Liputan6.com, Jakarta - Jauh sebelum Manchester United (MU) menjadi klub Inggris pertama yang menjadi treble winners, ada nama lain yang hampir melakukannya.
MU membukukan sejarah pada 1998/1999 ketika merebut tiga gelar bergengsi dalam semusim. Di bawah komando Alex Ferguson, mereka unggul di klasemen akhir Liga Inggris.
Setan Merah lalu menguasai Piala FA usai menaklukkan Newcastle United di laga puncak. Yang paling dramatis, Roy Keane dan kawan-kawan membungkam Bayern Munchen setelah mencetak dua gol di injury time. Berkat capaian ini, Ferguson dianugerahi gelar kebangsaan dari Kerajaan Inggris.
Advertisement
Ipswich Town juga pernah ditangani nakhoda yang kemudian menerima kehormatan tersebut. Namun, Bobby Robson menerimanya setelah membawa Inggris masuk semifinal Piala Dunia 1990 serta kontribusi besarnya bagi sepak bola.
Barangkali Robson bakal lebih cepat mendapat titel itu jika Ipswich Town tidak terpeleset di momen krusial musim 1980/1981.
Di Ambang Takhta Inggris
Ipswich Town menjalani periode keemasan pada akhir 1970-an dan awal 1980-an. Kehadiran gelandang subur, winger berteknik tinggi, serta kiper lincah menjadikan mereka kekuatan menakutkan.
Mereka berkutat di papan atas Liga Inggris hingga pertengahan musim. Ipswich Town mengiringinya dengan menyingkirkan rival terbesar Aston Villa di babak ketiga Piala FA.
Selain itu, The Blues berjalan mantap di Piala FA. Mereka menyingkirkan Aris Thessaloniki, Bohemians, dan Widzew Lodz untuk masuk perempat final.
Namun, kemenangan atas Aston Villa ternyata jadi buah simalakama bagi Ipswich Town. Hasil tersebut membuat rival mereka bisa fokus seluruhnya ke Liga Inggris.
Ipswich Town memang mampu menandingi rival dengan mencatat rekor tidak terkalahkan selama 12 laga pada periode Desember 1980 hingga Maret 1981. Namun, hasil minor 1-2 melawan MU mengawali keruntuhan mereka.
Advertisement
Fokus Terbagi
Ditambah terbaginya fokus pada duel versus Saint-Etienne di Piala UEFA, plus dua partai Piala FA (salah satunya replay), Ipswich Town akhirnya keteteran pada persaingan Liga Inggris.
Termasuk kekalahan dari MU, The Blues cuma tiga kali menang di 10 laga sisa Liga Inggris. Mereka akhirnya defisit empat angka di belakang sang juara Aston Villa.
Skuat tipis dengan hanya mengandalkan 16 pemain di tim utama membuat Ipswich Town kesulitan mengarungi padatnya jadwal. Mereka tercatat bermain 20 partai lebih banyak ketimbang Aston Villa pada musim itu.
Perjuangan Ipswich Town di Piala FA juga berakhir tragis. Mereka kalah dari Manchester City akibat gol Paul Power pada perpanjangan waktu.
Juara Piala UEFA
Dari tiga titel yang dibidik, Ipswich Town akhirnya cuma memenangkan satu gelar. Setidaknya prestasi di Piala UEFA membuat mereka tidak pulang dengan tangan hampa.
Kemenangan agretat 5-4 atas AZ Alkmaar pada final membantu The Blues merebut gelar Eropa pertama sepanjang sejarah klub.
Advertisement