Liputan6.com, Jakarta - Mengawali 2022, harga komoditas diproyeksikan masih akan terus mengalami kenaikan. Meskipun begitu, tahun ini akan terdapat koreksi harga mengingat sejumlah kondisi seperti perkembangan krisis energi karena musim dingin di Eropa.
Adapun perkembangan kasus COVID-19 yang memberikan efek pada sektor transportasi dan travel serta pergantian musim yang juga memberikan pengaruh pada sektor pertanian.
Pada 2021, ICDX sebagai bursa komoditi meluncurkan kontrak baru sebagai upaya untuk meningkatkan transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi. ICDX telah mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) untuk mengeluarkan kontrak produk karet yang direncanakan akan diluncurkan pada 2022
Advertisement
Kontrak karet yang nantinya akan ditransaksikan merupakan produk turunan dari karet alam, yaitu SIR 20. Dari sisi harga, komoditi karet ini akan lebih banyak dipengaruhi oleh minyak bumi.
"Jika harga minyak bumi tinggi, maka harga karet sintetis akan naik. Namun di sisi lain, karena 70 persen produksi karet dunia digunakan untuk manufaktur ban kendaraan, maka dari itu apabila terjadi penurunan produksi di sektor otomotif juga akan mempengaruhi harga karet,” kata Vice President of Research and Development ICDX, Isa Djohari, Selasa (25/1/2022).
Umumnya, pergerakan harga komoditas akan saling memengaruhi satu dengan yang lain. Misalnya minyak bumi, faktornya sangat banyak. Untuk melihat tren minyak bumi, itu dapat dilihat dari perkembangan kondisi energi di Eropa.
Saat ini wilayah Eropa sedang mengalami musim dingin, sehingga angka permintaan minyak bumi masih tinggi. Namun, seiring dengan perubahan musim yang akan terjadi pada Maret, akan terjadi penurunan permintaan, yang dapat menyebabkan koreksi harga.
“Komoditas energi pada tahun 2022 cenderung masih akan menguat. Komoditas energi sendiri pada 2021 lalu menunjukkan tren kenaikan harga" ujar Research and Development ICDX, Girta Yoga.
Ia menambahkan, tren kenaikan harga itu ditunjukkan dengan harga rata-rata tertinggi minyak mentah di atas USD 80 per barel, tertinggi dalam tujuh tahun, gas alam di atas USD 5 per mmbtu, tertinggi dalam tujuh tahun, dan batu bara hampir USD 225 per ton, tertinggi lebih dari 10 tahun.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Emas Digital
Selain itu, pada 2022, Bappebti dan Kementerian Perdagangan, selaku regulator Bursa Komoditi ICDX, yang mengawasi Perdagangan Berjangka Komoditi mendorong masyarakat untuk bertransaksi emas digital.
Emas banyak diminati karena fungsinya sebagai safe haven, itu semakin dijamin dengan diaturnya Perdagangan Fisik Emas Digital yang diselenggarakan melalui bursa berjangka sesuai dengan Peraturan Bappebti No. 4 Tahun 2019.
"Berdasarkan peraturan tersebut, pedagang dan nasabah sama-sama dapat memastikan bahwa emas yang ditransaksikan ada. Mekanisme untuk perdagangan fisik emas digital terdapat dua jenis, yakni penyepadanan di dalam bursa dan di luar bursa. Perbedaannya terdapat pada matching transaksinya,” ujar Research and Development ICDX, Nikolas Presetia.
ICDX menargetkan akan ada lima pedagang emas fisik secara digital yang terdaftar di ICDX untuk semester pertama 2022.
Hingga saat ini sudah ada tiga pedagang emas fisik secara digital yang terdaftar di ICDX yakni Treasury, Indogold, dan LakuEmas.
Advertisement