Liputan6.com, Jakarta Tingkat kematian karena bunuh diri di Jepang tentunya mengkhawatirkan masyarakat dan pemerintah. Angka bunuh diri di kalangan siswa SD sampai dengan SMA pernah mengalami peningkatan di tahun 2011 menurut data dari Kementrian Pendidikan Jepang.
Menurut Japan Times, awal September lalu telah dikabarkan bahwa rata-rata kasus bunuh diri di kalangan remaja tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Kejadian satu ini sekaligus menambah deretan panjang kasus bunuh diri pada kalangan remaja di Jepang. Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dari wilayah Prefektur Saitama melakukan aksi bunuh diri dengan menabrakan dirinya ke kereta.
Advertisement
Nekat Melompat ke arah kereta
Hal itu telah dikonfirmasi oleh pihak polisi, bedasarkan kesaksian dari seorang masinis yang saat itu tengah mengemudi kereta. Bocah itu nekat melompat ke arah kereta yang memasuki stasiun Kami-Itabashi pada pukul satu siang. Menurut sang masinis, bocah berseragam sekolah itu melompat dari peron ke arah kereta yang memasuki stasiun.
Masinis juga sempat menungkapkan bahwa ia dengan segera menarik tuas rem darurat namun sayang aksinya tak bisa menyelamatkan bocah tersebut. Bocah laki-laki itu meninggalkan ransel miliknya pada bangku peron. Dari situ polisi bisa melihat kartu pengenalnya.
Advertisement
Izin Pergi Ke Sekolah
Sebelum merencanakan aksi bunuh dirinya, bocah tersebut berpamitan kepada orangtuanya untuk pergi ke sekolah pada Selasa pagi (26/12/2017).
Padahal pada saat itu, sekolah tengah memasuki masa libur. Ia sendiri merencanakan bunuh diri dengan melompat ke arah kereta saat perjalanan pulang ke rumah.
Walaupun belum diketahui dengan jelas apa faktor yang mendorong bocah itu bunuh diri. Namun ada sejumlah hal yang dapat diperkirakan sering dialami oleh remaja Jepang.
Faktor untuk mendorong bunuh diri anak-anak bisa disebabkan karena pandangan mereka yang menyeramkan saat di sekolah. Kebanyakan anak-anak merasa bahwa pergi ke sekolah dapat meningkatkan tekanan pada diri mereka.
Selain mengalami bully, persaingan yang ketat saat ujian merupakan sejumlah faktor yang dapat meningkatkan rasa stres dan cemas. Mengingat bahwa Jepang merupakan negara yang memiliki pendekatan yang besar terhadap kesuksesan di bidang akademis.
Mental anak juga akan semakin bertambah buruk ketika orang tua mereka tak memberikan mereka perhatian dan kasih sayang.
Sehingga kebanyakan dari mereka yang memiliki masalah di sekolah tidak memiliki teman untuk berbagi. Hal ini bisa menjadi faktor yang memicu remaja di Jepang memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini: