Waspadai Daddy Issues, Berikut Tanda dan Dampak Negatifnya Bagi Anak

Seseorang memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya pada masa kanak-kanak. Dalam hal ini, dapat menyebabkan rasa tidak aman pada masa dewasa, yang kemudian dikenal sebagai 'daddy issues'.

oleh Wanda Andita Putri diperbarui 12 Nov 2023, 19:01 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2023, 19:01 WIB
Contoh ilustrasi seorang ayah memarahi anaknya
Tahukah kamu jika memberi hukuman secara sembarangan akan merubah sifat anak pada orangtuanya? (Foto: Pexels.com/Monstera Production)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu mendengar perihal Daddy Issues? Nah, ungkapan tersebut sudah menjadi hal umum yang populer tentang bagaimana hubungan seorang ayah dengan anaknya pada masa kanak-kanak yang berdampak pada masa dewasa, terutama dengan anak yang tidak merasakan atau mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Lantas, dari manakah istilah daddy issues ini berasal? Berikut ulasannya, seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Kamis (9/11/23).

Dari Mana Istilah Daddy Issues Berasal?

Meskipun tidak jelas secara pasti dari mana istilah ini berasal, tampaknya istilah ini muncul dari gagasan perihal daddy complex yang pertama kali diusulkan oleh Sigmund Freud sebagai bagian dari teori psikoanalitiknya.

1. Oedipus and Electra Complexes

Daddy complex menggambarkan dorongan bawah sadar yang terjadi karena hubungan negatif dengan seorang ayah yang terkait dengan gagasan yang lebih terkenal tentang ayah, yaitu oedipus complex. Freud memperkenalkan oedipus complex untuk menggambarkan ketertarikan seorang anak laki-laki terhadap ibunya dan perasaan bersaing dengan ayahnya. Meskipun penelitian Freud awalnya hanya berfokus pada anak laki-laki, Carl Jung percaya bahwa anak perempuan juga bisa merasa kompetitif dengan orang tuanya, terutama ibu untuk mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Fenomena ini disebut sebagai electra complex.

Menurut teori Freud tentang perkembangan psikoseksual, oedipus and electra complex muncul antara usia tiga hingga lima tahun. Jika kerumitan ini tidak terselesaikan pada akhir tahap perkembangan, anak-anak mungkin menjadi terpaku pada orang tua lawan jenisnya. Oleh karena itu, anak laki-laki akan terpaku pada ibu dan anak perempuan akan terpaku pada ayah. Hal ini pada akhirnya menimbulkan kesulitan dalam hubungan orang yang dewasa.

2. Teori Keterikatan

Meskipun gagasan Freus tentang daddy complex berasal dari pemahamannya tentang perkembangan anak laki-laki, tetapi konsep berikut ini lebih luas dan tidak bersifat gender, yaitu teori keterikatan yang berpusat pada dampak hubungan antara manusia, terutama anak-anak dan pengasuhnya, bukan seksualitas.

Ahli teori keterikatan yang pertama, John Bowlby, mengemukakan bahwa masa kanak-kanak sangat memengaruhi gaya keterikatan orang dewasa. Akibatnya, mereka yang merasa aman dan tentram serta memiliki gaya secure attachment pada masa kanak-kanak akan terus memiliki gaya tersebut ketika dewasa. 

Meskipun orang dewasa yang memiliki keterikatan aman percaya bahwa orang lain akan ada untuk mereka ketika mereka membutuhkannya, tetapi orang dewasa yang memiliki keterikatan yang tidak aman akan berperilaku dalam slah satu dari dua cara berikut, yaitu mereka akan berusaha menjalin hubungan, tetapi khawatir bahwa orang yang mereka sayangi tidak akan ada untuk mereka atau mereka memilih untuk tidak mengembangkan hubungan dekat sama sekali. Misalnya, seseorang memiliki hubungan buruk dengan ayahnya pada masa kanak-kanak. Dalam hal ini, dapat menyebabkan rasa tidak aman pada masa dewasa, yang kemudian dikenal sebagai 'daddy issues'.

Apa Tanda-Tanda dari Daddy Issues?

Sifat Genetik Orang Tua
Peran materi genetik dalam pewarisan sifat. (Foto: Unsplash/Nathan Dumlao)

Ada beberapa tanda bahwa seseorang mungkin memiliki masalah keterikatan terkait hubungannya yang buruk dengan ayahnya.

  • Hanya tertarik pada pria yang lebih tua;
  • Membutuhkan kepastian terus-menerus dari pasangan;
  • Mengalami tanda-tanda keterikatan cemas, seperti cemburu dan terlalu protektif;
  • Memiliki rasa takut sendirian, seringkali sampai pada titik yang lebih memilih berada dalam hubungan yang tidak sehat daripada tidak menjalin hubungan sama sekali;
  • Mengalami ketakutan untuk terus-menerus merasakan kebutuhan akan kepastian dan kasih sayang;
  • Memiliki masalah kepercayaan. Hal ini membuat seseorang menjadi sulit untuk membuka diri terhadap pasangan dan berkontribusi pada rasa tidak aman dan kecemasan yang lebih dalam;
  • Berjuang untuk mempertahankan batasan yang sehat dalam hubungan.

Tanda kunci lainnya adalah memiliki hubungan yang rumit dengan ayah. Ayah kamu mungkin jauh, kasar, lalai, atau sama sekali tidak ada dalam hidupmu.

Bagaimana Dampak dari Daddy Issues?

Penelitian menunjukkan bahwa dampak hubungan negatif dengan ayah memang nyata. Misalnya, sebuah penelitian menunjukkan hubungan sebab akibat antara ketidakhadiran ayah atau rendahnya keterlibatan ayah dalam kehidupan anak perempuan mereka dan perilaku seksual berisiko lainnya. Dampak ini tidak mencakup perilaku berisiko nonseksual atau perilaku seksual laki-laki.

Sementara itu, laki-laki yang tumbuh tanpa ayah atau jauh secara emosional melaporkan berbagai masalah, termasuk kurangnya panutan anak laki-laki, perasaan tidak mampu seperti kurangnya rasa percaya diri dan harga diri, serta pencarian pada masa dewasa untuk mencapai tujuan mencari pengganti sosok ayah.

Apa yang Harus Kamu Lakukan Bila Mengalami Daddy Issues?

Orang tua dan anak bermain permainan kata
Bermain permainan kata mampu mengasah kecerdasan linguistik pada anak (foto: Pexels/Pavel Danilyuk)

Bila kamu memiliki ayah yang tidak hadir atau tidak terlibat secara emosional ketika tumbuh dewasa, kamu mungkin masih menderita dampak negatif dari hubungan tersebut. Untungnya, menurut terapis hubungan dan seks, Caitlin Cantor, ada beberapa cara untuk mengatasi tantanan ini, dimulai dengan menyadari bahwa ayahmu, bukan kamu, yang bertanggung jawab atas masalah ini. Berikut langkah lainnya yang bisa kamu terapkan.

1. Mengenali

Ketika kebutuhan anak-anak tidak terpenuhi, mereka mulai percaya bahwa mereka tidak layak mendapatkan cinta, perhatian, kasih sayang, atau apapun yang mereka butuhkan dan berlanjut hingga masa deasa. Kamu dapat belajar mengenali bagaimana hubungan kamu dengan ayah memengaruhi kamu dan bagaimana kamu dapat meneguhkan kembali keyakinan dengan menghidupkan kembali pola masa kecil dalam hubungan kamu saat ini.

2. Meratapi

Biarkan diri kamu merasakan sakitnya hubungan negatif dengan ayahmu dan meratapi apa yang tidak kamu miliki dalam hidupmu karenanya. Untuk menyembuhkan hal ini, kamu dapat melibatkan kemarahan dan duka yang merupakan kesempatan untuk merasakan kesedihan bagi dirimu yang tidak mendapatkan apa yang kamu butuhkan.

3. Mempelajari

Setelah kamu menyadari bagaimana keyakinan yang kamu bentuk semasa kecil memengaruhi hubungan kamu saat ini, kamu dapat menggantinya dengan keyakinan baru yang lebih sehat. Cobalah melibatkan kesadaran bahwa ketika kamu menjalin hubungan seseorang yang secara emosional jauh atau tidak memperlakukan kamu sebagaimana kamu ingin diperlakukan, itu bukanlah masalah yang perlu kamu pecahkan, itu merupakan informasi perihal orang tersebut, bukan tentang dirimu.

 

Infografis Peranan Penting Orang Tua dalam Pengasuhan Anak (Parenting)
Infografis peranan penting orang tua dalam pengasuhan anak (parenting) Source: Kementerian Sosial Reublik Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya