[Cek Fakta] Hoaks Bunga Megapuspa Mekar di Puncak Jayawijaya

Viral foto bunga langka yang disebut-sebut mekar di puncak Jayawijaya, Papua. Benarkah?

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 23 Jul 2019, 17:53 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2019, 17:53 WIB
[Cek Fakta] Gambar Tangkapan Layar yang Disebut Foto Bunga Langka
[Cek Fakta] Gambar Tangkapan Layar yang Disebut Foto Bunga Langka

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang bunga Megasupa yang yang mekar di puncak Jayawijaya, Papua beredar di media sosial.

Kabar itu tersebar dalam sebuah foto yang diunggah oleh akun facebook Krisyanto Yen Oni pada 24 Juni 2019 lalu.

Dalam konten yang diunggah, akun facebook Krisyanto Yen Oni menambahkan sebuah narasi.

"HANYA ADA SATU DIDUNIA !!!!

Bunga MEGAPUSPA, yg sedang mekar di puncak Gunung Jayawijaya, Papua (di dunia hanya ada 1, di Papua), yg mekarnya 33 th sekali, tadi jam 14.30 Wit terjadi pemekaran sempurna :-) INDONESIA 🇲🇨 👍#Indonesiakuindah

https://youtu.be/AqJSlH0y7tEhttps://youtu.be/lzpam7jlRvM," tulis akun facebook Krisyanto Yen Oni.

Hingga kini, konten yang diunggah akun facebook Krisyanto Yen Oni telah 3.700 kali dibagikan dan mendapat 678 komentar warganet.

 

Penelusuran Fakta

Setelah ditelusuri, kabar tentang bunga Megasupa yang yang mekar di puncak Jaya Wijaya ternyata tidak benar.

Foto bunga yang diunggah akun facebook Krisyanto Yen Oni bukan merupakan Megasupa. Fakta ini dikutip dari situs JawaPos.com dengan judul artikel "Awas Tertipu Bunga Langka".

JawaPos.com- Kebohongan berikut ini terkesan sangat konyol. Bayangkan, gambar sebuah karang di dasar lautan dipelintir menjadi bunga yang mekar di atas pegunungan. Yang percaya? Buaaanyakkkk… Bahkan, mereka ikut-ikutan menyebarkan di media sosial.

”Bunga Megapuspa yg mekar di puncak jayawijaya Papua (di dunia hanya ada di papua) yg mekar 33 th sekali ..tadi jam 14.30 WIT terjadi pemekaran. Masya Allah kebesaran Tuhan dan kekayaan Indonesia yang luar biasa.” Begitu tulis pemilik akun Facebook Iis Nurul Khasanah.

Status itu ditulis Iis sembari meng-upload sebuah gambar yang terlihat menyerupai bunga. Dari pencarian yang dilakukan Jawa Pos di media sosial, bukan hanya Iis yang takjub dan mengunggah foto yang sama. Sebaran foto itu juga tidak hanya terlihat di Facebook. Ada juga di YouTube, Pinterest, dan grup-grup WhatsApp.

Di YouTube bahkan ada video yang baru di-upload dua hari lalu, tapi sudah ditonton 2.073 kali (hingga kemarin malam). Video itu diunggah pemilik akun bernama Rina Listyowati. Meski hanya slideshow sebuah foto, tetap saja ada yang percaya.

Ternyata gambar itu bukanlah sebuah bunga dengan nama megapuspa. Lokasinya juga bukan di Puncak Jayawijaya, Papua. Gambar itu merupakan jenis sea pen. Sebuah koloni laut yang dikelompokkan dalam oktocoral atau soft corals. Karang itu biasa ditemukan di perairan tropis atau sedang di seluruh dunia. Biasanya di kedalaman 6.100 meter.

Kurator Invertebrate Zoology dari California Academy of Sciences Gary Williams pernah melakukan penelitian soal sea pen. Penelitiannya diterbitkan di jurnal ilmu pengetahuan, PLos ONE (Public Library of Science). Ada 15 foto yang dipaparkan Gary soal kehidupan sea pen. Foto-foto soal sea pen itu diambil dari beberapa perairan di Filipina.

Koral itu diberi nama sea pen karena bentuknya yang seperti pena. Meski begitu, bentuknya sendiri lebih mirip bulu, cambuk, atau cacing. Sea pen bisa tumbuh dari 5 cm hingga 2 meter. ”Sulit untuk menentukan apakah satu bentuk sea pen itu merupakan sebuah individu atau terdiri atas koloni yang menyatu,” kata Williams. Anda bisa melihat galeri sea pen milik Gary lewat link yang sudah kami singkat berikut ini: http://bit.ly/HoaxMegaPuspa.

Ternyata info palsu soal bunga termasuk kategori hoax lama bersemi kembali (HLBK). Sebab, informasi dan foto yang sama pernah menyebar pada 2015 dan 2016. Penyebarannya tidak hanya terjadi di Indonesia. Pernah juga ditemukan informasi yang sama di India, dalam bahasa Inggris. Hanya, dalam informasi yang beredar di luar negeri, gambar itu disebut sebagai nagapushpa atau naga pushpam yang mekar di Puncak Himalaya.

Nagapushpa merupakan bahasa Sanskerta. Nama itu memang merujuk pada sebuah pohon mesua ferrea. Bentuknya pohon. Berbeda jauh dengan bentuk sea pen. Pohon nagapushpa bisa ditemukan di timur Himalaya dan kawasan Western Ghats India. Pohon tersebut biasa tumbuh di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.

Jadi, kalau Anda mendapatkan kiriman gambar sea pen, yang itu disebut tanaman langka yang mekar 33 tahun sekali atau megapuspa, nagapushpa, dan naga pushpam, langsung saja katakan hoax. Sekalian bantu pengguna medsos lain agar tidak terus-menerus dikibuli.

FAKTA

Gambar yang disebut-sebut sebagai bunga megapuspa adalah soft coral jenis sea pen. Tempatnya di kedalaman laut, bukan di Puncak Jayawijaya.

Kabar serupa sebenarnya pernah beredar di luar negeri tepatnya pada Januari 2016 silam. Gambar serupa disebutkan adalah bunga Nagapushpa, yang merupakan bunga langka yang tumbuh di pegunungan Himalaya. Namun lagi-lagi, informasi tersebut adalah palsu.

Fakta ini sebagaimana dikuti dari situs snopes.com dengan judul artikel "Does the Nagapushpa Flower Bloom Every 36 Years?".

An image purportedly showing a Nagapushpa, a rare Himalayan flower that supposedly blooms once every 36 years, began recirculating online in January 2016:

Nagapushpa flower which blooms only once in 36 yrs. It bloomed today at 3:30am at Manasarovar Himalayas. Is this true, is it a flower?

However, this photograph does not depict any type of flower or plant; it was taken in 2013 by Gordon J. Bowbrick, who identified the pictured creature as a sea pen, a marine invertebrate known as an anthozoan:

This creature is indeed related to anenomes and the soft corals. Sea Pens — Pennatulacea

They have the ability to pull themselves down into the reef and vanish if threatened. You can see the tube like structure at the base. Hard to see at this size but there are also a number of small cleaner shrimp in the photo close to the central quill of the feather.

This image has circulated under several variations of the word “nagapushpa,” including Nagapushpam, Naga Pushpa, and Naga Pushpam. Regardless of spelling, these words do not refer to a real Himalayan flower that blooms only once every 36 years. The word nagapuspa is a Sanskrit term for the Mesua ferrea tree (also known as the Ceylon ironwood, Bodhi tree, Indian rose chestnut, or Cobra’s saffron) but this tree is an evergreen and thus does not bloom only once every 36 years either.

 

Kesimpulan

Gambar yang diunggah akun facebook Krisyanto Yen Oni bukan merupakan bunga megapuspa, melainkan mahluk hidup laut berjenis sea pen.

Karang itu biasa ditemukan di perairan tropis atau sedang di seluruh dunia. Biasanya di kedalaman laut. Narasi yang disebarkan tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.

Banner Cek Fakta: Salah
Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya