Liputan6.com, Jakarta Tiga tahun lalu, kabar mengejutkan ini datang. Suami yang dicintainya harus meninggalkan dunia selama-selamanya. Saadah,sang istri, tentu sedih tak terkira. Namun, perempuan tunanetra ini harus mengikhlaskan dan bersiap menghadapi status barunya menjadi kepala keluarga bagi keempat anaknya.
Sang suami yang juga tunanetra saat itu berprofesi sebagai tukang pijat di daerah Neuheun, Aceh. Dalam perjalanan menuju rumah pemesan jasanya, ia mengalami tabrak lari. Suaminya pun meninggal seketika.
Baca Juga
Saadah kemudian meneruskan profesi sang suami. Menurut dia, dulu suaminya mengikuti pelatihan pijat di Bandung dan ia juga ikut. Awalnya, ia tak berniat ikut pelatihan. Namun, suami menyuruhnya untuk ikut saja daripada hanya menunggui. Tak disangkanya, semua itu kini bermanfaat baginya untuk menafkahi keempat anaknya.
Advertisement
Dalam sehari, Saadah mengaku mendapatkan penghasilan sekitar Rp 20-30 ribu. Jika mendapatkan pelanggan di kawasan kota ia bisa meraup Rp 50 ribu.
Meski penghasilan yang tak seberapa, Saadah tetap berjuang menafkahi anak-anaknya. Ia juga bersyukur beberapa lembaga sosial dan pemerintahan mau peduli terhadap dia terutama anak-anaknya yang kini berstatus yatim. Termasuk ketika Rumah Yatim berkunjung ke rumahnya.
Ia menyampaikan perasaan senang dan terima kasihnya pada Rumah Yatim telah memberikan bantuan yang berarti baginya dan anak-anaknya. Ia pun salut dengan Rumah Yatim yang cepat tanggap. Baru sehari ia mendatangi Rumah Yatim dan menceritakan kondisi keluarganya dan esoknya langsung dikunjungi.
Dewi selaku Pengurus Rumah Yatim Aceh merasa senang pula dapat menyampaikan amanah dan membantu Saadah sebagai keluarga tidak mampu apalagi dengan kondisi fisik Saadah ia harus pula mencari nafkah. Dewi berharap bantuan ini dapat meringankan beban keluarga Saadah.
Penulis:
Sinta Guslia
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6