Benarkah Pemanis Aspartam Berbahaya bagi Penderita Diabetes?

Pemanis buatan (sintetis) memiliki kalori rendah

oleh Angga Utomo diperbarui 30 Des 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2017, 06:00 WIB
Gejala diabetes antara lain peningkatan dahaga dan rasa lapar, keinginan untuk buang air kecil secara terus menerus, serta penurunan berat badan.(Sumber Photo : Foodaddictive)
Gejala diabetes antara lain peningkatan dahaga dan rasa lapar, keinginan untuk buang air kecil secara terus menerus, serta penurunan berat badan.(Sumber Photo : Foodaddictive)

Liputan6.com, Jakarta Diabetes ditandai dengan tingginya kadar gula darah karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup, atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi peningkatan kadar gula darah. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.

Gejala diabetes antara lain peningkatan dahaga dan rasa lapar, keinginan untuk buang air kecil secara terus menerus, serta penurunan berat badan. Penderita diabetes biasa disebut sebagai diabetik. Lalu, manakah dari sekian jenis pemanis yang dapat digunakan sebagai pengganti gula dan aman untuk dikonsumsi untuk diabetik? Pemanis buatan (sintetis) merupakan bahan tambahan pangan yang dapat menghasilkan rasa manis dengan intensitas 30-30 ribu kali melebihi gula pada umumnya, serta memiliki kalori rendah maupun nol kalori.

Intensitas Rasa Manis

Kuatnya intensitas rasa manis yang dihasilkan menyebabkan pemanis buatan hanya dibutuhkan dalam jumlah minimal, tanpa menimbulkan resiko pada tubuh. Pemanis buatan seringkali menjadi pilihan untuk menggantikan gula yang beredar di masyarakat karena harganya yang lebih murah.

Salah satu pemanis buatan yang sering digunakan di Indonesia adalah aspartam. Aspartam tergolong sebagai pemanis buatan berkalori rendah yaitu 0,4 kcal/gram atau 1,67 kJ/gram. Intensitas rasa manis aspartam dapat mencapai 60 hingga 220 kali lebih manis dari gula pada umumnya yaitu sukrosa.

Dosis asupan harian aspartam yang dapat diterima oleh tubuh manusia berdasarkan regulasi yang ditetapkan yaitu 50 mg/kg berat badan. Artinya, apabila berat badan mencapai 50 kg, maka dalam sehari tidak dianjurkan untuk mengonsumsi lebih dari 2.500 mg atau 2.5 g aspartam. Di Indonesia, penggunaan aspartam telah diizinkan dalam peraturan Menteri Kesehatan RI no 722 tentang Bahan Tambahan Pangan.

Dosis Asupan Harian Aspartam

Penggunaan aspartam dikatakan aman untuk semua orang, termasuk wanita hamil dan anak-anak selama konsumsi tidak melebihi batas yang dianjurkan. Konsumen tidak perlu bereaksi berlebihan terhadap hoax aspartam yang berbahaya, karena aspartam aman untuk dikonsumsi berdasarkan keputusan Codex stan 192-1995 Rev. 10 tahun 2009.

Penggunaan aspartam hanya dilarang untuk orang yang menderita fenilketonuria. Ini adalah penyakit kelainan metabolisme tubuh karena kekurangan enzim untuk mencerna salah satu asam amino esensial, yaitu fenilalanin yang merupakan salah satu komponen pada aspartam. Pendapat tersebut didukung oleh American Diabetes Association yang menyatakan tidak ada hubungan antara aspartam dengan masalah kesehatan diabetik.

Hingga saat ini, EFSA (lembaga keamanan makanan Eropa), FDA (Food and Drug Administration), maupun BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) belum mengubah peraturan mengenai penggunaan aspartam, sehingga dapat disimpulkan aspartam aman dikonsumsi, terlebih bagi para diabetik.

Pemanis aspartam sendiri terbukti aman bagi penderita diabetes karena kalorinya yang rendah, tidak berefek meningkatkan gula darah, dan rasa yang lebih manis dengan penggunaan sedikit dibandingkan pemanis buatan lain.

Penulis :

Ariane Putri Dewanto & Indah Sanubari

Ilmu dan Teknologi Pangan - Institut Pertanian Bogor

Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya