Citizen6, Jakarta Menemui kehidupan tradisional Suku Baduy Dalam yang tinggal di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, adalah sebuah pengalaman tidak sederhana yang akan selalu lekat dalam ingatan saya. Selain gaya hidup masyarakatnya yang masih terjaga secara tradisi, untuk menuju ke lokasi tempat mereka tinggal juga sebuah petualangan tersendiri.
“Mereka terbelakang, bodoh, bau, dan tidak kenal peradaban.”
Itulah sepintas gambaran tentang orang Suku Baduy Dalam yang pernah saya dengar. Gambaran yang membuat saya penasaran, hingga rela menempuh perjalanan dengan kaki selama 5 jam.
Advertisement
Apa benar masyarakat Suku Baduy demikian?
Cuaca siang itu sangat panas. Perjalanan berkendara ELF dari stasiun Rangkas Bitung menuju Leuwidamar hingga berakhir di Ciboleger saya tempuh selama 2 jam. Siang mencapai puncaknya ketika saya dan rombongan tiba di tugu selamat datang Ciboleger. Di sana, orang-orang suku Baduy Luar dan Baduy Dalam telah ramai menanti, bersiap menawarkan diri menjadi porter untuk para pendatang.
Porter? Mereka berbadan kurus, tidak terlihat gagah, apalagi perkasa. Bahkan diantaranya masih terbilang muda, masih belasan tahun. Berpakaian adat nan sederhana, warna hitam dan putih, serta pengikat kepala yang menjadi ciri khas.
Melihat itu, yang terlintas dalam benak saya adalah jarak menuju Desa Cibeo yang sangat dekat. Jika jauh, tidak mungkin anak-anak muda dan kecil itu mau jadi porter demi uang sejumlah Rp 25.000 saja.
Dekat? Dugaan saya keliru!
Pengirim:
Katerina
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini