Berbagi Edukasi Ichthyosis via Tik Tok, Koko Merah Curi Perhatian Warganet

Terlahir dengan ichthyosis membuat Richardson Chanlie (28) memiliki kulit yang lebih tipis dibanding kulit orang pada umumnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Jun 2020, 14:36 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2020, 14:33 WIB
Koko Merah
Richardson Chanlie (Koko Merah) penyandang Ichthyosis yang bagikan edukasi via Tik Tok. Foto: dokumen pribadi Koko Merah.

Liputan6.com, Jakarta Terlahir dengan ichthyosis membuat Richardson Chanlie (28) memiliki kulit yang lebih tipis dibanding kulit orang pada umumnya. Selain tipis, kulitnya pun cenderung berwarna kemerahan, itu sebabnya ia memiliki nama panggilan “Koko Merah”.

Akhir-akhir ini, ia aktif membagikan cerita dan edukasi mengenai ichthyosis melalui unggahan video di Tik Tok miliknya (@Koko Merah). Hingga (15/6/2020) pengikutnya mencapai lebih dari 230 ribu dengan 4.6 juta suka.

Ichthyosis yang disandang membuat pria asal Medan ini tak jarang mendapat tanggapan negatif dari orang lain.

“Sering sih dari dulu zaman sekolah cuman semakin terbiasa dengan hal itu ya aku anggap gak heran,” ujar Koko Merah melalui sambungan telepon (12/6/2020).

Keadaan kulit yang berbeda membuatnya sempat kesulitan mendapat pekerjaan. Sebelumnya, ia sempat melamar ke bank namun tidak diterima.

“Orangtua udah bilang duluan bahwa aku gak bakal bisa kerja di bank karena biasanya bank melihat penampilan. Tapi saya coba masukin lamaran, ternyata benar gak diterima.”

Terlepas dari itu, kini ia berhasil menjadi seorang arsitek dan aktif di media kuliner Nom Nom Medan.

Simak Video Berikut Ini:

Stigma di Sekolah

Tak hanya di dunia kerja, di dunia pendidikan pun Koko Merah sempat mendapat stigma negatif yang akhirnya cukup menyulitkannya untuk masuk sekolah umum.

“Saya sekolah umum, sempat ada penolakan juga, katanya anak seperti saya harus sekolah di sekolah khusus seperti SLB.”

Mendengar penolakan tersebut, orangtuanya mencoba menjelaskan dan terus berusaha agar anak mereka dapat diterima di sekolah umum. Pasalnya, disabilitas yang disandang hanya memengaruhi kulit, bukan disabilitas intelektual.

“Orangtua berjuang terus, menjelaskan bahwa saya bedanya di kulit doang, dari otak dan lain-lain semuanya masih normal dan akhirnya diterima.”

Di lingkungan sekolah pun ia tak jarang mendapat cemoohan dari teman sebaya. Menurutnya, hal tersebut mungkin disebabkan mereka tidak biasa melihat orang dengan ichthyosis. Namun, teman sekelasnya yang tiap hari bertemu lama kelamaan terbiasa dengan kondisinya.

“Aku selalu ambil positif, kalau dulu mungkin aku ingin marah tapi semakin dewasa kurasa itu jadi motivasi aja buat saya, jadi menerima bahwa yang harus saya lewati seperti ini, ambil positifnya saja.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya