Tumbuh 354%, Transaksi Aset Kripto Indonesia Tembus Rp 344 Triliun per Agustus 2024

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan nilai transaksi dan jumlah investor kripto masih berada pada tren positif hingga Juli 2024.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 07 Sep 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi harga kripto (Foto By AI)
Ilustrasi harga kripto (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan nilai transaksi dan jumlah investor kripto masih berada pada tren positif hingga Juli 2024. 

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi menjelaskan sehubungan dengan perkembangan aktivitas aset kripto di Indonesia, per Juli 2024, jumlah total investor berada dalam tren meningkat dengan total 20,59 juta investor. Jumlah ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 20,24 juta investor. 

“Sedangkan nilai transaksi aset kripto tumbuh dari Rp 40,85 triliun di Juni 2024 menjadi Rp 42,34 triliun di Juli 2024,” kata Hasan dalam konferensi pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan & Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Agustus 2024, dikutip Sabtu (7/9/2024). 

Dengan demikian, secara akumulatif nilai transaksi aset kripto pada Januari-Agustus 2024 mencapai Rp 344,09 triliun atau tumbuh 354 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Hasan menambahkan, OJK telah menerbitkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Sektor Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto Periode 2024-2028 

Adapun roadmap IAKD dimaksud menjadi dasar atas kebijakan dan rencana kerja strategis yang akan dilakukan oleh OJK untuk mengembangkan dan memperkuat sektor IAKD pasca penambahan mandat kewenangan OJK untuk mengatur dan mengawasi Sektor Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).

 

DisclaimerSetiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Sempat Sentuh Rp 851 Juta, Harga Bitcoin Kini di Level Terendah

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, Harga Bitcoin sempat menyentuh level terendah dalam satu bulan di tengah kemunduran yang lebih luas dari investasi yang lebih berisiko di pasar global karena kekhawatiran tentang prospek ekonomi.

Harga bitcoin sempat turun hingga level USD 55.000 atau setara Rp 851,6 juta (asumsi kurs Rp 15.485 per dolar AS) pada Jumat, 6 September 2024.

Sebagian besar token utama lainnya seperti Ether dan Solana juga mengalami kerugian. Tanda-tanda pelemahan ekonomi di AS dan Tiongkok membuat para investor gelisah, memicu periode terburuk bagi saham global sejak kemerosotan pada 5 Agustus. 

Sentimen ini telah menyebar ke pasar kripto, dengan para pedagang terpaku pada laporan pekerjaan AS yang dijadwalkan pada Jumat untuk mendapatkan petunjuk apakah perlambatan yang lebih dalam sedang terjadi atau tidak.

Menurut Sean McNulty, direktur perdagangan di penyedia likuiditas Arbelos Markets, di pasar opsi, permintaan meningkat untuk lindung nilai terhadap penurunan Bitcoin, baik untuk periode setelah data penggajian AS mendatang maupun setelah pemilihan presiden November.

"Kami telah melihat minat beli yang menurun pada opsi Bitcoin, terutama untuk strike pasca-penggajian pada USD 55.000 dan lebih rendah. Posisi penting juga dibuka untuk kontrak yang berakhir pada 29 November pada strike USD 35.000,” kata McNulty, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (6/9/2024). 

Reli Bitcoin tahun ini melemah sejak mencapai rekor tertinggi USD 73.798 pada Maret. Prospek musiman langsung menantang, jika sejarah benar. Selama lima tahun hingga 2023, mata uang kripto asli membukukan penurunan rata-rata September lebih dari 8 persen, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

 

Bitcoin dan Ethereum Terjun Bebas, Terlikuidasi hingga Rp 3 Triliun

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Bitcoin dan Ethereum alami penurunan ke posisi terendah dalam satu bulan. Data Coinmarketcap menunjukkan Bitcoin sempat turun hingga level USD 55.000 atau setara Rp 851,6 juta (asumsi kurs Rp 15.485 per dolar AS) pada Rabu, 4 September 2024. Sedangkan Ethereum sempat sentuh USD 2.373 atau setara Rp 36,7 juta.

Dilansir dari Cryptopotato, Kamis (5/9/2024), penurunan ini menyebabkan likuidasi sekitar USD 200 juta atau setara Rp 3 triliun bagi pedagang yang terlalu banyak menggunakan leverage, dengan posisi tunggal terbesar yang hancur bernilai hampir USD 3 juta. 

CryptoPotato melaporkan kenaikan harga sempat terjadi pada Selasa yang tercatat dari sebagian besar aset, termasuk BTC yang mendekati USD 60.000 untuk pertama kalinya dalam beberapa hari. ETH juga berkinerja baik, karena melonjak ke USD 2.550.

Namun, lanskap telah berubah sepenuhnya pada Rabu. Hal ini didorong oleh ketakutan di pasar saham AS. Situasi dengan altcoin bahkan lebih menyakitkan pada beberapa kesempatan. TON, misalnya, telah kehilangan 8 persen nilainya, NEAR turun 7 persen, sementara ADA, SOL, dan AVAX telah turun 6 persen.

Akibatnya, lebih dari 73.000 pedagang yang memiliki leverage berlebihan telah bangkrut dalam sehari terakhir, dengan total nilai posisi yang dilikuidasi mendekati USD 200 juta, menurut CoinGlass.

Nilai yang terbesar terjadi di koin kripto Binance dan bernilai hampir USD 3 juta. Itu melibatkan pasangan perdagangan ETH-USDT.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya