merupakan klub Jakarta, tapi apesnya mereka tidak memiliki stadion sendiri.
Dua stadion mereka sebelumnya Stadion Menteng dan Lebak Bulus yang sekarang sedang beralih fungsi menjadi taman kota juga bukan stadion Persija.
Kembali ke SUGBK, secara administratif bukanlah milik Persija tapi kepunyaan negara. Jadi, Persija tidak memiliki hak penuh untuk selalu bisa memakai SUGBK sesuka hati. Persija hanya salah satu pelanggan setia pemakai SUGBK.
Pemerintah sempat berjanji untuk membangunkan sebuah stadion untuk Persija. Bahkan stadion tersebut telah memiliki nama, yakni Stadion BMW. Sayang pembangunan stadion yang disiapkan menjadi adik dari Stadion SUGBK ini tidak menemui kejelasan sejauh ini. Persija pun tampaknya harus rela terus menjadi klub musafir dalam beberapa tahun ke depan. (Yosef Deny Pamungkas)