Asam Lambung Naik, Waspada 7 Ancaman Penyakit yang Mengintai

Asam lambung merupakan senyawa disinfektan atau pembunuh kuman. Senyawa ini terdiri dari asam klorida, natrium krolida, dan kalium klorida.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Feb 2021, 12:19 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2020, 02:00 WIB
Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta - Asam lambung merupakan senyawa disinfektan atau pembunuh kuman. Senyawa ini terdiri dari asam klorida, natrium krolida, dan kalium klorida. Ketiganya bersifat asam dan harus selalu diperhatikan kadarnya.

Jika membiarkan asam lambung naik, akan ada banyak bahaya yang mengintai. Bahaya membiarkan asam lambung naik muncul karena lendir dinding lambung lebih sedikit dari asamnya. Jika terus dibiarkan, maka akan menyebabkan dinding lambung terluka.

Termasuk menyebabkan komplikasi penyakit yang tidak terduga. Tentu saja hal ini jelas berbahaya. Oleh karena itu, kenali gejala saat asam lambung naik dan bahaya yang mengintainya. Beberapa gejala saat asam lambung muncul ialah penderita akan mengalami rasa sakit yang menjalar ke leher dan tenggorokan.

Termasuk, batuk kering, mengi, asma atau pneumonia, mual atau muntah, radang tenggorokan, kesulitan menelan, sakit dada, erosi gigi, dan bau mulut.

Agar terhindar, terapkan pola hidup sehat, rajin berolahraga, dan tidur cukup. Berikut Liputan6.com ulas bahaya membiarkan asam lambung naik, Jumat (22/5/2020).

 

 

Striktur Kerongkongan (Esofagus)

ilustrasi asam lambung (Sumber: istockphoto)
ilustrasi asam lambung (Sumber: istockphoto)

Bahaya dari asam lambung kronis dapat menyebabkan terjadinya striktur kerongkongan. Struktur esofagus/kerongkongan menyebabkan rusaknya lapisan kerongkongan. Terutama disebabkan oleh iritasi peningkatan asam lambung.

Kerusakan akan berdampak pada pembentukan jaringan parut. Hingga membuat rongga kerongkongan menyempit. Striktur kerongkongan bukan pertanda dari kanker. Namun, akan tetap menimbulkan masalah kesehatan. Seperti sakit menelan, susah menelan, mudah tersedak, makanan tersangkut, dan seolah tersumbat di kerongkongan.

Esofagitis

Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Esofagitis merupakan peradangan pada lapisan kerongkongan. Muncul akibat komplikasi kenaikan asam lambung yang sudah parah. Di sini penting mengatasi asam lambung naik lebih dini.

Parahnya, esofagitis bisa mengakibatkan perdarahan, luka, dan iritasi pada kerongkongan. Luka yang ditimbulkan juga akan membuat kerongkongan menyempit. Hingga menimbulkan jaringan parut kronis pada lapisan kerongkongan. Komplikasi ini akan membuat penderita suli menelan.

Sulit saat menelan makanan dan minuman. Merasakan nyeri atau sakit saat menelan makanan, bahkan makanan mungkin saja tersangkut di kerongkongan.

Gejala esofagitis lainnya meliputi:

- Nyeri atau sakit pada dada, terutama di belakang tulang dada yang semakin terasa saat makan.

- Nyeri dada seperti terbakar (heartburn).

- Radang tenggorokan.

- Nafsu makan menurun.

Kanker Kerongkongan (Esofagus)

Ilustrasi asam lambung
Ilustrasi asam lambung (Sumber: Istockphoto)

Kanker kerongkongan atau esofagus adalah jenis kanker yang menyerang kerongkongan. Kemunculannya berawal dari sel-sel yang melapisi bagian dalam kerongkongan. Bahkan, bisa terjadi di seluruh bagian kerongkongan mana pun.

Penyebab kuat kanker kerongkongan, yakni refluks asam lambung kronis. Terutama jika peningkatan asam lambung sudah berkembang menjadi barret esophagus. Jika sudah mengalaminya, maka risiko kanker kerongkongan akan semakin meningkat. Gejalanya akan sulit menelan, berat bada turun, nyeri dada, sensasi terbakar pada dada, batuk, dan suara serak.

Awalnya memang tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Maka penting untuk melakukan konsultasi kepada dokter. Terutama mengenai tanda dan gejala, jika refluks asam lambung sudah kronis.

Barret Esophagus

Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Barret esophagus adalah kondisi ketika sel pada lapisan kerongkongan rusak karena kenaikan asam lambung. Terutama karena kenaikan asam lambung yang terjadi terus-menerus. Hal ini menyebabkan lapisan kerongkongan rusak. Bahkan, berubah menyerupai serangkaian sel yang melapisi dinding usus pada pencernaan.

Komplikasi ini muncul jika sudah mengalami keluhan asam lambung dalam jangka waktu lama. Semua orang memiliki risiko dan bahaya yang sama. Namun, kebanyakan kasusnya biasa terjadi pada kelompok lansia dan pria.

Pada kasus tertentu, barrret esophagus bisa berkembang menjadi kanker esofagus (kerongkongan). Di sini pentingnya melakukan pemeriksaan dan tes rutin mendeteksi sel prakanker. Lesi prakanker ini lebih jarang terjadi. Namun, tetap lakukan pemeriksaan lebih dini untuk mencegah perkembangan kanker kerongkongan.

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Gejala utama GERD meliputi nyeri ulu hati atau heartburn dan regurgitasi. Hal ini disebabkan asam lambung naik ke tenggorokan. Namun, tidak semua penderita mengalami nyeri ulu hati.

Gejala lain bisa berupa nyeri dada, sulit menelan, batuk kering, suara serak, mual, muntah, dan banyak lagi. GERD juga sulit dikenali. Gejala GERD dapat dicegah dan diatasi dengan perubahan gaya hidup. Termasuk pola makan dan konsumsi obat-obatan. Terkadang operasi diperlukan untuk menangani kondisi ini.

Iritasi Pernapasan

Asam lambung naik/GERD bisa menimbulkan masalah pernapasan. Hal ini disebabkan asam lambung yang terhirup oleh paru. Hingga dapat memicu iritasi pada paru-paru sekaligus tenggorokan. Akibatnya, menimbulkan masalah pernapasan.

Gangguan pernapasan menimbulkan gejala asma, penumpukan lendir di dada, batuk kering, laringitis, dan pneumonia. Lebih baik segera konsultasikan dengan dokter untuk penanganannya. Dokter akan memberikan pengobatan berdasarkan jenis penyakit pernapasan yang diderita.

Dispepsia

Ketika mengalami dispepsia, orang bisa merasakan nyeri pada ulu hati, kembung, mual, dan muntah. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan maupun gangguan pencernaan kronis seperti GERD.

Segera konsultasikan dokter jika mengalaminya disertai muntah parah atau muntah darah. Kemudian penurunan berat tanpa sebab, tinja berwarna hitam, dan sulit menelan.

Dispepsia dapat diatasi dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup. Seperti makan dalam porsi sedikit dan lebih sering, menghindari makanan pedas, dan berhenti merokok.

Penulis: Laudia Tysara/Tyas Titi Kinapti, Hot Liputan6, published 22/5/2020

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya