Liputan6.com, Rio De Janeiro - Hal baru bakal terjadi di pesta olahraga terbesar di dunia, Olimpiade. Sebuah tim yang diisi oleh sepuluh atlet pengungsi bakal tampil di Olimpiade 2016 yang berlangsung di Rio De Janeiro. Saat laga pembuka yang jatuh pada 5 Agustus mendatang, tim ini membawa bendera putih.
Dikutip dari AP, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thimas Bach mengatakan bahwa pihaknya ingin memberikan para atlet berbakat yang tidak bisa tampil di Brasil karena di negaranya terlibat konflik.
Baca Juga
"Mereka itu tidak punya rumah. Jadi kami ingin memberikan mereka rumah di perumahan atlet bersama wakil dari negara lainnya. Kami melakukan ini untuk mengingatkan komunitas internasional kalau mereka juga manusia seperti kita," katanya.
"Para atlet ini bakal menunjukkan kemampuannya meski baru saja menghadapi tragedi besar di depan matanya. Mereka bisa berkontribusi bagi masyarakat melalui semangat dan keahliannya," ujar Thomas.
Mendapat kesempatan tampil di Olimpiade membuat hati perenang asal Suriah, Yusra Mardini bangga. Dia ingin berbagi cerita kehidupannya yang pahit bersama warga dunia.
"Saya harap kalian bisa belajar dari cerita kami. Anda harus bergerak untuk bertahan hidup. Sebab, kehidupan tidak bakal berhenti membuat masalah untuk Anda," papar Mardini.
Advertisement
Perjuangan Hidup Mardini
Tahun lalu, Mardini punya pengalaman pahit saat meninggalkan Suriah. Mardini dan keluarganya sejak kecil hidup di Suriah. Setiap harinya, dia sudah tidak asing dengan suara tembakan dan ledakan. Ingin kehidupan yang lebih baik, mereka pun memilih untuk meninggalkan Suriah.
Mardini, keluarganya, dan 20 pengungsi lain menggunakan sampan untuk melakukan perjalanan ke Pulau Lesbos. Namun, baru 30 menit berjalan, mesin kapal yang mereka tumpangi mati. Kondisi semakin parah ketika sampan itu mengalami kebocoran.
Air pun mulai memenuhi sampan yang diisi lebih dari 20 orang tersebut. Kondisi ini membuat semua yang berada di sampan panik. Tapi, Mardini tak mau mati konyol, dia memutuskan untuk terjun ke laut.
"Saya pikir sangat memalukan jika saya tenggelam di laut karena saya perenang," kata Mardini kepada BBC World Service.
Langkah ini diikuti oleh semua orang yang ada di sampan. Tapi ada seorang wanita muda yang tidak bisa berenang. Melihat kondisi ini, mereka semua membantu wanita muda tersebut. Wanita muda tersebut ditaruh di atas sampan yang sudah bocor. Sisanya menarik sampan tersebut. Mereka berenang selama tiga setengah jam sebelum menemukan daratan.
"Saat itu, di hadapan saya semuanya tampak abu-abu. Saya berpikir seluruh hidup saya sudah berakhir ketika itu," ucap Mardini yang mengaku berenang menggunakan gaya dada sambil menarik sampan tersebut.
Perjalanan panjang mereka membawa Mardini ke Jerman, sebagai tempat pengungsian. Ketika tiba di tempat pengungsian, pertanyaan pertama yang keluar dari Mardini adalah kolam renang terdekat.
Kini, Mardini punya kesempatan membuktikan kemampuan renangnya di mata dunia. Dia pun mengaku siap bersaing di Olimpiade 2016. "Saya sangat senang. Ini mimpi yang menjadi kenyataan, Olimpiade adalah segalanya, ini kesempatan hidup," katanya.
Advertisement
Daftar Tim Pengungsi di Olimpiade 2016
Berikut ini daftar delegasi atlet pengungsi di Olimpiade Rio:
Rami Anis
Negara asal: Suriah
Negara NOC: Belgia
Cabang olahraga: Renang
Yiech Pur Biel
Negara asal: Sudan Selatan
Negara NOC: Kenya
Cabang: Atletik
James Nyang Chiengjiek
Negara asal: Sudan Selatan
Negara NOC: Kenya
Cabang: Atletik
Yonas Kinde
Negara asal: Ethiopia
Negara NOC: Luksembourg
Cabang: Atletik
Anjelina Nada Lohalith
Negara asal: Sudan Selatan
Negara NOC: Kenya
Cabang: Atletik
Rose Nathike Lokonyen
Negara asal: Sudan Selatan
Negara NOC: Kenya
Cabang: Atletik
Paulo Amotun Lokoro
Negara asal: Sudan Selatan
Negara NOC: Kenya
Cabang: Atletik
Yolande Bukasa Mabika
Negara asal: Republik Kongo
Negara NOC: Brazil
Cabang: Judo
Yusra Mardini
Negara asal: Suriah
Negara NOC: Jerman
Cabang: Renang
Popole Misenga
Negara asal: Republik Kongo
Negara NOC: Brasil
Cabang: Judo