Meski Diplomat, Menlu Retno Utamakan Team Work dalam Keluarga

EGTC 2016 yang berlangsung di Graha Shaba, UGM, Jogjakarta, menghadirkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 03 Nov 2016, 13:00 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2016, 13:00 WIB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
EGTC 2016 yang berlangsung di Graha Shaba, UGM, Jogjakarta, menghadirkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Liputan6.com, Jogjakarta - Menjadi ibu rumah tangga di era sekarang tampaknya tidak lagi di minati segelintir perempuan. Jika dahulu perempuan lebih memilih untuk melakukan pekerjaan rumah sendiri dan mengurus anak sendiri.

Kini, perempuan yang menempuh pendidikan tinggi memutuskan untuk bekerja dan itu menjadi hal yang lumrah. Padahal ibu bekerja justru punya banyak efek positif, baik bagi diri sendiri, keluarga hingga tumbuh kembang anak.

Maka dari itu Menteri Luar Negeri Retno Mursadi berbagi pengalaman dirinya berkarir sebagai diplomat Republik Indonesia juga menjadi istri dan ibu dari dua anaknya, kepada ribuan mahasiswa Jogjakarta dalam acara Emtek Goes to Campus (EGTC) 2016 yang berlangsung di Graha Shaba, UGM, Jogjakarta, Rabu (2/11/2016).

"Perempuan seharusnya bisa membagi waktu antara karir dan keluarga, bahkan profesinya itu bisa digabung dengan kehidupannya sebagai anggota keluarga, seperti ibu," jelas Menlu Retno.

Menlu Retno berbagi kisahnya menjadi diplomat

Cerita Menlu Retno Hanya Tidur 4 Jam Sehari di EGTC 2016
EGTC 2016 di UGM tidak hanya diikuti mahasiswa Jogja tetapi juga dari Solo. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Dalam kesempatan yang sama, perempuan yang telah mengabdi menjadi diplomat selama 30 tahun itu mengatakan jika perempuan yang berkarir tidak melulu lupa dengan keluarga, yang terpenting bisa membangun team work.

"Saya kira dalam keluarga yang paling penting adalah team work. Satu hal yang menjadi kewajiban perempuan salah satunya melahirkan. Tapi tugas lain juga harus kita bagi."

Berprofesi sebagai diplomat itu memang tidak memiliki jam kerja, karena harus stand by 24 jam setiap hari. Meski begitu, Menlu Retno tetap menikmati pekerjaannya karena jika kita menikmati pekerjaan yang kita pilih, rasa cape juga akan hilang.

"Menjadi diplomat itu bekerja tanpa batasan waktu dan uang bahkan menuntut sebuah adaptasi tinggi. Pada saat saya tidur benua Amerika bangun, saat tidak ada apa-apa baru saya bisa tidur. Jika ada hal yang memerlukan penelitian, tengah malam pun tetap berkomunikasi," tambahnya.

(ul)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya