Tragis, Pengakuan Gadis yang Dipaksa Menikah pada Usia 7 Tahun

Mereka sering dipukuli karena dianggap tak bisa melayani suami dengan baik.

oleh Sulung Lahitani diperbarui 23 Mei 2017, 11:30 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2017, 11:30 WIB
Sering Dipukul Suami, Penuturan 4 Gadis Korban Pernikahan Anak
Mereka sering dipukuli karena dianggap tak bisa melayani suami dengan baik

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Etiopia, Girl Hub Ethiopia, meluncurkan film dokumenter mengejutkan tentang pernikahan anak di negara mereka. Menurut laporan tersebut, sekitar 52 persen gadis Etiopia menikah di bawah usia 15 tahun dan 80 persen menikah di bawah usia 18 tahun.

Dalam video dokumenter tersebut, Girl Hub Ethiopia menyorot kisah empat gadis yang menjadi korban pernikahan anak. Berdasarkan pengakuan mereka, usia yang belum matang membuat kekerasan dalam rumah tangga adalah hal yang umum mereka alami.

Banchayehu (20) dipaksa menikah pada usia tujuh tahun. Ia mengaku tak mengerti sama sekali soal pernikahan. Mereka membawanya ke pasar dan mengatakan akan membelikan ia pakaian.

"Saat aku tak mau tidur dengan suamiku, ia akan memukulku. Bahkan ibu mertua menyalahkan sikapku," kata Banchayehu seperti dilansir dari Kami.

Sementara Meseret yang berusia 10 tahun, dinikahkan saat berusia tujuh tahun. Ia mengaku kaget, saat terbangun di pagi hari ada pesta yang dilakukan di rumahnya. Meseret kemudian diminta duduk bersama seorang pria dan pada siang hari, ia dibawa pergi dari rumahnya. Sampai kini, ia masih tak mengerti mengapa ia harus melakukannya.

Lain lagi dengan kisah Emet. Meski usianya baru menginjak 22 tahun, ia telah tiga kali menikah.

"Saat pesta berlangsung, orang-orang menari dan makan seharian di rumahku. Lalu mereka memberikan kuda-kudaan dan membawaku pergi dari rumah," kata Emet.

Sedari awal pernikahan, Emet tak pernah merasa bahagia. Perempuan itu menghabiskan waktunya di kamar untuk menangis dan ingin kembali ke rumah orangtuanya.

Sementara itu, Tsehaynesh yang kini berusia 18 tahun, menikah pada usia 10. Orangtuanya bukanlah orang berada. Untuk membayar utang, ia dinikahkan dengan pria tua sebagai penjamin.

Tak hanya mereka, lebih dari 9 juta gadis lain di Etiopia menjadi korban pernikahan usia anak. Pernikahan di bawah usia 18 tahun memiliki banyak dampak buruk seperti berpotensi keguguran, anak dan ibu rentan terhadap penyakit, kualitas anak yang dilahirkan rendah, gizi buruk, serta putus sekolah.

Selain itu, pernikahan usia anak juga membawa risiko menurunnya kesehatan reproduksi, beban ekonomi yang makin bertambah berat, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dan bunuh diri.

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya