Lawan Misinformasi Kesehatan, Cermati Konten yang Ada

Informasi palsu yang tidak akurat (misinfomasi dan hoaks) akan menyebabkan kebingungan bagi masyarakat.

oleh Anasthasia Yuliana Winata diperbarui 28 Apr 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2023, 17:00 WIB
Vaksin Booster Kedua
Petugas kesehatan mengambil serum saat vaksinasi dosis keempat atau Booster kedua di Puskesmas Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (24/1/2023). Dinas Kesehatan DKI mulai hari ini secara serentak menggelar vaksinasi dosis keempat atau Booster kedua bagi masyarakat umum berusia 18 tahun ke atas sebagai upaya meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Di internet dan media sosial, sering ditemukan informasi hoaks mulai dari politik, ekonomi, entertaiment, hingga kesehatan. Hoaks di bidang kesehatan perlu menjadi perhatian.

Hal ini karena dalam bidang kesehatan dan obat-obatan, informasi palsu yang tidak akurat (hoaks) akan menyebabkan kebingungan bagi masyarakat. Tidak hanya itu, masyarakat juga menjadi tidak percaya pada para profesional kesehatan sehingga tidak mendapat perawatan kesehatan yang mereka butuhkan.

Melansir dari cuimc.columbia.edu, dokter asal Columbia Eric Burnett menemukan banyak teori konspirasi semasa pandemi COvid-19 tentang dokter, angka kematian yang palsu, masker yang tidak berfungsi, dan tidak perlu isolasi. 

Tidak hanya seputar Covid-19 saja, dalam konteks yang lebih general ada yang mengatakan bahwa jus dapat menyembuhkan kanker dan lebih efektif daripada harus berobat kemoterapi ke dokter yang dianggap mematikan.

Tidak disangka, misinformasi ini ternyata dipercaya beberapa orang bahkan ada orang yang meminta saran kepada pihak yang tidak memiliki latar belakang sains atau kedokteran.

Lawan Misinformasi dan Hoaks Tentang Kesehatan

Menjaga Kesehatan Jantung
Ilustrasi Kesehatan Jantung Credit: pexels.com/Gerald

Masalah lain, fakta terkadang membosankan dan kurang diminati. Sebaliknya, hal yang sensasional (viral) tidak peduli benar atau salah cenderung mendapat perhatian masyarakat.

Maka dari itu, penting bagi pengguna internet untuk mencermati segala konten yang didapat dengan mencari dari mana informasi berasal serta melakukan verifikasi agar tidak termakan hoaks.

Selain itu, hoaks dan misinformasi (juga disinformasi) tentang kesehatan mempersulit petugas kesehatan melakukan pekerjaannya. Pasalnya, misinformasi mengurangi kepercayaan masyarakat pada petugas kesehatan.

Mengatasi permasalahan tersebut, masyarakat perlu untuk berpikir kritis dalam menerima informasi kesehatan di internet dan media sosial. Pilihlah situs yang dapat diandalkan, di mana informasinya berdasarkan pada gaya jurnalisme dan pengecekan fakta serta didukung dengan data yang jelas.

Periksalah tanggal unggahan informasi atau gambar. Bidang sains dan kesehatan terus berevolusi dan berkembang setiap hari. Jangan sampai kurang update dan mempercayai informasi dulu padahal sudah ada yang terbaru saat ini

Kemudian, Anda juga dapat bertanya pada dokter. Biasakan luangkan waktu 10 menit untuk memverifikasi informasi. Jika tidak dapat anda verifikasi dan belum ada artikel jelasnya lebih baik jangan bagikan

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya