Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyuruh rakyat sering nongkrong di warung kopi agar ekonomi sehat lagi.
Klaim Menkeu Sri Mulyani menyuruh rakyat sering nongkrong di warung kopi agar ekonomi sehat lagi diunggah akun Facebook Amirul Mu'minin, pada 4 September 2020.
Unggahan tersebut berupa tangkapan layar judul artikel media online Bizlaw seperti berikut:
Advertisement
"Agar Ekonomi Sehat Lagi, Sri Mulyani Suruh Rakyat Sering-sering Nongkrong di Warung Kopi"
Unggahan tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
"Saran Sri mulyono ...ckckck...mentri Taek 🤣"
Benarkah Menkeu Sri Mulyani menyuruh rakyat sering nongkrong di warung kopi agar ekonomi sehat lagi? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Menkeu Sri Mulyani menyuruh rakyat sering nongkrong di warung kopi agar ekonomi sehat lagi, dengan kata kunci 'Sri Mulayani warga nongkrong' menggunakan Google Search.
Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Sri Mulyani Sebut Warga Tak Nongkrong Ikut Pengaruhi Ekonomi" yang dimuat situs cnnindonesia.com, pada 28 Agustus 2020.
Dalam artikel situs cnnindonesia.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa salah satu faktor utama pertumbuhan ekonomi Ia bilang meski pusat perbelanjaan telah dibuka dan perjalanan tercatat telah menanjak sejak Juni, namun aktivitas konsumsi seperti 'nongkrong' masih rendah.
"Konsumsi menurun sangat tajam karena kalangan menengah bawah dalam situasi sangat rapuh. Kalangan menengah atas di rumah tapi masih bisa kegiatan digital, beli online. Tapi tidak mensubstitusi yang biasanya, pergi beli kopi atau nongkrong di warung, itu tidak terjadi," ujarnya lewat video conference.
Lebih lanjut, Bendahara Negara menyebut data Google Mobility Indeks (GMI) sejak Juni telah menunjukkan pergerakan yang membaik. GMI Juni tercatat minus 12 dari normal, membaik dari perolehan Mei yaitu minus 24.
Namun, hal tersebut tak lantas menjamin masyarakat melakukan konsumsi atau berbelanja. Menurutnya, konsumsi masyarakat tak terjadi, ini terbukti dari capaian konsumsi pada kuartal II yang minus 5,51 persen.
Pasalnya, masyarakat menengah ke bawah yang memiliki situasi keuangan rapuh tak dapat melakukan konsumsi. Sementara kalangan menengah ke atas meski masih berbelanja namun tak sekencang normal.
Oleh karena itu, ia menyebut pemerintah akan kian gencar menyalurkan stimulus seperti bantuan sosial (bansos), mau pun bantuan tunai langsung (BLT) kepada 40 persen masyarakat terbawah.
Tak hanya dari sisi konsumsi (permintaan), perangsang juga diberikan dari sisi produksi dengan menyalurkan kredit usaha baru serta stimulus untuk dunia usaha baik UMKM mau pun korporasi.
"Pemerintah memformulasikan kebijakan melihat 2 sisi, permintaan atau konsumsi terutama kelompok rapuh tapi juga memberi confidence (keyakinan) untuk kelompok menengah atas agar mereka bisa mulai melakukan aktivitas dan konsumsi," jelas Ani, sapaan akrabnya.
Namun, itu saja tidak cukup untuk menopang pertumbuhan. Pasalnya, investasi selama pandemi anjlok, minus 8,6 persen selama pada kuartal II 2020.
Maka, untuk mendongkrak pertumbuhan kuartal III dan IV tahun ini, pemerintah sejak Agustus telah mengakselerasi belanja lintas kementerian. Salah satunya, dengan melanjutkan pembangunan infrastruktur yang memungkinkan.
Kementerian teknis seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Perhubungan disebutnya mendapat mandat untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur yang sempat terhenti pada kuartal II lalu.
Harapannya, permintaan akan tumbuh dari pembangunan infrastruktur tersebut.
"Infrastruktur merupakan salah satu indikator menjaga produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur memiliki dua sisi mata pedang, sisi permintaan dan sisi produksi," tandasnya.
Advertisement
Kesimpulan
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim Menkeu Sri Mulyani menyuruh rakyat sering nongkrong di warung kopi agar ekonomi sehat lagi tidak benar.
Dalam konteks sebenarnya, Sri Mulyani menyebut konsumsi menurun sangat tajam karena kalangan menengah bawah, sementara konsumsi di kalangan menengah atas memanfaatkan teknologi digital dengan online. Namun, tidak menyentuh segmen bawah yang biasa pergi beli kopi atau nongkrong di warung, itu tidak terjadi.
Untuk memperbaiki konsumsi agar ekonomi sehat lagi, pemerintah akan kian gencar menyalurkan stimulus seperti bantuan sosial (bansos), mau pun bantuan tunai langsung (BLT) kepada 40 persen masyarakat terbawah.
Tak hanya dari sisi konsumsi (permintaan), perangsang juga diberikan dari sisi produksi dengan menyalurkan kredit usaha baru serta stimulus untuk dunia usaha baik UMKM mau pun korporasi.
Untuk mendongkrak pertumbuhan lebih kuat lagi, pemerintah sejak Agustus telah mengakselerasi belanja lintas kementerian. Salah satunya, dengan melanjutkan pembangunan infrastruktur yang memungkinkan. Cara tersebut dipilih. Pasalnya, investasi selama pandemi anjlok, minus 8,6 persen selama pada kuartal II 2020.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement