Pernah Dipenjara saat SMP, Murray Kini Sukses Tembus NBA All-Star

Kisah hidup pebasket NBA Dejounte Murray sungguh tragis. Beruntung bola basket bisa mengubah nasibnya menjadi miliarder.

oleh Thomas diperbarui 22 Feb 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2022, 17:00 WIB
Dejounte Murray (Kiri) di NBA All-Star 2022
Dejounte Murray (Kiri) di NBA All-Star 2022 (AFP)

Liputan6.com, Jakarta- Perjalanan hidup pebasket NBA Dejounte Murray sungguh memprihatinkan. Pemain San Antonio Spurs itu sudah mengalami masa kelam sejak masih balita. Bola basket mengubah hidupnya hingga akhirnya kini menembus NBA All-Star 2022.

Murray lahir di kota Seattle. Beban hidupnya begitu berat. Maklum saja Murray besar di wilayah yang begitu dekat dengan kriminal.

Di saat kebanyakan anak-anak belajar tentang huruf dan warna, Murray dihadapkan pada kegelapan. Di usia lima tahun, Murray sudah mengenal apa itu namanya narkoba.

Dia tak merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya seperti anak-anak pada umumnya. Ibunya bolak-balik mendekam di penjara. Ayahnya sering menghilang.

Layanan Perlindungan Anak sempat beberapa kali memberikan bantuan saat ibunya dipenjara. Murray juga harus tinggal berganti-ganti tempat, mulai dari rumah paman, bibi hingga sepupunya. Celakanya keluarganya sangat terlibat dalam geng dan kegiatan kriminal.

 

 

Masuk Penjara saat SMP

Chicago Bulls kalah 104-120 dari San Antonio Spurs.
Guard Chicago Bulls, Zach Lavine (kanan) dijaga ketat oleh guard San Antoniu Spurs, Dejounte Murray dalam lanjutan NBA di AT&T Center, Minggu (28/3/2021) pagi WIB. (AP/Darren Abate).

Ketika menginjak usia 11 tahun, Murray sudah familiar dengan kehidupan jalanan. Dia akhirnya juga ikut terlibat tindakan kriminal.

Pada rendang usia 11 sampai 15 tahun, Murray bahkan beberapa kali masuk penjara Pusat Penahanan Remaja. Muray pertama kali dipenjara saat SMP. 

Saat bersekolah di Rainier Beach High School, Murray juga menyaksikan dengan matanya sendiri beragam tindakan kriminal terjadi disekitarnya. Sirene ambulans terus meraung, bersaing dengan suara gurunya.

"Anda bisa melihat kejahatan yang sebenarnya terjadi, seseorang dirampok atau penembakan yang sebenarnya terjadi," kata Murray kepada Fox TV beberapa waktu lalu.

Titik Balik

Perlahan Murray mulai sadar. Kehidupannya harus diubah atau semuanya akan terlambat. Titik balik terjadi saat usia Murray menginjak 16 tahun. Beruntung ada satu pamannya yang hidup di jalan yang benar.

Sang paman yang menginspirasi Murray berubah. Murray melihat pamannya pergi bekerja setiap hari dan bertekad untuk berubah ke arah lebih baik. "Enam belas tahun adalah saat saya mulai melakukan hal yang benar," kata Murray.

Lewat jalur bola basket Murray bisa mengubah kehidupan kelamnya. Kebetulan dia dianugrahi talenta bermain basket yang luar biasa. Namun catatan hitam kehidupannya sempat membuatnya tak yakin bisa menjadi pemain basket profesional.

Beruntung Murray bertemu Jamal Crawford, pebasket NBA yang pernah menjadi Sixth Man of the Year tiga kali. Jamal mengundang Murray yang berusia 16 tahun itu laga persahabatan Midnight Madness.

Murray tampil memukau dengan membuat 40 poin. Padahal lawan yang dihadapi ada pemain level NBA seperti Chris Paul, Matt Barnes dan LaMarcus Aldridge.

Masuk NBA

Selanjutnya Murray mulai fokus bermain basket dan bertekad menembus NBA. "Saat itulah saya tahu saya bisa menjadi pemain NBA."

Berbekal modal kerja keras, Murray akhirnya bisa mewujudkan impian menembus NBA. Dia dipilih San Antonio Spurs di putaran pertama urutan 29 pada NBA Draft 2016.

Jalan berliku lagi-lagi harus dilalui Murray di NBA. Spurs sempat menempatkannya di tiim G-League pada musim 2016/2017. Perlahan Murray menunjukkan layak jadi andalan Spurs menggantikan posisi Tony Parker.

Di musim 2021/2022, karier Murray terus melesat. Dia rajin membuat triple double. Dan untuk pertama kalinya Murray terpilih main di NBA All-Star 2022. Murray menggantikan Draymond Green yang cedera.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya