Liputan6.com, Jakarta - Liverpool merayakan kesuksesan dalam sunyi. Mereka tidak bisa berbagi kebahagiaan dengan suporter ketika mengakhiri paceklik 30 tahun dengan mengangkat trofi Liga Inggris 2019/2020.
Saat itu stadion menutup diri karena pandemi Covid-19. Penonton dilarang masuk demi meminimalisir pencemaran.
Padahal momen tersebut begitu istimewa bagi The Reds. Terlebih pasukan Jurgen Klopp tampil superior sepanjang musim. Mereka hanya kalah tiga kali dan unggul 18 angka dari pesaing terdekat Manchester City.
Advertisement
Namun, Liverpool bukan satu-satunya klub yang merasakan pengalaman kurang mengenakkan ini.
Klub Skotlandia Glasgow Rangers merasakannya usai menaklukkan wakil Uni Soviet Dynamo Moscow pada final Piala Winners 1971/1972 di Camp Nou.
Perebutan Gelar
Rangers menaklukkan Stade Rennais (Prancis), Sporting CP (Portugal), Torino (Italia), dan Bayern Munchen dalam perjalanan ke final. Sementara sang lawan menyingkirkan Olympiakos Piraeus (Yunani), Eskisehirspor (Turki), Red Star Belgrade (Yugoslavia), dan Dynamo Berlin (Jerman Timur).
Pada laga puncak, Colin Stein dan William Johnston (2) membawa Rangers unggul 3-0. Dynamo coba mengejar melalui Vladimir Eshtrekov dan Aleksandr Makhovikov tapi gagal menemukan gol penyama kedudukan.
Rangers pun merebut titel pertama mereka di Eropa setelah kalah pada final ajang sama edisi 1960/1961 dan 1966/1967. Sementara Dynamo gagal mempersembahkan titel pada penampilan pertama klub Uni Soviet di final kompetisi Eropa.
Â
Advertisement
Ruangan di Dalam Camp Nou
Sayang capaian Rangers terasa hambar akibat kericuhan suporter. Pendukung mereka masuk lapangan beberapa saat sebelum laga selesai. Petugas keamanan kemudian sukses mengusir penonton agar kedua tim bisa menyelesaikan pertandingan.
Namun, fans kembali menerobos setelah wasit Jose Maria Ortiz de MendÃbil meniup peluit untuk terakhir kalinya.
Kerusuhan tersebut memaksa operator kompetisi berinovasi. Mereka menganugerahkan trofi ke kapten Rangers, John Greig, di dalam stadion.
"Saya masih mengenakan seragam dan sepatu bola. Ofisial membawa saya melewati koridor menuju ruangan panjang dan sempit. Di ujung ada meja dengan trofi, dikelilingi pejabat UEFA," kata John Greig dalam otobiografinya My Story.
"Mereka kemudian menyerahkan trofi, sedikit bicara, dan meminta kami meninggalkan ruangan."
Â
Dampak Insiden
Selepas laga, kubu Dynamo meminta laga diulang karena menganggap suporter Rangers merusak momentum mereka menyamakan kedudukan. Sementara Rangers menilai kekerasan polisi berlebihan.
Meski bersimpati, UEFA menolah permohonan Dynamo. Namun, mereka mencabut hak Rangers mempertahankan gelar pada musim berikutnya sebagai bentuk hukuman atas perilaku pendukung.
Insiden ini juga membuka mata Eropa terhadap para hooligan dari klub Inggris Raya.
Advertisement