Mengenal Strategi Scalping saat Investasi Kripto

Scalping atau scalp trading adalah strategi trading aset kripto jangka pendek.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 09 Sep 2022, 15:22 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2022, 15:22 WIB
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Aset kripto dikenal sebagai salah satu aset dengan tingkat volatilitas harga yang tinggi. Sebuah aset kripto bisa menguat dalam waktu singkat, tetapi juga bisa jatuh dalam sekejap. Volatilitas ini justru kadang-kadang dimanfaatkan trader untuk meraih keuntungan dari aset kripto. 

Strategi Scalping adalah salah satu cara yang bisa dimanfaatkan trader untuk meraih keuntungan dari tingginya volatilitas pasar aset kripto. Lantas apa itu Scalping dalam kripto? 

Dilansir dari situs Zipmex, Jumat (9/9/2022), Scalping atau scalp trading adalah strategi trading aset kripto jangka pendek yang dapat membantu trader untuk mendapatkan keuntungan kecil. 

Strategi ini memungkinkan para trader untuk mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga yang relatif kecil tanpa menargetkan keuntungan besar. 

Sebaliknya, scalp trader biasanya melakukan trading sebanyak mungkin dalam waktu singkat. Strateginya adalah untuk menggabungkan keuntungan kecil, akhirnya menambah keuntungan yang cukup besar.

Para trader scalper dituntut harus bisa mengambil keputusan dengan cepat karena tidak banyak momen yang bisa dimanfaatkan. Maka dari itu, pada trader scalper harus memahami betul bagaimana cara kerja pasar kripto dan melakukan analisis secara teknikal dan fundamental. 

Jenis-Jenis Scalping

Ada dua jenis teknik scalping yang dikenal dalam investasi kripto yaitu scalper Sistematis dan Scalper Diskresioner. 

Scalper Sistematis cenderung mengikuti sistem trading yang ditentukan dengan cermat. Mereka biasanya melakukan penelitian secara menyeluruh dan menentukan kapan harus masuk atau keluar dari perdagangan.

Dengan kondisi demikian, scalper biasanya sangat bergantung pada indikator atau alat yang mereka miliki. 

Sedangkan Scalper Diskresioner cenderung membuat keputusan secara spontan. Scalper jenis ini biasanya berimprovisasi dan beradaptasi berdasarkan perilaku pasar pada saat itu.

Beberapa scalper diskresioner mungkin masih memiliki sistem yang mereka tetapkan sendiri mengenai kapan harus masuk atau keluar dari pasar.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

JP Morgan Sarankan Investor Pilih Saham dan Tinggalkan Kripto

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, Kepala strategi global JPMorgan Asset Management, David Kelly telah menyarankan investor untuk fokus pada penilaian, berinvestasi dalam nilai saham, menjual kripto, dan menghindari bitcoin. 

Hal ini karena Federal Reserve berpotensi untuk memperketat kebijakan moneter demi menjinakan inflasi yang kian meninggi. 

Memperingatkan lebih banyak volatilitas di masa depan, Kelly menekankan investor harus fokus pada permainan dan penilaian defensif daripada arah jangka pendek, seperti berinvestasi dalam nilai saham, obligasi jangka panjang, dan alternatif yang menghasilkan pendapatan.

Merekomendasikan agar investor menjual kripto sambil menghindari saham teknologi besar dan bitcoin, ahli strategi menyarankan:

“Pastikan Anda kelebihan nilai AS dan internasional, serta saham dengan rasio harga terhadap pendapatan yang relatif rendah,” ujar Kelly dikutip dari Bitcoin.com, Kamis (8/9/2022). 

Mengutip risiko resesi yang tinggi, Kelly mengatakan ekonomi akan "terasa lebih normal" pada akhir tahun depan. Namun, dia memperingatkan pertanyaan sebenarnya adalah “seberapa besar kerusakan yang ingin ditimbulkan oleh Fed terhadap ekonomi ini?”

Di sisi lain, CEO JPMorgan Jamie Dimon memperingatkan awal bulan ini "sesuatu yang lebih buruk" daripada resesi bisa datang. Pada Juni, dia mengatakan badai ekonomi yang akan datang, menasihati investor untuk menguatkan diri.

Minggu ini, Goldman Sachs mendesak investor untuk membeli komoditas dan mengkhawatirkan resesi nanti. Analis Goldman menekankan ekuitas bisa menderita karena inflasi tetap tinggi dan Fed lebih mungkin untuk mengejutkan di sisi hawkish.

Pasar Kripto Anjlok, Bitcoin Turun ke Posisi Terendah dalam Dua Bulan

Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay
Bitcoin - Image by Allan Lau from Pixabay

Sebelumnya, pergerakan aset kripto pada Rabu (7/9/2022) pagi tampak tak berdaya di zona merah. Sejak awal pekan ini, gerak kripto tergolong sideways dengan volume transaksi yang terpantau belum terlalu besar.

Melansir situs Coinmarketcap pada Rabu, 7 September 2022 dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak kumpul ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC), misalnya turun 5,57 persen ke USD 18.711 atau sekitar Rp 279,2 juta per keping dan turun 8,27 persen selama seminggu terakhir. Pelemahan ini membuat Bitcoin turun ke harga terendah dalam dua bulan terakhir.

Sementara, Ethereum (ETH) yang sempat naik karena isu The Merge juga tak berdaya, turun 8,64 persen ke USD 1.502 di waktu yang sama dan anjlok 6,39 persen sepekan terakhir. Cardano (ADA), Dogecoin (DOGE) dan Polkadot alami penurunan harga yang cukup tinggi lebih dari 7 persen di waktu yang sama.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono mengatakan, market kripto saat ini sedang terjadi koreksi tiba-tiba dan sedikit brutal. Dari data Coinmarketcap, menunjukkan harga Bitcoin jatuh dari USD 19.780 menjadi USD 19.037 hanya dalam 50 menit.

"Kemudian, pergerakan Bitcoin untuk mencegah penurunan lebih lanjut ke bawah USD 19.000 gagal dilakukan. Harga BTC yang gagal menembus zona resistance-nya di level USD 20.000 berulang-ulang kali membuat tumbang market kripto secara keseluruhan,” kata Afid, dalam analisis pasar hariannya, yang diterima Liputan6.com, Rabu, 7 September 2022.

Hal ini membuat investor yang membaca situasi tersebut, memilih melakukan aksi jual ketimbang akumulasi.

Keuntungan Beragam pada Pekan Pertama September 2022

Bitcoin - Image by Benjamin Nelan from Pixabay
Bitcoin - Image by Benjamin Nelan from Pixabay

Sebelumnya, pergerakan pasar aset kripto pada pekan pertama September 2022 cukup bervariasi. Sejumlah aset kripto, khususnya jajaran teratas tak bisa mempertahankan penguatan dalam waktu lama, begitupun dengan penurunan. 

Dilansir dari Coinmarketcap, Kamis, 8 September 2022 mayoritas kripto jajaran teratas berada di zona hijau, dengan Bitcoin alami penguatan 2,11 persen dalam 24 jam terakhir. Bitcoin kini diperdagangkan di kisaran USD 19.191atau sekitar Rp 285,7 juta. 

Mengenai pergerakan pasar kripto dan Bitcoin keseluruhan pada pekan pertama September 2022, Country Manager, Luno Indonesia, Jay Jayawijayaningtiyas mengatakan September ini, pasar kripto sedang menunjukan return yang bervariasi yaitu Large Caps naik 1 persen, Small Caps 2 persen, dan Mid Caps 7 persen.

Sedangkan untuk pergerakan Bitcoin, Jay menjelaskan BTC mengalami fluktuasi harga di rentang yang sempit.

“Harga Bitcoin mengalami fluktuasi di rentang harga yang sempit, yakni USD 18,000 hingga USD 23,000 (sekitar Rp 268 juta hingga Rp 343 juta), dan saat ini sedang menguji level support yang lebih rendah di sekitar USD 18,000 (sekitar Rp 268 juta),” ujar Jay dalam keterangan tertulis, Kamis (8/9/2022). 

Jay menambahkan, menjelang Ethereum Merge yang diperkirakan akan terjadi tanggal 13 - 15 September, kinerja tahunan Ethereum terpantau berhasil mengungguli Bitcoin di pekan ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya