Liputan6.com, Perth - Sebuah akun Facebook No Jab No Pay No Way - Freedom of Choice menggunggah informasi mengejutkan. Akun itu menyebut penggunakan masker wajah terlalu lama bisa menimbulkan infeksi paru-paru.
Akun Facebook itu mengunggah informasi mengenai penggunakan masker wajah terlalu lama bisa menimbulkan infeksi paru-paru pada 8 Juli 2020. Diketahui, dia berbasis di Australia dan memiliki pengikut yang banyak, lebih dari 14 ribu.
Baca Juga
Berikut narasinya:
Advertisement
"Orang-orang mulai masuk UGD dengan infeksi paru-paru jarmur karena menggunakan masker. Istirahatlah dari topeng Anda!!"
Akun itu juga menaruh link berita dengan judul: 'Neurosurgeon: Face Masks Pose Serious Risks To Healthy Individuals'. Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi: 'Ahli Bedah Saraf: Masker Wajah punya Risiko Serius Bagi Orang Sehat'.
Tentunya hal ini menjadi polemik karena unggahan tersebut muncul di tengah pandemi virus corona. Lalu, benarkah penggunaan masker bisa menimbulkan infeksi paru-paru?
Penelusuran Fakta
Tim Cek Fakta Liputan6.com menemukan sebuah artikel yang membantah postingan akun Facebook, No Jab No Pay No Way - Freedom of Choice. Dalam artikel AFP dengan judul: 'Face masks do not cause fungal lung infections if handled correctly, health experts say', menjelaskan kalau penggunaan masker aman.
Dalam artikel itu, AFP menyebut kalau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 6 Juni 2020, sangat menganjurkan penggunaan masker wajah selama pandemi virus corona covid-19.
AFP juga mengutip penjelasan Profesof Guy Marks, seorang dokter pernapasan dan ahli epidemiologi di Universitas New South Wales. Pernyataan ini dimuat pada 13 Juli lalu.
"Tidak. Masker wajah tidak membahayakan kesehatan kita. Banyak penelitian membuktikan keamanan dan efektivitas masker wajah. Ini (masker wajah) tidak mungkin melemahkan paru-paru dengan cara apapun."
"Masker wajah justru melindungi dari inhalasi semua partikel, termasuk jamur. Kemampuan untuk melindungi dari penghirupan partikel tergantung pada kesesuaian masker dan laju filtrasinya," ucap Profesor Marks.
Sementara itu, tim Liputan6.com pada Senin (21/7/2020) membuat artikel dengan judul: 'Tips Hack dari Dokter agar Masker Pas di Wajah dan Efektif Cegah COVID-19'. Artikel ini mengambil sumber dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). CDC selalu menekankan tentang pentingnya penggunaan masker untuk mencegah penyebaran virus corona.
Mengutip dari artikel tersebut, Olivia Cui, DMD, seorang dokter gigi, berbagi tips super sederhana untuk membuat masker medis menjadi pas di wajah dan menjadi lebih efektif untuk melawan COVID-19.
Dalam video 60 detik, Cui menunjukkan bahwa masker medis sering mengerut di sisi wajah dan terbuka. Untuk mengatasi hal ini, ia menawarkan tutorial singkat tentang membuat masker medis apapun menjadi pas di wajah.
Pertama, cuci tangan Anda lalu keluarkan maskernya. Selanjutnya, lipat topeng Anda menjadi dua. Kemudian, ikat simpul dengan simpul telinga di setiap sisi sedekat mungkin dengan kainnya. Kemudian, masker yang sebelumnya dilipat, saat dibuka akan membentuk oval. Sampai sini jangan dipakai dulu, karena masih ada lubang kecil di kedua sisi topeng di sebelah lingkaran telinga. Maka dari itu, selipkan kain yang melengkung keluar ke sisi dalam masker. Maka Anda telah memiliki masker yang lebih ketat dan lebih aman.
"Dengan tidak adanya N95, ini mungkin menjadi alternatif yang baik," kata Cui. Dan rupanya pemirsa TikTok setuju karena videonya telah mengumpulkan lebih dari 3,4 juta kali penampilan dengan komentator mengoceh tentang hasilnya yang positif.
Advertisement
Kesimpulan
Klaim dari akun Facebook No Jab No Pay No Way - Freedom of Choice kalau penggunaan masker bisa merusak paru-paru karena jamur adalah kabar hoax. Kenyataannya, WHO sangat menganjurkan penggunaan masker selama pandemi virus corona.
Tentang Cek Fakta
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement