Liputan6.com, Jakarta Istilah klitih mendadak menjadi sorotan masyarakat di Indonesia. Itu setelah seorang siswa SMA di Yogyakarta meninggal dunia pada Minggu (3/4/2022) dinihari WIB.
Pelajar yang meninggal itu disebut menjadi korban klitih. Lantas, apa yang dimaksud klitih itu sendiri.
Istilah klitih sejatinya bermakna positif. Dalam bahasa Jawa, klitih memiliki arti berkegiatan di luar rumah untuk mengisi waktu luang.
Advertisement
Ya, Klitih sebelumnya dimaknai sebagai kegiatan untuk jalan-jalan ataupun keliling kota tanpa tujuan yang jelas untuk mengisi waktu luang. Sayangnya, makna positif itu kini berubah cenderung negatif.
Klitih dikaitkan dengan kekerasan jalanan yang menargetkan pengendara sepeda motor. Ironisnya, pelaku klitih umumnya pelajar atau remaja.
Fenomena klitih marak terjadi di Yogyakarta. Alhasil, tak sedikit masyarakat yang kini takut berwisata di Kota Pelajar tersebut.
Menyasar Masyarakat Umum
Ketakutan masyarakat kiranya beralasan. Pasalnya, klitih kini tak lagi pandang bulu.
Di awal mulanya, klitih hanya terjadi ketika perselisihan antarsekolah.Para pelajar yang umumnya laki-laki mencari musuh dengan datang ke tempat nongkrong atau di jalan.
"Awalnya klitih merupakan istilah untuk remaja yang keluar rumah tanpa tujuan, lalu sebelum 2012 klitih mulai berubah menjadi perselisihan antar sekolah,” kata kriminolog, Haniva Hasna kepada Health Liputan6.com
Advertisement
Perilaku Menyimpang
Aksi klithih saat ini pun muncul sebagai perilaku yang menyimpang dan juga berpotensi kejahatan lantaran dilatarbelakangi oleh keberadaan kelompok-kelompok remaja yang biasa disebut sebagai geng.
“Secara psikologis, kehadiran kelompok-kelompok atau geng ini memunculkan sebuah keinginan untuk diakui keberadaannya. Oleh karena itu, sangat relevan jika keberadaannya diimplementasikan dalam bentuk aktivitas fisik atau nyata sebagai ajang adu kekuatan. Salah satunya yakni dengan klitih," tambah iva.
Infografis Covid-19
Advertisement