Kala Bebasnya Ahok Dirayakan dengan Konser 250 Tahun Beethoven

Pianis Indonesia Ananda Sukarlan menciptakan komposisi yang mengaitkan karya Beethoven dengan Ahok

oleh Sulung Lahitani diperbarui 06 Jan 2019, 18:02 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2019, 18:02 WIB
Ananda Sukarlan
Ananda Sukarlan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Terinspirasi dari 32 sonata karya pianis dan komposer Jerman Ludwig van Beethoven, pianis Amerika keturunan Israel Yael Weiss berniat mengajak 32 komposer dari berbagai belahan dunia untuk bekerja sama. Hal tersebut juga diniatkan untuk merayakan ulang tahun ke 250 dari sang komposer legenda, Beethoven.

Di bawah payung "32 Brights Clouds," berkumpul lah 32 komposer dari seluruh dunia, seperti Ghana, Suriah, Bhutan, Filipina, Iran, Venezuela, Turki, dan termasuk Indonesia. Komposisi yang diangkat diharapkan dikaitkan dengan salah satu karya Beethoven serta peristiwa yang pernah terjadi di negara masing-masing komposer.

Untuk Indonesia, pianis Ananda Sukarlan mendapatkan kehormatan tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan VOA Indonesia, Sukarlan memutuskan untuk mengaitkan komposisinya dengan karya Beethoven berjudul "Moonlight Sonata." Tak berpikir panjang, Sukarlan memutuskan untuk mengangkat peristiwa vonis Ahok untuk dikaitkan dengan karya Beethoven.

"Itu sangat menyedihkan. Saya memutuskan mengaitkan keduanya dengan judul karya 'No More Moonlight Over Jakarta' atau 'Tiada Lagi Cahaya Purnama di Atas Jakarta.' Tentu saja, cahaya purnama tersebut merujuk pada Koh Ahok," ungkap dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Harapan Sukarlan Agar Ahok Kembali Berjuang

20160412-Dipanggil KPK, Ahok Beberkan Keterangan Soal RS Sumber Waras-Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama ketika menunggu pemeriksaan di ruang tunggu KPK, Jakarta, Selasa (12/4). Ahok memenuhi panggilan KPK terkait pemberian keterangan soal perkara pembelian lahan RS Sumber Waras (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Menurut Sukarlan, komposisi yang ia ciptakan sebenarnya bukan untuk merayakan kebebasan Ahok, tapi lebih sebagai ekspresi kesedihan dan refleksi akan apa yang terjadi di Indonesia. Ia berharap banyak setelah pembebasan mantan gubernur Jakarta tersebut pada 24 Januari nanti, yang bertepatan dengan konser 32 komposer di Washington DC tersebut.

"Ini lebih sebagai ekspresi kesedihan. Saya berharap dengan dikalahkannya Ahok, hal ini tidak sia-sia. Saya berharap, dia kembali ke dunia politik sebagai lambang kepahlawanan."

Ia juga memaparkan bahwa negara sesungguhnya butuh sosok seperti Basuki Tjahaja Purnama. Tak heran, ia amat berharap Ahok akan berjuang kembali selepas keluar dari penjara nantinya.

 

 

Sejumlah Komposer Angkat Isu Sosial

Semangat Anak Berkebutuhan Khusus Berlatih Piano
Instruktur saat mengajarkan seorang anak berkebutuhan khusus berlatih piano di Daya Pelita Kasih Center, Pejaten, Jakarta, Kamis (24/5). Tempat pelatihan piano ini dipimpin oleh pianis Ananda Sukarlan. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Tak hanya Ananda Sukarlan, banyak lagi komposer lain yang tergabung dalam proyek tersebut memutuskan untuk mengangkat isu sosial di negara mereka ke dalam karya mereka. Misalnya saja "The Hunt for Peace" karya Malek Jandali asal Suriah yang menyorot anak-anak Suriah dan perjuangan mereka meraih perdamaian, atau "Hope for the Shackled" karya George Mensah Essilfie asal Ghana yang mengangkat keprihatinan akan gangguan psikotik, terbelenggu, tanpa perhatian medis, atau "Apres" karya Aida Shirazi, komposer wanita asal Iran yang mengangkat tentang persaudaraan, persatuan, dan cinta.

"Kebanyakan dari mereka mengaitkannya dengan kejadian, bukan dengan tokoh. Ini karena musik bisa menceritakan sejarah dan hal-hal yang tak bisa diceritakan dengan kata-kata, lebih pada perasaan kita tentang apa yang telah terjadi," pungkas Sukarlan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya