Tingkatkan Literasi Data untuk Indonesia Bebas Stunting

Literasi data sangat penting untuk menentukan target sasaran yang tepat guna mencegah semakin tingginya angka stunting di Indonesia.

oleh Julia Rizky Khoirunisa diperbarui 13 Sep 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi Stunting (Istimewa)
Ilustrasi Stunting (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Stunting merupakan keadaan dimana anak mengalami gangguan pertumbuhan fisik karena kurangnya gizi yang dikonsumsi dari tahap kehalamilan sampai dengan usia 2 tahun. Kondisi ini menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari pada standar usianya. Tenyata bukan hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif mereka.

Kementerian Kesehatan dalam Rapat Kerja Nasional (BKKBN), menyatakan prevalensi stunting di Indonesia sebanyak 21,6% dari total populasi masyarakat Indonesia di awal tahun 2023.

Isu stunting bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata karena kualitas generasi muda memberikan dampak vital kepada kualitas kehidupan suatu negara kedepannya.

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso menyatakan, saat ini BKKBN mempunyai data 13,5 juta keluarga dengan risiko stunting yang terdiri dari ibu hamil, ibu dengan bayi di bawah dua tahun, dan keluarga yang lingkungannya berisiko melahirkan bayi stunting.

"Kalau 13,5 juta ini didampingi dengan baik, kuantitasnya terdata dengan jelas, konvergensi sudah berjalan, edukasi sudah dilakukan, dan partisipasi masyarakat sudah dibangun, saya kira 13,5 juta ini bisa kita sasar dengan tepat," kata kata Teguh di Jakarta.

Ia menjelaskan, pemerintah fokus menyasar bayi di bawah lima tahun yang sudah dinyatakan stunting, maka peluang keberhasilan penanganannya hanya 20 persen karena efektivitas perkembangan otak anak di usia 0-2 tahun. Oleh karena itu, literasi data sangat penting untuk menentukan target sasaran yang tepat guna mencegah semakin tingginya angka stunting di Indonesia. 

"Data menjadi penting untuk menentukan siapa yang disasar untuk percepatan penurunan stunting ini, yang perlu kita kejar itu, yang belum dinyatakan stunting, karena kalau menyasar yang sudah stunting, keberhasilannya kecil, maka kuncinya ada di data," ujar Teguh.

Selain itu, Teguh menekankan betapa pentingnya seluruh kepala daerah untuk memprioritaskan sasaran kepada keluarga berisiko stunting dan calon pengantin untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

 

5 Pilar Cegah Stunting

Cegah anak alami stunting
Ilustrasi/copyrightshutterstock/RONNACHAIPARK

Menurut Teguh, penurunan angka stunting di Indonesia dapat dicapai dengan mengacu pada lima pilar terkait stunting yang sesuai dengan rencana strategis nasional.

Lima pilar kebijakan untuk cegah stunting, yakni terdiri dari komitmen dan visi penurunan stunting, komunikasi perubahan perilaku, konvergensi intervensi spesifik dan sensitif, peningkatan ketahanan pangan dan gizi, serta yang terakhir adalah penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, dan riset.

Teguh juga mengatakan, lima pilar ini harus diterapkan bersama oleh semua pihak tanpa terkecuali. Ia juga menambahkan pentingnya peran tenaga lini lapangan yang terdiri dari Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dengan jumlah sekitar 14 ribu jiwa, para relawan, hingga Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang jumlahnya ada 593.137 orang.

"Tugas mereka itu memberikan literasi tentang stunting, memberikan fasilitasi pelayanan, dan memastikan keluarga yang menerima bantuan sosial dari pemerintah sudah tepat sasaran," ujar Teguh.

Ia berharap usaha dan kerja keras yang telah dilakukan oleh semua sektor dapat berbuah manis sebelum akhir tahun 2024 mendatang.

"Kita optimis kalau sekarang angka stunting sudah 17,8 persen (SSGI 2023), harapannya paling tidak di bulan Juli 2024 semua infrastruktur percepatan penurunan stunting yang selama ini telah kita bangun sudah bisa dipetik, dan angka stunting kita bisa sesuai target 14 persen," tutur Teguh.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya