Jakarta - Persegres Gresik United sudah dipastikan terdegradasi pada akhir musim Liga 1. Kegagalan Laskar Joko Samudro bertahan di kompetisi kasta tertinggi dibarengi catatan salah satu tim yang kebobolan paling banyak dalam satu musim kompetisi.
Kepastian tim pujaan Ultras Mania terdegradasi terjadi setelah ditekuk Mitra Kukar 2-4 di kandang sendiri, Stadion Tri Dharma Petrokimia, Gresik, pada 7 Oktober 2017.
Sepanjang musim Persegres memang akrab dengan kekalahan, baik di kandang sendiri apalagi kandang lawan. Bila melihat hasil yang diraih Persegres hingga laga ke-33 Liga 1 2017, penampilan tim berjulukan Laskar Joko Samudro ini bisa masuk yang terburuk dari sisi statistik sejak era Indonesia Super League (ISL)Â digelar sebagai kompetisi kasta tertinggi di Indonesia pada musim 2008-2009 dan khususnya saat kompetisi diselenggarakan dengan sistem satu wilayah.
Advertisement
Baca Juga
- Cukur Persegres 10-2, Sriwijaya FC Cetak Rekor di Liga 1
- Nasib Persegres untuk Musim Depan Belum Jelas
- VIDEO: Balotelli Kesal Setelah Jadi Pahlawan untuk Nice
Sebagai catatan, musim 2014 kompetisi kasta tertinggi di Indonesia digelar dalam dua wilayah. Kemudian pada 2015 terhenti karena sanksi FIFA, dan musim 2016 kembali satu wilayah namun bukan kompetisi resmi karena berbentuk turnamen jangka panjang.
Hal itu mengacu pada statistik berupa jumlah kemenangan, total poin, serta gol memasukkan dan gol kebobolan.
Persegres memang masih punya satu pertandingan lagi, yakni melawan Bali United di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Minggu (12/11/2017). Namun, laga ini diprediksi jadi milik tuan rumah, yang butuh kemenangan untuk menyegel status juara musim ini.
Dari statistik yang dihimpun Bola.com sejak musim 2008-2009, Persegres Gresik United berpotensi memecahkan rekor kebobolan terbanyak dalam sejarah Indonesia Super League, yakni 107 gol, yang dicatatkan PSPS saat degradasi pada pengujung musim 2012-2013.
Poin Paling Sedikit
Saat ini Persegres Gresik United sudah kebobolan sebanyak 101 gol. Hal itu berarti tinggal enam gol untuk menyamai jumlah yang dicatatkan PSPS atau tujuh gol untuk melewati catatan itu. Di atas kertas, bukan tugas berat buat Bali United untuk pesta gol.
Jika skenario itu terjadi, Persegres akan mencatatkan statistik dua menang, empat kali imbang, dan 28 pertandingan berakhir dengan kekalahan. Poin yang dikoleksi total hanya 10.
Jumlah itu jauh lebih sedikit ketimbang tim-tim lain yang juga bernasib sama, berada di posisi juru kunci dan mengalami degradasi. PSIS Semarang misalnya, saat degradasi pada dari Liga Super Indonesia 2008-2009 mengoleksi total poin 21.
Kemudian pada musim 2009-2010, Persitara Jakarta Utara mengumpulkan total poin 28 dari tujuh kemenangan dan tujuh bermain imbang, saat jadi juru kunci dan degradasi.
Selanjutnya pada musim 2010-2011, giliran Bontang FC yang turun kasta karena jadi juru kunci dengan total poin 15 sepanjang musim. Statistik PSAP Sigli yang menghuni dasar klasemen pada akhir musim 2011-2012 juga lebih baik ketimbang Persegres karena mampu mengumpulkan total poin 27.
Pada pengujung musim 2013, PSPS yang memegang "rekor" jumlah kebobolan terbanyak dalam satu musim ini hingga saat ini, masih bisa mengumpulkan 17 poin dalam satu musim dengan meraih empat kemenangan dan lima kali bermain imbang.
Sementara saat TSC 2016, PS TNI yang jadi tim penghuni dasar klasemen (namun tidak terdegradasi) mengoleksi total poin 26, jauh dibandingkan yang dikumpulkan Persegres saat ini.
Pasalnya, sekali pun Persegres Gresik United di luar dugaan mampu mengalahkan Bali United, total poin yang dikumpulkan hanya 13 dari hasil tiga kemenangan dan empat kali bermain imbang.Â