Warga Anggap Ujian Nasional Membuat Anak Tertekan

Mendikbud Muhadjir Effendy menyampaikan, penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) dihapuskan

oleh Liputan6 diperbarui 09 Des 2016, 14:08 WIB
Diterbitkan 09 Des 2016, 14:08 WIB
ujian nasional
ujian nasional

Liputan6.com, Jakarta Mendikbud Muhadjir Effendy menyampaikan, penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) dihapuskan, atau lebih tepatnya ditiadakan sementara (Moratorium). Hal tersebut dilakukan sebagai proses percobaan terkait memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

Sebelumnya, Beliau mengatakan perencanaan tersebut sudah disetujui Presiden Joko Widodo dan tinggal menunggu intruksinya saja. Berdasarkan pernyataan tersebut, banyak media yang meliput. Tak sedikit para pelaku dunia pendidikan ikut merespon.

Tak terkecuali bagi masyarakat umum. Meski tidak lagi duduk di bangku sekolah, mereka tentu menginginkan yang terbaik bagi pendidikan anak-anaknya kelak.

“Nilai bukan jaminan. Selama 3 tahun sekolah nilainya bagus. Eh pas ujian nasional dia ketakutan duluan, gugup, gerogi, kan tertekan jadinya.Kalo udah kaya gitu jadi terganggu ujiannya, jadi gak yakin dan gak bisa berfikir, dampaknya nilainya jadi jelek”, ujar seorang ibu rumah tangga yang tak disebutkan namanya.

Menurut Gabriela Rascha Siswi Kelas XII.sos 2 SMA Kolase Gonzaga, UN memiliki sisi baik dan buruknya. Selama ini, Ujian Nasional dibuat untuk mengukur standar negara agar tidak ada kesenjangan secara nasional. Dengan adanya UN, standar kualitas pendidikan tingkat SD/SMP/SMA lebih terjamin dan sama rata. “tapi positifnya kalo UN gak ada sih, yang pasti lebih gampang lulusnya,” katanya.

Pendapat yang sama dikemukakan Sridevi siswi kelas XII SMAN 37 Jakarta. Menurutnya, jika UN ditiadakan, kelulusan dapat lebih mudah dicapai. Waktu 3 tahun belajar di sekolah, tidak ditentukan oleh nasib yang hanya berjalan 3 atau 4 hari saja.

Berbeda dengan para peserta ujian, sebagian tenaga kerja pendidik justru menyayangkan ketiadaan ujian tersebut. alasannya, selama ini ujian nasional memang dipergunakan untuk mengukur standar kualitas sekolah.

Mnurut Yudi seorang guru Sejarah salah satu SMA swasta dikawasan Pejaten Jakarta Selatan, Jika UN tidak ada dikhawatirkan sekolah tidak memiliki motivasi untuk menaikan standar kualitas pendidikannya.

Sehingga mereka hanya berlomba-lomba meluluskan 100% siswanya yang kualitasnya belum tentu baik. “Jadi saya sejutu kalo ada UN. Meskipun bukan sebagai standar kelulusan, tapi UN bisa jadi pelengkap nilai gabungan dengan ujian sekolah yang akhirnya jadi nilai kelulusan”, tambahnya.

Penulis:

Pebby Adheliana

Universitas Bung Karno

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya