Sosialisasi Museum Di Seminari Lalian

Telah dilangsungkan kegiatan sosialisasi Museum Masuk Sekolah di Seminari Lalian melibatkan para siswa Seminari Lalian Kabupaten Belu pada, Sabtu (9/6).

oleh Liputan6 diperbarui 11 Jun 2012, 18:31 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2012, 18:31 WIB
120612cntt.jpg
Citizen6, Nusa Tenggara Timur: Telah dilangsungkan kegiatan sosialisasi Museum Masuk Sekolah di Seminari Lalian melibatkan para siswa Seminari Lalian Kabupaten Belu pada, Sabtu (9/6). Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya memperkenalkan dan menarik minat perhatian masyarakat khususnya para pelajar untuk mengunjungi, menikmati pengalaman belajar di Museum dan mencintai museum sebagai bagian dari sebuah proses pembelajaran kehidupan yang holistic, yang sejalan dengan motto Museum yang digalakan secara nasional “ Museum Selalu Di Hati. "

Tema utama yang diusung dalam kegiatan ini adalah peran dan fungsi museum dalam bingkai visi dan misi Museum NTT: Menyelamatkan, memelihara, dan memanfaatkan benda - benda warisan sejarah alam dan budaya masyarakat NTT untuk memperkuat identitas diri, mendorong kreativitas, memupuk toleransi, menunjang pendidikan dan pariwisata serta menampilkan kekayaan budaya daerah NTT ke ajang lebih luas.

Ibu Christina Gero, Kepala Seksi Edukasi dan Publikasi Museum Daerah NTT menjelaskan bahwa pada dasarnya Museum selalu menjalankan fungsi mengumpulkan dan melestarikan, memberikan pengetahuan atau pendidikan dan rekreasi. Selain itu museum yang baik juga harus menjadi jendela yang dapat memberi informasi tentang daerah bagi museum - museum daerah, peristiwa bagi museum sejarah, dan ilmu bagi museum - museum ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat menjadi tempat yang bermanfaat bagi kecerdasan masyarakat khususnya para pelajar yang berkunjung.

Drs. Leonardus Nahak selaku Kepala UPT Museum Daerah NTT mengatakan bahwa Museum merupakan tempat koleksi. Sebagai tempat koleksi museum menjadi media efektif bagi pembelajaran generasi muda. Mengingat  kecenderungan perkembangan modern selalu berimbas pada tendensi mengabaikan aspek historisitas yang kerap dianggap kusam, kolot dan tidak bernilai. Drs. Leo Nahak kembali menegaskan ungkapan yang disampaikan salah satu stafnya Zekeos Safis, bahwa jangan sekali - kali melupakan sejarah karena perbendaharaan historis merupakan sumber informasi sejarah alam dan budaya yang kerap dijadikan sarana penelitian ilmiah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pandangan alamiah tentang museum sering kali bernada miring. Museum dianggap sebagai gedung tua yang kusam dan menyeramkan atau tempat menyimpan benda - benda tua dan antik, mitis, magis dan angker, termasuk sebagai lembaga yang tidak dapat mendatangkan keuntugan secara ekonomis. Menggarisbawahi konsep Museum menurut ICOM atau International Museum of Museums, Kepala UPT Museum menyatakan bahwa museum tidak bermaksud mencari keuntungan ekonomis, tetapi selalu berusaha melayani masyarakat, terbuka untuk publik dengan mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan dan memamerkan benda - benda fisik dan non - fisik. Kepala Museum bersama tim sangat memberi respek yang besar bagi Seminari yang telah berusaha merintis dan mengambil inisiatif mengadakan dan menghidupkan museum seminari pada tingkat lembaga pendidikan Calon Imam.

Museum yang ada tidak semata dilihat sebagai sebuah ruang kusam tanpa arti, melainkan sebuah sarana pembelajaran historis yang berarti bagi generasi Calon Imam. Karena itu museum seminari perlu dikelola secara baik dan bertanggung jawab sebagai cerminan warisan budaya dan alam dari komunitas terkecil Seminari Lalian. Kegiatan yang berlangsung di Aula Seminari Lalian, Atambua Timor dihadiri oleh semua siswa Seminari sekitar 205 siswa.  Berlangsung dari pukul 09.30 – 12.15 WIT, kegiatannya sangat menarik dan penuh apresiasi dengan gaya penyajian yang santai dan komunikatif. Pola yang dipakai, pola presentasi visual - dialogis, sehingga siswa sendiri terbantu untuk memahami dan memperluas khasanah pemahaman mereka tentang hal - hal yang selama ini tersembunyi menyangkut keberadaan sebuah Museum.

Siswa sendiri cukup antusias dan merasa terbantu dengan kegiatan ini. Karena ini merupakan ajang pencerahan sejarah yang sangat efektif. Apalagi diperkaya dengan banyak visualisasi slide aspek - aspek budaya NTT, Indonesia dan Global sebagai referensi perbandingan. Dalam sambutannya, Kepsek Seminari Lalian, Rm Yustus Ati Bere memberi penghargaan kepada Tim dari Museum daerah NTT yang telah berkenan memilih Seminari Lalian sebagai salah satu target sosialisasi cultural. Tentu ini menjadi peluang emas bagi kami, anak - anak seminaris calon imam untuk belajar bagaimana mencintai, menghargai  dan melestarikan kekayaan dan potensi budaya yang ada di wilayah keuskupan Atambua, khususnya di daerah asal masing - masing. (Pengirim: Pongky Seran).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya