Deretan Hoaks Seputar Vaksin Anak, Simak Faktanya

Vaksin covid-19 untuk anak-anak telah mulai dijalankan di Indonesia. Sayangnya deretan hoaks juga ikut menyebar yang bisa mengganggu program vaksinasi.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 01 Jan 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2022, 16:00 WIB
Cara Tenaga Kesehatan Tarik Minat Anak untuk Vaksinasi COVID-19
Ilustrasi vaksin anak-anak. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Vaksin covid-19 untuk anak-anak telah mulai dijalankan di Indonesia. Sayangnya deretan hoaks juga ikut menyebar yang bisa mengganggu program vaksinasi.

Lalu apa saja hoaks terkait vaksin covid-19 anak-anak? Berikut beberapa di antaranya:

1. Cek Fakta: Tidak Benar Uang Koin Bisa Menempel Pada Lengan Anak yang Sudah Vaksin

Beredar di media sosial postingan video yang menyebut uang koin logam bisa menempel pada lengan anak setelah divaksin. Postingan itu beredar sejak beberapa waktu lalu.

Salah satu akun mengunggahnya di Facebook. Dia mempostingnya pada 23 Desember 2021.

Dalam postingannya terdapat video berdurasi satu menit yang berisi seorang anak sedang ditempel uang logam pada bagian lengannya. Di dalam video juga terdapat suara seorang pria yang mengatakan:

"Ini sebagai bukti anak saya disuntik vaksin, dia nempel koin"

Postingan itu sudah dilihat lebih dari 129 kali dan mendapat 29 komentar.

Lalu benarkah uang koin bisa menempel pada lengan anak yang sudah divaksin? Simak dalam artikel berikut ini...

2. Cek Fakta: Tidak Benar Vaksin Covid-19 Berbahaya Bagi Anak Karena Mengandung Polisorbat 80

Beredar di media sosial postingan video yang menyebut vaksin covid-19 bagi anak-anak berbahaya karena mengandung bahan kimia seperti polisorbat 80. Postingan ini ramai dibagikan sejak beberapa waktu lalu.

Salah satunya ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 22 Desember 2021.

Dalam postingan itu terdapat video berdurasi satu menit yang menyebut vaksin covid-19 mengandung bahan kimia berbahaya seperti logam, merkuri, dan polisorbat 80.

Video itu juga menyebut polisorbat 80 bisa meracuni tubuh dan merusak otak. Postingan itu juga disertai narasi:

"Di Eropa dan Amerika, anak2 sekolah sd diberikan pemahaman mengenai bahaya Vaksin oleh gurunya...Berbeda dengan yang terjadi di indonesia, justru anak2 sekolah sdh diwajibkan untuk divaksin..."

Lalu benarkah postingan video yang menyebut vaksin covid-19 bagi anak-anak berbahaya karena mengandung bahan kimia seperti polisorbat 80? Simak dalam artikel berikut ini...

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Hoaks Lainnya

FOTO: Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun Mulai Dilaksanakan
Tenaga kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada siswa di SDN 01 Depok, Depok, Jawa Barat, Selasa (14/12/2021). Kementerian Kesehatan mulai melaksanakan vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun dengan penggunaan vaksin Sinovac. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

3. Cek Fakta: Tidak Terbukti Lonjakan Protein pada Anak Usai Disuntik Vaksin COVID-19 Sebabkan Kerusakan Organ Tubuh

Klaim tentang lonjakan protein usai divaksin COVID-19 menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh anak-anak beredar di media sosial. Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 25 Desember 2021.

Akun Facebook tersebut mengunggah video berisi pernyataan dari Robert Malone, seorang ahli virus dan imunologi asal Amerika Serikat.

Dalam video itu, Malone mengatakan bahwa gen virus pada vaksin COVID-19 jika masuk ke dalam sel anak, menyebabkan lonjakan protein yang beracun. Protein tersebut diklaim menyebabkan kerusakan permanen pada organ penting anak-anak.

"Yang pertama adalah bahwa gen virus akan disuntikan ke dalam sel anak anda. Gen ini memaksa tubuh anak anda untuk membuat protein lonjakan beracun. Protein ini sering menyebabkan kerusakan permanen pada organ penting anak-anak, termasuk otak dan sistem saraf anda. Jantung, dan pemubuluh darah mereka termasuk pembekuan darah, sitem reproduksi," demikian pernyataan Malone dalam video tersebut.

"ASTAGHFIRULLAH.. 😭Tonton dan simak pernyataanDR. ROBERT MALONE. MDahli VIROLOGIST and IMMUNOGIST," tulis salah satu akun Facebook.

Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 3 kali dibagikan dan 44 kali ditonton warganet.

Benarkah lonjakan protein usai divaksin COVID-19 menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh anak-anak? Simak dalam artikel berikut ini...

4. Cek Fakta: Tidak Benar Vaksin Covid-19 Sinovac Merupakan Bahan Ujicoba Bagi Anak-Anak Indonesia

Beredar di media sosial postingan video terkait vaksin covid-19 buatan Sinovac merupakan bahan ujicoba bagi anak-anak Indonesia. Postingan ini ramai dibagikan sejak beberapa waktu lalu.

Dalam video yang beredar terdapat seorang pria yang mengajak untuk menolak pemberian vaksin covid-19 bagi anak-anak. Ia menyebut vaksin covid-19 yang akan diberikan merupakan bahan ujicoba bagi anak-anak Indonesia.

Pria itu beralasan vaksin covid-19 bagi anak-anak buatan Sinovac belum melakukan tes ujicoba atau studi bagi anak Indonesia. Ia juga mengajak sejumlah orang di video tersebut untuk melakukan aksi penolakan pada 22 Desember 2021.

Lalu benarkah video yang mengklaim vaksin covid-19 Sinovac merupakan bahan ujicoba bagi anak-anak Indonesia? Simak dalam artikel berikut ini...

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya