7 Alasan Mengapa Kecemasan Bisa Jadi Penyebab Kesemutan

Ternyata, kecemasan juga bisa membuat seseorang jadi kesemutan. Berikut faktanya!

oleh Sefan Angeline Reba diperbarui 11 Nov 2022, 14:16 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2022, 14:16 WIB
Ilustrasi kesemutan
Ilustrasi kesemutan. (Photo created by Lifestylememory on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kita semua mungkin pernah merasakan sensansi kesemutan yang sering terjadi di tangan atau kaki. Kesemutan merupakan kondisi dimana seseorang merasakan sensasi seperti tertusuk jarum atau mati rasa di bagian tubuh tertentu.

Dilansir melalui Ensiklopedia University of Rochester Medical Center, istilah medis untuk kesemutan disebut parestesia, yang mana dapat diartikan sebagai tanda bahwa saraf teritiasi dan mengirimkan sinyal tambahan.

Beberapa hal yang kita lakukan setiap hari terkadang dapat menyebabkan kesemutan, seperti berdiri atau duduk dalam satu posisi untuk waktu yang lama, duduk bersila, dan tertidur di sekitar lengan.

Mengapa demikian? Karena hal tersebut dapat memberi tekanan pada saraf sehingga jika kalian tidak bergerak maka akan terjadi mati rasa atau kesemutan seperti ditusuk-tusuk jarum.

Pasalnya, kecemasan juga bisa menjadi faktor orang mengalami kesemutan. Dilansir melalui Anxiety Centre, pada Jumat (11/11/2022), ada tujuh alasan mengapa kecemasan juga dapat mempengaruhi kesemutan:

 

1. Ketegangan Otot

Stres yang disebabkan oleh respons dalam tubuh, menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan mengencang. Alhasil, ketegangan ini dapat menyebabkan otot dan kelompok otot lainnya mengalami rasa kesemutan.

 

2. Kecemasan Telah Mengaktifkan Respons Stres Aktif

Terlepas dari cemas, gelisah, dan lain halnya, secara medis, respons stres dapat mengeluarkan hormon stres ke dalam aliran darah di mana mereka melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang ditargetkan di tubuh.

Hal tersebut membawa perubahan baik secara fisiologis, psikologis, dan emosional tertentu, sehingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk menghadapi ancaman. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa respons stres sering disebut sebagai respons “melawan”.

Bagian dari perubahan respons stres termasuk mengalirkan darah dari bagian tubuh yang kurang vital ke bagian yang lebih vital untuk bertahan hidup.

Selain itu, respons stres juga mempertinggi indra kita dan merangsang tubuh, terutama pada sistem saraf. Tindakan inilah yang menyebabkan terjadinya sensasi dari parestesia.

Reaksi Terhadap Obat dan Hiperstimulasi Respons Stres

Sedang Merasa Cemas
Ilustrasi Kecemasan Credit: unsplash.com/Kinga

 

3. Reaksi terhadap Obat

Beberapa obat juga bisa menjadi penyebab terjadinya kesemutan. Biasanya, jenis obat-obatan seperti, anti kecemasan dan depresi yang ternyata menjadi biang keladi.

 

4. Hiperstimulasi Respons Stres

Ketika respons stres sudah menurun, tubuh dapat pulih relatif cepat dari perubahan fisiologis, psikologis, dan emosional yang ditimbulkan oleh respons stres.

Namun, ketika respons stres terjadi terlalu sering, seperti dari perilaku yang terlalu overthinking, maka tubuh akan lebih sulit pulih.

Hal inilah yang dapat menyebabkannya tubuh jadi tak terkendali, karena tetap dalam keadaan masih ada setengah yang bekerja dari respons stres. Dalam ilmu medis disebut dengan keadaan “hiperstimulasi respons stres”.

Tubuh yang mengalami hiperstimulasi dapat berperilaku aneh dan tidak menentu, yang terutama terlihat karena bagaimana hiperstimulasi mempengaruhi sistem saraf.

Sistem saraf bertanggung jawab untuk mengirim dan menerima informasi sensorik ke dan dari otak. Komponen utama dari sistem saraf adalah sel khusus yang disebut neuron (sel saraf), yang berkomunikasi satu sama lain menggunakan proses elektrokimia.

Selain itu, hiperstimulasi pun dapat menyebabkan aktivitas listrik di otak jadi meningkat, yang dapat menyebabkan neuron menjadi semakin tidak stabil.

Kombinasi faktor-faktor di atas dapat menyebabkan berbagai perilaku, sensasi, dan perasaan yang tak biasa, contohnya kesemutan.

Kekurangan Vitamin B dan Masalah Sirkulasi

Ilustrasi stres
Ilustrasi stres. Sumber foto: unsplash.com/Kevin Grieve.

5. Kekurangan Vitamin B

Stres memang berdampak besar bagi tubuh baik organ dalam maupun luar, salah satunya yang dapat memengaruhi nutrisi tubuh, yakni vitamin. Oleh karena itu, kekurangan vitamin B juga berpengaruh terhadap parestesia.

 

6. Masalah Sirkulasi

Sama halnya dengan ketegangan otot, stres menyebabkan otot-otot tubuh menegang dan mengencang.

Ketika stres meningkat, maka ketegangan otot dapat membatasi arteri, yang mana mengurangi aliran darah. Saat aliran darah terhambat, kita bisa mengalami sensasi kesemutan di bagian tubuh yang tidak mendapat aliran darah yang cukup.

Hiper atau Hipoventilasi

Ilustrasi vitamin
Ilustrasi vitamin (dok.unsplash/ Kayla Maurais)

7. Hiper atau Hipoventilasi

Hiper atau hipoventilasi adalah penyebab lain dari gejala kesemutan di kepala.

Ketika kita bernapas terlalu dangkal dan tidak mengambil oksigen yang cukup (hipoventilasi), hal ini dapat menyebabkan kadar CO2 dalam darah turun, sehingga yang menyebabkan sensasi kesemutan yang bisa menjalar di berbagai titik tubuh.

Meskipun gejala kesemutan ini tampak aneh dan bahkan mengganggu, namun tidak berbahaya dan tidak perlu dikhawatirkan, lantaran mereka akan mereda dengan sendirinya.

 

Banner Infografis Ayo Jaga Diri dan Kelola Stres Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Banner Infografis Ayo Jaga Diri dan Kelola Stres Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya