Musim Bencana Chelsea

Kehancuran Chelsea sudah jauh dimulai sebelum mereka tandang ke markas Newcastle.

oleh Jonathan Pandapotan Purba diperbarui 14 Mei 2018, 17:15 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2018, 17:15 WIB
Chelsea Tersingkir dari Liga Champions
Chelsea (Josep LAGO/AFP)

Liputan6.com, London - Setelah musim yang penuh penderitaan, Chelsea akhirnya gagal lolos ke Liga Champions. Ini adalah kedua kalinya dalam tiga tahun terakhir The Blues gagal tampil di kompetisi tersebut.

Pada laga terakhir di Liga Inggris, Chelsea tumbang 0-3 di tangan Newcastle United. Padahal, The Blues butuh kemenangan, sambil berharap Liverpool kalah.

Sejatinya, kehancuran Chelsea sudah jauh dimulai sebelum mereka tandang ke markas Newcastle. The Blues kehilangan banyak poin melawan tim-tim lemah macam Bournemouth, Watford, Crystal Palace, West Ham United dan Huddersfield Town.

Buruknya penyelesaian lini depan harus dibayar mahal oleh Eden Hazard dan kawan-kawan.

 

 

 

Conte Kambing Hitam

Antonio Conte (AFP / ALBERTO PIZZOLI)

Manajer Antonio Conte jadi kambing hitam keterpurukan Chelsea musim ini. Namun, hal ini sepertinya kurang adil. Fans Chelsea harus menerima fakta bahwa The Blues tak lagi punya kekuatan finansial seperti ketika Roman Abramovich pertama kali datang pada 15 tahun lalu.

Abramovich sekarang tak bisa mengimbangi dana transfer klub-klub raksasa macam duo Manchester, Barcelona, Real Madrid dan Paris Saint-Germain.

The Blues pun mengubah strategi mereka dengan mendatangkan pemain-pemain muda potensial yang berharga lebih murah. Namun, hal seperti ini tak selalu berhasil.

Buktinya, Alvaro Morata (25) kesulitan adaptasi dengan permainan keras di Liga Inggris. Meski sempat memiliki start bagus, namun Morata akhirnya bisa dibilang gagal menggantikan peran Diego Costa.

Tiemoue Bakayoko (23) juga tak bisa memenuhi ekspektasi Conte di lapangan. Sementara Ross Barkley (24) malah jarang bermain.

Adapun Emerson Palmieri (23) dan Davide Zappacosta (25) baru dalam kondisi bugar di akhir musim. Hanya Antonio Rudiger (25) yang punya dampak positif musim ini.

Perang Urat Syaraf

Antonio Conte (AFP/Glyn Kirk)

Conte juga kerap terlibat perang urat syaraf dengan manajemen Chelsea terkait transfer pemain. Hal ini menimbulkan situasi tak kondusif di ruang ganti.

“Saya tidak tahu apakah ambisi saya sama dengan klub. Sangat penting untuk memiliki pelatih dan klub dengan ambisi yang sama, untuk meningkatkan tim dan kualitas pemain. Jika Anda memiliki situasi ini, Anda dapat memenangkan Liga Inggris, Piala FA dan Liga Champions," kata Conte seperti dilansir Soccerway.

“Saya memiliki ambisi besar, tetapi saya tidak punya uang untuk belanja pemain di Chelsea. Klub tahu apa ambisi saya. Ketika Anda memutuskan untuk bekerja dengan pelatih jenis ini, Anda mengambil pelatih dengan ambisi besar. Bukan pecundang, tapi pemenang,” Conte menambahkan.

Ganti Manajer

Maurizio Sarri (AFP/Tiziana Fabi)

Gara-gara hasil buruk musim ini, Conte mungkin akan kehilangan pekerjaannya di Chelsea. Belum jelas siapa yang akan menggantikannya, tapi kandidatnya adalah Maurizio Sarri (Napoli) dan Leonardo Jardim (AS Monaco).

Siapa pun yang menggantikan Conte, jelas mereka punya tugas yang sangat berat. Menyusul hasil buruk musim ini, kembali ke empat besar musim depan sudah jadi pencapaian bagus bagi pengganti Conte.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya