Mengenal Istilah Daddy Issues dan Cara Mengatasinya

Istilah daddy issues masih ramai diperbincangkan, berikut penjelasannya.

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 18 Okt 2022, 08:03 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 08:03 WIB
ayah dan anak
Ilustrasi ayah dengan sang anak/copyright unsplash.com/Isaac Quesada

Liputan6.com, Jakarta - Istilah daddy issues kerap disalahartikan sebagian individu. Pasalnya, daddy issues menggambarkan seseorang perempuan yang suka pria yang lebih tua atau hampir semua hal yang dilakukan perempuan dalam hal seks dan hubungan dapat didefinisikan sebagai ‘daddy issues’.

Kenyataannya, daddy issues mengacu pada seseorang yang memiliki hubungan yang buruk bahkan tidak ada hubungan dengan ayah mereka sehingga bisa mengakibatkan kesehatan psikologis.

Contohnya, ayah yang kasar (secara verbal/non-verbal) atau figur seorang ayah yang tidak didapatinya selama tahun-tahun pembentukan.

Pada intinya, daddy issues adalah dampak yang terbawa dari masa kecil yang pelik hingga dewasa, dimana perilaku yang akrab direplikasi dalam hubungan romantis.

Namun perlu diingat, istilah daddy issues bukanlah suatu gangguan serius yang diakui oleh edisi terbaru dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Dilansir dari Healthline, Senin (17/10/2022), istilah daddy issues pertama kali diciptakan oleh Sigmund Freud dan Carl Jung yang merupakan seorang psikiater dan psikoanalis Swiss.

Kemudian digunakan oleh Freud dalam makalah “The Future Prospects of Psycho-Analytic Therapy” tahun 1910. Ia menulis tentang pasien pria dan resistensi mereka terhadap pengobatan yang berasal dari daddy issues.

Istilah tersebut mengacu pada hubungan ayah-anak, dan jenis kelamin apa pun dapat terpengaruh oleh masalah ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tanda-Tanda Daddy Issues

ayah dan anak
Ilustrasi ayah dan anak/copyright unsplash.com/Picsea

Tanda-tanda dari daddy issues dapat mencakup kurangnya kepercayaan, terutama pada pria.

“Wajar untuk ingin dicintai, dilindungi, dan terhubung dengan seorang ayah dengan cara yang sehat, kurangnya hubungan ayah-anak yang sehat dapat menciptakan sejumlah masalah dalam kehidupan nyata,” ungkap Dr. Carla Marlie Manly, Clinical Psychologist, dilansir dari Bustle.

Jika seorang anak sangat dimanjakan oleh ayah mereka, mereka mungkin menuntut bentuk yang sama dari pemanjaan berlebihan kepada pasangannya.

Sebaliknya, jika seorang anak diabaikan atau tidak diperlakukan dengan baik oleh ayahnya, itu bisa terlihat dari kecemasan dan perilaku mencari perhatian sebagai orang dewasa.

Beberapa tanda lainnya terlihat pada:

  • Selalu membutuhkan kepastian dari pasangan
  • Takut kesendirian atau kesepian
  • Terlibat dalam perilaku seksual yang berisiko sebagai cara untuk mendapatkan kasih sayang dan cinta
  • Mengalami kecemasan, kecemburuan, hingga terlalu protektif
  • Sulit terbuka dengan orang lain, terutama pasangan

Apa yang Harus Dilakukan?

Ayah dan anak perempuan
Ilustrasi ayah dan anak. (Foto: aplus.com)

Daddy issues dapat disembuhkan seiring berjalannya waktu. Dr. Manly mengatakan dengan meningkatkan kesadaran akan luka psikologis sejak masa kanak-kanak.

“Luka psikologis tidak dapat disembuhkan kecuali jika diperhatikan dan diberikan perhatian yang tepat dan tidak menghakimi,” tambahnya.

Menurut Caitlin Cantor Relationship and Sex Therapist, ada tiga langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, yakni:

1. Mengenali

Ia menjelaskan ketika kebutuhan anak-anak tidak terpenuhi, mereka mulai percaya bahwa mereka tidak layak mendapatkan cinta, perhatian, kasih sayang, atau apa pun yang mereka butuhkan hingga dewasa.

Tetapi melalui kesadaran dan dibeli edukasi, dapat belajar mengenali bagaimana hubungan seorang anak dengan ayah hingga dapat menghidupkan kembali pola masa kanak-kanak dalam hubungan saat ini.

2. Meratapi

Seorang anak akan merasakan dan meratapi sakitnya memiliki hubungan negatif dengan ayahnya.

Oleh karena itu, dengan melibatkan kemarahan dan kesedihan adalah kesempatan untuk merasakannya yang sebelumnya pernah dirasakan sehingga diakhiri dengan intropeksi diri dan terima kenyataan dalam diri kalian.


3. Mempelajari

Ilustrasi ayah anak
Ilustrasi mimpi bertemu ayah yang sudah meninggal/Copyright unsplash/Emotionary App

Setelah kalian mengenali bagaimana keyakinan yang terbentuk selama masa kanak-kanak hingga memengaruhi hubungan saat ini, kalian harus bisa mempelajari dan menggantinya dengan yang lebih sehat.

Cantor mengamati bahwa bagian dari ini melibatkan kesadaran bahwa seorang anak dapat mulai belajar bagaimana terhubung dengan pasangann yang diinginkan daripada terus jatuh ke dalam hubungan yang menegaskan kembali kepercayaan masa lalu.

Merefleksikan pengalaman kalian dan belajar tentang gaya keterikatan yang berbeda dapat membantu mengetahui milik seorang anak sehingga kalian tahu apakah ada perubahan yang perlu dilakukan.

Jika permasalahan tidak memiliki jalan keluar dan tidak bisa diatasi, tak ada salahnya berkonsultasi dengan konselor atau terapis. Mereka dengan senang hati akan membantu mengatasi masalah yang belum terselesaikan dan membantu mengidentifikasi dan mengubah pola keterikatan yang kalian miliki.

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya