Liputan6.com, Jakarta - Seseorang yang memiliki gaya komunikasi agresif kan berbicara dengan penuh emosi dan hanya fokus untuk memenangkan argumen menggunakan cara apa pun. Meskipun ini merupakan gaya komunikasi yang biasa digunakan oleh orang narsistik, tetapi siapa pun bisa menjadi komunikator yang agresif.
Mungkin kamu pernah mendengar komunikasi agresif dari orang terdekatmu, seperti orang tua, teman, rekan kerja, atau pasanganmu. Kamu bahkan mungkin saja memiliki gaya komunikasi yang agresif juga. Untuk mengetahui lebih dalam tentang komunikasi agresif ini, simak ulasan berikut, seperti yang sudah dirangkum dari halaman Verywell Mind pada Selasa (24/10/23).
Seperti Apa Contoh Komunikasi Agresif Itu?
Agresif merupakan suatu cara bertindak dan berkomunikasi yang dilakukan seseorang untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan haknya tanpa memperhatikan atau menghormati kebutuhan, hak, dan perasaan orang lain. Ketika seseorang menggunakan komunikasi agresif, orang lain yang terlibat mungkin akan merasa menjadi korban. Hubungan seringkali rusak karena adanya percakapan yang menggunakan gaya komunikasi ini.
Advertisement
Contoh gaya komunikasi agresif ini dapat dilihat ketika seseorang mengatakan beberapa kalimat berikut ini, yaitu "Ini semua salahmu," "Lakukan apa yang aku katakan!," "Aku tidak peduli apa yang kamu katakan," "Kamu berhutang padaku," "Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan, apa pun yang terjadi," dan sebagainya.
Nada dan getaran komunikasi agresif secara keseluruhan bersifat intens dan konfrontatif. Percakapan yang didominasi oleh agresi bisa melelahkan dan menakutkan. Hal ini juga cenderung tidak menjadi bentuk percakapan yang produktif. Jika kebutuhan dan tujuan setiap orang tidak didiskusikan maka hal tersebut tidak dapat dipenuhi.
Seseorang yang merupakan komunikator agresif akan menyela orang lain yang sedang berbicara. Mereka akan bersikeras menyampaikan maksudnya dan memastikan semua orang mendengarnya. Mereka mungkin meninggikan suara atau bahkan berteriak bila merasa tidak didengarkan. Karena terlalu berfokus untuk memastikan bahwa mereka didengarkan, komunikator yang agresif umumnya tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.
Bagaimana Komunikasi Agresif dapat Merusak Hubungan?
Komunikasi agresif bisa merusak hubunganmu dengan siapa pun, termasuk pasanganmu. Percakapan yang penuh tekanan ini dapat menimbulkan masalah ketika kamu mencoba berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, gaya komunikasi ini juga menimbulkan berbagai kerugian lainnya, seperti muncul perasaan tidak hormat, stres yang lebih besar, kurangnya koneksi, meningkatnya konflik, pencapaian tujuan menjadi buruk, dan terhambatnya komunikasi.
Apakah Kamu Seorang Komunikator yang Agresif?
Kamu dapat mengubah cara kamu berkomunikasi dengan orang lain, tetapi kamu perlu memahami lebih dalam tentang cara kamu berkomunikasi dengan mereka saat ini. Berikut beberapa pertanyaan yang bisa kamu jawab untuk mengetahui gaya komunikasi kamu.
- Apakah kamu kesal jika orang lain tidak sependapat denganmu?
- Apakah kamu menghubungi orang lain untuk mengetahui kenyamanan mereka denganmu?
- Apakah kamu tahu cara untuk tidak setuju tanpa menjadi tidak menyenangkan?
- Apakah kamu tahu bagaimana memenuhi kebutuhanmu tanpa mengganggu kebutuhan orang lain?
- Apakah kamu suka merendahkan orang lain?
- Apakah kamu mencari pendapat orang lain atau sekdar membagikan pendapatmu sendiri?
- Apakah kamu sering membicarakan orang lain?
Advertisement
Apa yang Harus Dilakukan Bila Kamu Seorang Komunikator yang Agresif?
Apabila kamu menyadari bahwa kamu seorang komunikator yang agresif, cobalah untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri. Berikan tepukan pada diri kamu karena menyadari dan mengakui bahwa cara kamu berkomunikasi mungkin bukan yang terbaik untuk menjaga hubungan penting dalam hidup kamu.
Komunikasi yang agresif dapat menimbulkan malapetaka pada semua bidang kehidupanmu, termasuk sekolah, keluarga, dan pekerjaan. Namun, kamu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi agresi serta mengubah cara kamu berkomunikasi.
Setelah kamu mengetahui bahwa kamu adalah seorang komunikator yang agresif, pikirkan bagaimana kamu dapat mengubah kebijaksanaanmu menjadi lebih asertif. Ini berarti berusaha mendengarkan orang lain dan benar-benar mendengarkan mereka, bukan hanya berpura-pura sampai tiba giliran kamu untuk berbicara.
Hal ini juga berarti memperhatikan dirimu sendiri terhadap tanda-tanda bahwa kamu sedang menuju ke arah agresi, apakah kamu meninggikan suara? Apakah kamu merasakan denyut nadi kamu meningkat? Apakah kamu ingin “memanggil” atau “menurunkan” lawan bicaramu? Momen-momen ini akan membantu kamu mempelajari tanda-tanda peringatan bahwa pembicaraan tidak mengarah ke arah yang bermanfaat dan bahkan mungkin menyakiti orang lain.
Selain itu, meluangkan waktu untuk menenangkan diri dan memikirkan bagaimana kamu ingin melakukan pendekatan terhadap percakapan dengan sikap tegas dan bukan agresi dapat membantu, tetapi hanya jika kamu benar-benar melanjutkan percakapan. Melepaskan gaya komunikasi agresif bukan berarti kamu menjadi pasif. Kamu hanya mengganti kecenderungan yang tidak membantu dengan strategi yang lebih bermanfaat dan mengurangi stres.