Kenali Sleep Latency, Waktu yang Dibutuhkan Seseorang untuk Tertidur Lelap

Lamanya waktu yang Anda perlukan untuk tertidur ternyata dapat memengaruhi kesehatan Anda. Kenali dulu tentang sleep latency.

oleh Bella Zoditama diperbarui 02 Jul 2024, 08:15 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2024, 08:15 WIB
Kenali Sleep Latency, Waktu yang Dibutuhkan Seseorang untuk Tertidur Lelap
Kenali Sleep Latency, Waktu yang Dibutuhkan Seseorang untuk Tertidur Lelap (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda memperhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisa tertidur lelap saat malam? Apakah cukup 10-20 menit atau membutuhkan waktu hingga berjam-jam?

Nah, selain mengetahui waktu tidur yang ideal, Anda juga perlu memperhatikan tentang berapa lama persiapan yang dibutuhkan sebelum tidur.

Istilah ini dikenal juga dengan sleep latency atau sleep onset latency (SOL). Sleep latency sendiri merupakan jumlah waktu yang diperlukan untuk tertidur setelah Anda berada di atas tempat tidur dan mematikan lampu.

Idealnya, sleep latency harus antara 10 dan 20 menit. Dari sini, bisa menjadi menjadi landasan bagi istirahat malam yang nyenyak dan menyegarkan.

Melansir dari Very Well Health, Senin (1/7/2024), jika Anda membutuhkan waktu lebih lama dari itu untuk tertidur, hal ini dapat memengaruhi efisiensi tidur Anda. Selain itu juga perihal persentase waktu yang Anda habiskan untuk tertidur saat berada di tempat tidur.

Bahkan, jika Anda tertidur begitu kepala menyentuh bantal, itu bisa menjadi tanda bahwa Anda kurang tidur setiap malamnya. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang sleep latency dan kenapa ini menjadi hal yang penting, terutama bagi kesehatan diri sendiri.

Kenapa Ini Harus Diperhatikan?

Sleep latency penting karena dapat menjadi indikator apakah Anda cukup tidur. Kurang tidur bisa membuat Anda merasa lelah dan murung keesokan harinya.

Seiring waktu, kekurangan tidur dapat mulai berdampak serius pada konsentrasi, perasaan, dan kemampuan Anda menyelesaikan tugas sehari-hari. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko terkena kondisi kesehatan, seperti:

  • Diabetes
  • Penyakit jantung
  • Kegemukan
  • Infeksi
  • Depresi
  • Kecemasan

Ketika Sleep Latency Terlalu Panjang

Ilustrasi insomnia, susah tidur
Ilustrasi insomnia, susah tidur. (Photo by cottonbro from Pexels)

Sleep latency yang panjang berarti diperlukan waktu lebih dari 20 menit untuk tertidur di malam hari. Berbagai faktor dapat menyebabkan sleep latency yang lama, seperti sering tidur siang dan mengalami nyeri kronis.

Selain itu, waktu untuk tertidur yang lama terkadang bisa menjadi tanda adanya masalah yang lebih serius, seperti insomnia (kesulitan tertidur atau sulit tertidur). Faktor risiko insomnia antara lain kecemasan, gaya hidup tidak aktif, perjalanan, dan berbagai faktor lainnya.

Anda mungkin menjadi frustrasi jika perlu beberapa saat untuk tertidur. Jika Anda harus bangun pada waktu tertentu dan memiliki sleep latency yang lama, Anda mungkin tidak mendapatkan waktu tidur sebanyak yang Anda butuhkan. Anda juga dapat melewati tahapan tidur yang lebih sedikit.

Tahapan tidur yang terjadi sepanjang malam adalah rapid eye movement sleep (REM) dan non-rapid eye movement sleep (NREM). Tidur REM adalah bentuk tidur yang lebih dalam daripada kebanyakan tidur NREM.

Namun, kedua kondisi tersebut diperlukan untuk pemulihan secara keseluruhan.

Ketika Sleep Latency Terlalu Pendek

Ilustrasi perempuan tidur, bermimpi
Ilustrasi perempuan tidur, bermimpi. (Photo created by diana.grytsku on www.freepik.com)

Ternyata, sleep latency yang terlalu pendek juga tidak baik bagi kesehatan. Di mana, biasanya Anda bisa langsung tertidur setelah berbaring dan berada di tempat tidur. Sebab, hal ini ternyata merupakan tanda utang tidur, yang merupakan dampak dari kurang tidur.

Bisa jadi, utang tidur ini akan terus menumpuk seiring berjalannya waktu. Selain itu, mengonsumsi alkohol ternyata juga dapat menurunkan sleep latency. Termasuk juga dengan kondisi tertentu seperti narkolepsi dan hipersomnia idiopatik.

Nah, biasanya kedua kondisi tersebut yang akan menyebabkan Anda merasa begitu mengantuk secara berlebihan saat di siang hari. Namun pada kasus hipersomnia idiopatik rupanya juga mengganggu siklus tidur harian Anda.

Cara Meningkatkan Sleep Latency

Ilustrasi main HP sambil tiduran, kangen, LDR
Ilustrasi main HP sambil tiduran, kangen. LDR. (Photo by Gaelle Marcel on Unsplash)

Jika Anda mengalami masalah tidur, memperhatikan sleep latency Anda adalah cara yang berguna untuk mengetahui akar masalahnya. Penyedia layanan kesehatan dapat membantu Anda menentukan penyebab masalah sleep latency Anda sehingga masalahnya dapat diatasi.

Misalnya, jika Anda tidak dapat tidur karena nyeri kronis, mengobati nyeri yang mendasarinya dapat membantu Anda tertidur lebih cepat. Jika rasa cemas membuat Anda tetap terjaga, pemecahannya bisa melakukan olahraga lebih banyak atau bermeditasi dapat mengatasinya sehingga Anda dapat memiliki sleep latency yang lebih pendek.

Jika sleep latency terlalu pendek, hal ini biasanya disebabkan oleh kurang tidur. Mengubah gaya hidup atau mengatasi masalah ini dengan pengobatan atau intervensi medis lainnya dapat meningkatkan kualitas tidur Anda dan memperpendek sleep latency.

Infografis 10 Stadion Euro 2024 Jerman. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 10 Stadion Euro 2024 Jerman. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya